webnovel

25. Blokir atau Batal?

"Katakan padaku jika keluarga dari pamanmu tidak memperlakukanmu selayaknya kau adalah manusia," minta Yoon Seok pada Jung Ki saat pria itu berhasil mengantar Jung Ki sampai depan rumah pamannya tepat pukul satu malam.

Tidak ada yang lebih memperihatinkan sebenarnya, mengingat rumah paman Jung Ki sudaj lebih baik dari sebelumnya, melihat rumah paman Jung Ki sudah baik-baik saja tidak seperti sebelumnya juga.

"Kak Ji Hoon hanya sedikit membenciku, itu wajar. Perhatian ayahnya mulai terbagi denganku, walaupun ibunya tidak melakukannya padaku. Aku sudah sangat bersyukur, Kak Yoon Seok." Yoon Seok terkekeh, pria itu memilih mengelus puncak kepala Jung Ki setelah memberikan beberapa obat yang sudah Yoon Seok belikan untuk Jung Ki, dan beberapa makanan yang sama untuk paman, bibi dan Ji Hoon di saturumah yang sama.

"Baiklah aku pulang dulu, ingat kata-kataku," minta Yoon Seok saat berhasil memberikan beberapa makanan dan barang-barang milik Jung Ki saat pria itu sengaja dan tidak sengaja membelinya menggunakan uangnya. "Aku akan menelfon Kak Yoon Seok jika aku mendapat masalah, aku akan menelfonmu Kak." Yoon Seok menghela nafasnya berat, dia kali ini membiarkan Jung Ki masuk ke rumah pamannya sendirian, jika bulan kemarin pria itu sengaja datang dan mengantar Jung Ki sampai bertemu pamannya kali ini pria itu memilih tidak melakukannya.

Hanya ingin melihat apa yang akan Jung Ki dapatkan setelah bekerja dan mendapat gajinya dan membawa makanan juga. Yoon Seok sengaja melihat Jung Ki dari mulai pria kecil itu berjalan sedikit kesusahan karena ada beberapa barang bawaan miliknya banyak, dan ada masalah karena tubuhnya juga.

Yoon Seok akan pulang jika pria itu berhasil masuk ke rumah pamannya, sedikit beradu argumen dengan pamannya sebentar pada akhirnya Jung Ki diperbolehkan masuk hari ini.

"Semoga pilihanku tidak membuatmu merasa tidak nyaman, Jung Ki." Setelah mengatakannya pria itu memilih pulang dan menjalankan mobilnya menuju apartemennya, tempat dimana apartemennya hanya memiliki waktu limabelas menit perjalanan sampai pada kantornya bekerja.

Kembali pada Jung Ki, pria itu berjalan menuju rumahnya, mulai kesusahan karena ada empat kotak cukup besar makanan untuk semua anggota keluarga termasuk dirinya yang Yoon Seok belikan untuk mereka Jung Ki mulai mengetuk pintu.

Yang menbukakan pintunya kali ini pamannya, sebenarnya memang selalu pamannya. "Jeon Jung Ki, kau pulang lebih cepat?" tanya pamannya saat melihat jika sekarang masih terlalu cepat untuk keponakannya pulang. "Iya, sekarang hari gajianku. Aku diperbolehkan pulang cepat."

"Semua ini? Apa teman laki-lakimu lagi yang---" Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, pria itu benar-benar menggelengkan kepalanya sepakat dengan apa yang Yoon Seok ajarkan padanya.

"Aku pulang jalan kaki."

"Semua makanan ini, aku yang membelinya, dengan uang gajiku," jawab Jung Ki dengan jujur walaupun itu sedikit sulit untuk dirinya katakan. "Kau selalu mengatakan itu, tapi pria kemarin mengatakan--"

"Aku berteman dengannya sudah cukup lama paman, jangan menganggapku lemah hanya dengan aku tidak memiliki uang untuk membelikannya," jawab Jung Ki ingin menjelaskan pada pamannya jika apa yang pria itu pikirkan tentangnya tidak semuanya benar.

"Masuklah," perintah pamannya membuat Jung Ki menganggukkan keoalanya pelan, pria itu menurut dan menyimpan makan malamnya di atas meja makan dan ajan dia tata dengan rapi juga.

"Tidak perlu kau masukkan ke kulkas, kami akan memakannya sekarang saja," ucao pamannya membuat Jung Ki kali pertama menyatukan alisnya bingung. "Maksud paman?"

"Bukankah bibi dan Ji Hoon sudah tidur? Aku bisa menyimpannya untuk sarapan besok jika tidak bisa mengonsumsinya sekarang," jawab Jung Ki jika dia tidak ingin disalahkan oleh bibinya untuk yang kesekian kalinya. "Bibimu dan Ji Hoon sedang pergi ke suatu tempat, putra paman ingun membeli beberapa baju dan keperluan kuliah, beberapa menit lagi mereka akan sampai, masuklah ke kamar dan mandi. Akan paman perintah bibimu untuk menyiapkan makan malam." Jung Ki menelan ludahnya sukar.

