"Kenapa nggak beli mawar putih aja?" Tanya Alvan ketika Megha kembali memasuki mobil dengan membawa anggrek merpati.
"Hm... semenjak Papa menikah lagi, Mama nggak suka bunga mawar."
Alvan mengernyitkan dahinya, mencoba memahami maksud perkataan Megha. Hingga kemudian ia tersadar, "Oh! Karena nama Papa Agung menikah dengan wanita yang bernama Mawar?"
Mengangguk pelan. "Gue mau kasih bunga yang bisa bikin Mama Ais tersenyum, bukan bikin murung."
Alvan mengangguk paham. "Iya, gue paham sekarang. Anggrek itu juga cantik kok, gue yakin Mama Ais senang."
Megha melempar senyumnya pada Alvan. Kata-kata yang terdengar dari pria itu sangat melegakan hatinya. Alvan pun tak berlama-lama lagi. Ia langsung tancap gas untuk melajukan mobilnya menuju makan Mama Ais.
Setibanya Megha dan Alvan di pemakaman. Megha langsung mempercepat langkahnya untuk sampai di pusara Mama Ais.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com