Tae Woo bangun dari tidurnya cukup teratur, pria itu langsung mandi untuk bersiap-siap. Tidak lama dari itu sarapamnya sudsh sampai Tae Woo menerimanya dan langsung menikmatinya.
Limabelas menit waktu yang pas untuk menghabiskan makanan, dan Tae Woo selalu melakukan hal itu sejak dia masih sangat kecil.
Lama sekali, didikan ayahnya yang sangat tegas sampai sekarang. Jika pria itu masih ada dan hidup. Selesai dengan sarapannya Tae Woo mengambil ponslenya yang tadi malam sempat dia matikan. Batwrai ponselnya penuh, dia menyalakannya dan mulai menyiapkan tasnya untuk meeting nanti siang.
Ada beberapa masalah yang kurang nyaman di kantor, hanya saja nomor satu tetap Jung Ki. Tae Woo harus bertemu dengan pria manis itu agar keadaan dirinya dan tubuhnya baik-baik saja. Menyenangkan mendapatkan kesenangan bahagia saat bisa bahagia bersama dengan seseorang yang dia cintai. Dan Tae Woo memiliki Jung Ki sebagai alasannya.
Ada beberpaa pesan yang terus masuk setiap detik karena ponselnya baru saja diaktifkan, selesai menyiapkan tasnya Tae Woo memilih memeriksa ponselnya sebelum memilih datang ke caffe pacar laki-lakinya.
Terlihat ada beberap pesan yang tertimbun lebih dari satu pengirim saja.
[Tiga pesan belum dibaca dari Jung Hoo Sik.]
[Limabelas pesan belum dibaca dari Resepsionis Kim Mi Na]
[Tujuh pesan belum dibaca dari My Time Love Jeon Jung Ki (emoji hati)]
Dan masih banyak lagi, Tae Woo hanya melirik tiga teratas, dan pesan teratas dari Jeon Jung Ki.
"Ah tadi malam kami tidak mengirim pesan, pantas saja." Seperti tahu alasan kenapa Jung Ki mengirim pesan Tae Woo pada akhirnya membuka beberapa spam pesan dari pacar laki-lakinya tadi malam.
Pukul tiga sebenarnya.
/Kak Tae Woo kau sudah tidur?/
/Baiklah baca pesanku besok pagi, ini masalah serius. Tapi jika kau tidak bisa membacanya dan langsung ingin membahasnya dengan bertemu langsung dan membahasnya jika kau mau./
/Kak, seseorang menghubungiku melalui pesan ponsel. Tadi malam, aku tidak meldeni awalnya, hanya saja pria itu terus membuatku penasaran, dia mengatakan jika dia orang berharga untukmu, aku harus menjaga dan melindungiku./
/Maaf sebelumnya, apa hubunganmu dengan ayahmu sedang tidak baik-baik saja? Apa pria itu pergi dari rumah, Kak? Dia mengatakan padaku jika aku harus selalu ada untukmu. Tenang saja Kak aku akan selalu ada untukmu, di sampingku selamanya./
/Jadi, apakah dia benar-benar ayahmu Kak Tae Woo? Aku memblokir nomor kontaknya./
/Kak Tae Woo aku tidak bisa tidur, apakah kau lupa untuk mengabariku dulu?/
/Kau sudah pulang ke apartemen, Kak? Aku menunggu balasanmu sejak semalam./
Alis Tae Woo menyatu sempurna begitu membaca sampai bawah pesan yang Jung Ki kirimkan untuknya, ada perasaan takut dan khawatir yang memeluknya.
Pria itu berlari mengambil tas dan beberapa barangnya untuk kedepannya. Pria itu langsung mengantongi ponselnya dan berjalan dengan cepat turun ke lobi.
"Apa mobilku sudah siap?" tanya Tae Woo pada Resepsionis Mi Na karena dia akan pergi sekarang. "Sudah tuan." Tae Woo menganggukkan kepalanya memilih untuk berjalan menuju tempat parkir mobilnya dan tersenyum tipis.
"Selamat pagi paman," sapa Tae Woo dengan meminta kunci mobil miliknya. "Silahkan tuan, aku membeli bahan bakar dengan uang apartemen tadi malam." Tae Woo tersenyum tipis dan langsung menjalankan mobilnya menuju caffe tempat Jung Ki bekerja.
Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada pacar laki-lakinya. Sangat banyak, karena sejak lama sekali juga jika memang pria itu benar ayahnya Tae Woo ingin bertemu. Tae Woo ingin mendengar suaranya untuk memastikan dan ingin melihat wajah ayahnya untuk menemukan kebenarannya.
Tae Woo hanya tidak percaya pada ibunya jika ayahnya sudah meninggal bersamaan dengan kedua orang tua Jung Hoo Sik. Itu saja sebenarnya.
"Jika pria itu benar ayah, kenapa dia sangat pengecut dan memilih pergi ke Jung Ki saat hubunganku dengan Jung Ki hanya kami berdua yang tahu. Min Yoon Seok tahu segalanya, tapi pria itu pasti tidak akan mengatakan apapun karena masalah ini. Kak Yoon Seok bukan pria yang ingi ikut campur." Ya, Tae Woo tahu benar jika pria itu bukan pria yang jahat, soal bagaimana Yoon Seok selalu menutupi segala infomasi pribadi milik Tae Woo, dan bagaimana sikap Yoon Seok yang hanya bertumpu pada satu ornag yang bisa dia percaya.
"Ayah?" gumam Tae Wio sedikit ragu, pria itu benar-benar sangat terkejut mendengar kabar ini karena sejujurnya antara dirinya dengan ayahnya Tae Woo memiliki kedekatan yang sangat baik.
Tapi, kematiannya sudah diumumkan, bagaimana bisa pria itu ada dan menghubungi Jung Ki?
Walaupun jika pria itu memang bukan ayahnya, bukankah Jung Ki sedang dalam keadaan bahaya?
Tae Woo menaikan kecepatan mobilnya sedikit penuh, pukul sembilan sekarang, dan pria itu benar-benar dalam ingin bertemu dengan Jung Ki dengan cepat dan mendengar semua yang terjadu antara Jung Ki dengan seseorang yang berusaha meneror pacar laki-lakinya.
Setelah menghaniskan waktu lebih tigapuluh menit pada akhirnya Tae Woo memarkirkan mobilnya di sisi jalan dan memilih langsung masuk ke caffe milik Seok Jin bos caffe tersebut. Beruntungnya suasana sedang sepi saat itu, hanya saja Tae Woo sedikit mendengar perdebatan antara Jung Ki dengan Ji Min yang membuat Tae Woo ingin langsung masuk saja.
Kurang lebih seperti ini.
"Kau harus berhati-hati padanya!"
"Kak, dia temanku. Aku tidak perlu melakukan itu karena pertemananku dengannya sudah lebih dari sepuluh tahun. Ketakutanmu hanya semu, Kak Ji Min."
"Jung Ki, percaya padaku!"
"Tidak, aku tidak ingin berat sebelah seperti ini. Tapi kau benar-benar keras kepala Kak."
Merasa malas menunggu lebih lama lagi Tae Woo pada akhirnya memilih untuk membuka pintu caffe tersebut dan membiarkan pertengkatan Ji Min dan Jung Ki menjadi semakin canggung.
Ji Min yang melihat kedatangannya memilih menyingkir karena pertengkaran antara mereka berdua atau karena kedatangannya yang membuatnya tidak nyaman.
Tae Woo memilih langsung berjalan masuk ke tempat Jung Ki untuk berbicara sedikit serius dengan pacar laki-lakinya.
"Aku baru membaca pesanmu," ucapnya langsung pada intinya, Jung Ki yang paham maksud dan tujuan Tae Woo mengatakannya langsung melepas celemek yang dia pakai dan berjalan menuju tas miliknya.
Keduanya memilih mengambil kursi cukup jauh dari Ji Mim dengan Jung Ki yang membawa pinslenya menjauh. Sepertinya mereka akan lama, dan Ji Min memilih tetap stay di tempatnya sendiri dengan memegang ponselnya.
"Kak, apa dia benar-benar ayah kandungmu? Aku benar-benar takut tadi malam, bahkan aku tidak bisa tidur dan tidak tidur sampai pagi tadi." Jung Ki mengatakan yang sebenanrya terjadi padanya dan mengambil ponselnya untuk ditunjukkan pada Tae Woo.
"Baca, aku benar-benar sedikit bingung dan tidak percaya. Aku juga merekan suaranya saat dia menelfonku, aku bingung dan takut saat itu." Jung Ki benar-benar membiarkan Tae Woo memeriksa ponsel, pesan dan panggilan dari ponsel milik pacar laki-lakinya untuk menjelaskan dengan baik tanpa harus susah-susah membuat masalah lagi.
