Elia melihat bangunan-bangunan runtuh di bawah langit sepia. Theria menyuruh Elia mengikutinya. Sepanjang perjalanan dengan langkah lambat itu, Elia melihat berbagai bentuk bangunan berwarna hitam batu alam.
"Reruntuhan, kenapa kau membawaku ke reruntuhan?" tanya Elia. Udara kering dan suasana suram di tempat itu membuat Elia tak mampu bertanya dengan keras. Elia seperti baru saja berbisik pada Theria.
"Tempat ini dulunya sebuah kota yang makmur. Area yang sedang kita jelajahi sekarang dulunya pasar di kota ini." Theria berdiri di depan sebuah kios ketika mengatakannya. Ada beberapa huruf yang tak dimengerti oleh Elia menempel di dinding. Huruf-huruf itu dipahat di dinding batu. Sebagian huruf sudah rompal.
"Itu dipahat di batu? aku tak pernah tahu ada kota seperti ini," kata Elia, dengan suara berbisik nya. Dia mengendalikan suaranya sedemikian rupa karena takut akan membangunkan sesuatu yang ganas dan sedang tertidur di antara puing-puing bangunan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com