"Suamimu jam segini belum pulang juga?" tanya ayah untuk yang ketiga kalinya dalam sejam terakhir.
Padahal tadi setelah berdebat dengan bang Dimas, kak Riki kan sudah pamit pada mereka akan pergi sebentar ke rumah kak Dwi. Namun rasa khawatir mereka jelas ada satu sama lainnya hingga aku hanya bisa menjawab dengan tenang setiap kalimat yang mereka tanyakan itu.
Jam yang menempel di dinding menunjukan pukul setengah Sembilan malam. Mereka semua belum tertidur juga dan sedang asing menonton televisi, maksudku minus dengan kak Ana yang sedang menidurkan Reno di rumah sebelah.
Azril pun turut serta, setelah dia menunjukkan kegigihannya untuk mendapatkan Refi agaknya ayah pun juga memberikan peluang yang bagus untuknya. Uh baguslah, aku memang menyukainya, karena dengan demikian adikku itu akan lekas menikah hingga di tengah malam dia tak akan menelpon dengan alasan kangen atau apalah itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com