Terlihat dengan jelas jika Tae Woo benar-benar mengecek ponsel Jung Ki dengan serius, setelah membaca semua pesan dari ponsel Jung Ki pria itu mulai mendengarkan rekaman dari panggilam tadi malam antara Jung Ki dengan seseorang itu.
Tae Woo mendengarnya dengan serius, bahkan wajahnya terlihat menegang karena dia tidak bisa percaya dengan apa yang dia dengar. "Kak Tae Woo, kau kenapa?" takut Jung Ki saat melihat Tae Woo sedikit menangis dan membiarkan ponselnya di atas meja dengan wajah menunduk Tae Woo yang sangat terkejut.
"Maafkan aku karena aku menganggat panggilannya, aku janji aku tidak akan melakukannya lagi, aku tidak tahu jika dengan membalas pesannya dan menganggat panggilannya akan membuatmu sangat marah seperti ini." Jujur ini adalah kali pertamanya Jung Ki melihat Tae Woo marah sampai menangis.
Diumur hubungannya yang baru sangat muda Jung Ki dibuat bingung karena Tse Woo benar-benar diam dan menundukkan kepalanya tanpa suara. "Maafkan aku," ucapnya lagi, kali ini Tae Woo mengangkat wajahnya yang sudah baik-baik saja.
"Kenapa ayah mengabarimu dan menelfonmu saat aku adalah putranya, Jung Ki?" Pertanyaan menyayat hati itu benar-benar membuat Jung Ki cukup terkejut karena dia tidak tahu jika pacarnya akan selemah ini.
"Kak, kau menangis?" Bertanya seperti orang bodoh pada akhirnya Jung Ki memilih mengambil kursi dan dusuk di sisi yang lebih dekat. Kali ini Jung Ki melupakan keberadaan Ji Min di satu ruangan yang sama.
Jung Ki ikut kalus sekarang, apapun yang akan terjadi nanti.
"Maafkan aku." Jung Ki menarik Tae Woo untuk masuk ke dalam pelukannya karena Jung Ki sejujurnya bukan pria yang manis dalam mulutnya melainkan hanya tindakannya.
Tae Woo total menangis, tapi dia bisa mengendalikan air matanya tapi tidak dengan perasaan dan ekspresinya. "Bukan salahmu."
"Aku sama sekali tidak tahu jalan pikir ayah saat semuanya sudah berjalan terlalu jauh, namun pria itu justru memilih kembali dengan cara pengecut seperti ini."
"Aku tidak habis pikir, Jung Ki. Dia sangat bodoh atau kenapa," keluhnya lagi, membuat Jung Ki hanya bisa memeluk punggung Tae Woo dengan halus dan terus melakukannya hanya untuk memperbaiki suasana buruk Kim Tae Woo prianya.
"Apa kau ingin berbagi denganku? Kau tanggung jawabku sekarang jika pria itu benar-benar ayah kandungmu. Maaf membuat penilaian jelek tentangku pada ayahmu, Kak." Tae Woo tersenyum tipis, dia melepaskan darinya dari Jung Ki.
"Ayah bukan pria yang seperti itu." Tae Woo terlihat membelanya walaupun pria itu baru saja memaki pria itu. "Kau bisa membuka blokir nomor itu jika kau ingin berkomunikasi dengan ayahmu, Kak."
"Kau juga bisa menyalinnya agar kau bisa menghubunginya dengan ponselmu. Ini keberuntungan yang besar, Kak." Jung Ki mengizinkam Tae Woo melakukannya bahkan memberi ide yang baik pada Tae Woo.
Karena saat itu adslah kesenangan yang baik hanya itu maka Tae Woo memilih mengirim pesan pada ayahnya juga.
/Ayah, ini aku. Kim Tae Woo./
Setelah mengirim pesan Tae Woo mulai menelfon nomor tersebut untuk mendengar suaranya lagi. Namun nomor tersebur sudah tidak diaktifkan lagi seyelah semuanya terjadi. Jung Ki cukup binging karena Tae Woo sedikit gusar.
"Ada apa, Kak?
"Nomornya tidak aktif." Jung Ki menyatukan alisnya cukup terkejut karena dialah yang awalnya memblokir kontak tersebut, namun semuanya menjadi terbalik. "Bagaimana bisa?"
Tae Woo menghela nafasnya berat. "Pergi kemana saja kau dengan Kak Yoon Seok tadi malam, Jung Ki?"