Haruskan terjadi lagi? Pertengkaran hebat antara dirinya dengan bibinya, atau mungkin bibi dengan pamannya, lalu Jung Ki dengan Ji Hoon lagi. Sejujurnya Jung Ki hanya ingin berangkat sangat pagi, sarapan di tempat kerja dan perjalanan menuju kafe, pulang cukup larut dan rumahboamannya hanya untuk tidur.

Sayangnya sepuluh tahun terus berjalan, semuanya tidak bisa berjalan semudah itu. Jung Ki selalu gagal menjauhkan dirinya dari kakak sepupu laki-lakinya, dan bagaimana bibinya semakin membencinya karena Ji Hoon tidak menyukainya.

Semuanya terlihat sangat mendiskriminasi, hanya saja tidak terlalu jelas namun menyakitkan. "Mandi lah, paman akan mengurus sisanya," perintah pamannya yang kali ini membuat Jung Ki tersasar akan lamunannya kali ini.

"Paman, maaf sebelumnya. Sepertinya lebih baik aku memakan makan malamku di kamar saja, untuk menghindari kekacauan," ucap Jung Ki yang sedikit ragu namun mengambil gerakan yang sama untuk menganbil satu kotak besar makanannya untuk menjaga jarak.

"Kau tidak nyaman tinggal di rumah paman?" tanya pria yang sudah menganggap Jung Ki sebagai putranya sendiri mulai merasakan ada perasaan tidak nyaman antara keluarga kecilnya dengan keponakannya. "Ah, itu. Bukan paman, aku hanya butuh istirahat untuk bekerja lagi besok, aku sangat nyaman tinggal di rumah paman."

"Terlebih paman dan bibi sudah menjadi orang tuaku setelah kematian keuda orang tuaku, maafkan aku jika menyakiti perasaanmu paman." Jung Ki meletakkan makanannya lagi berniat makan bersama saja. Pamannya sangat halus dan lembut, pria itu benar-benar tidak bermaksud untuk membawa Jung Ki hidup miskin dan tidak mendapatkan segalanya.

Hanya saja kedatangan Jung Ki dikeluarga kecil pamannya ternyata tidak dianggap baik oleh istri dan putra pamannya.

Jung Ki sebenarnya menyadari sejak pertama laki-laki kecil itu datang, hanya saja dia juga tahu diri, dia tidak tahu siapa keluarganya, dan selalu menjadi kecil dan ciut menyadari hidupnya.

"Masuklah ke kamar dan bersihkan dirimu, Jung Ki. Kami akan mengurusnya," minta pamannya yang kali ini tidak bisa lagi Jung Ki bantah, pria itu manis itu lebih dulu mengeluarkan uang gaji bulannya dan mulai memberikan sebagian uangnya pada pamannya.

Bahkan Jung Ki benar-benar membagi uang sama rata pada pamannya untuk diberikan pada bibinya. "Ini gajiku, paman. Tolong berikan pada bibi untuk mengurusnya, aku akan berusaha lebih keras untuk membantu keuangan keluarga ini, paman." Jung Ki benar-benar memberikan uang dengan amplop coklat dan sebagian miliknya hanya dikantongi.

"Terima saja paman. Paman sendiri yang mengatakannya padaku dulu jika paman sudah menganggapku sebagai putra paman, aku hanya memberikan hak paman sebagaimana paman memberikannya untukku. Terimakasih telah membesarkanku dengan tulus, aku ke kamar dulu paman." Pria manis itu benar-benar meninggalkan pamannya dengan uang cash cukup banyak dimana ada lebih dari dua juta won yang Jung Ki berikan pada pamannya.

Sejujurnya jika sebagaian uang yang Jung Ki dapatkan setiap gaji bulanannya turun untuk paman dan bibinya, uang yang di berikannya juga tidak selalu Jung Ki makanan.

Jung Ki sangat jarang memakan makanan masakan bibinya, selain Ji Hoon akan menyelesaikan makanannya dengan cepat Jung Ki tidak senang jika itu terjadi dengan cepat dan membuat putra kandung pamannya tidak nyaman di rumahnya sendiri.

Dengan uang milik Jung Ki diberikan pada bibinya dan uang yang selalu Jung Ki dapatkan juga dia belikan untuk sarapan dan sesekali membeli cemilan. Jung Ki memiliki Kim Tae Woo dan Min Yoon Seok, tapi keluarga paman Jeon tidak memiliki apa yang Jung Ki miliki. Oleh karena itu Jung Ki tidak masalah jika dia memberikan sebagaian uangnya.

Seperti sebuah kewajiban.

"Kau seharusnya senang, Jeon Jung Ki." Pria itu kali ini mengeluh begitu menyadari jika dia membuka kamarnya, dan melihat pantulan dirinya dimana wajah dan tubuhnya benar-benar sudah sangat kelelahan. "Tapi bodohnya kau, kau memilih tersiksa seperti ini. Kau benar-benar bodoh!!" kesalnya lagi dengan melempar tas miliknya, ada beberapa obat yang Yoon Seok belikan untuknya.

Lebih lama mengingat bagaimana memori kelam miliknya semakin menghantuinya Jung Ki memilih mengambil beberapa pakaiannya untuk mandi, pria itu mandi denganntenang, dengan gerakan kecil dan lembut agar dia tidak mendapatkan sakit yang cukup banyak bagaimana lukanya sekarang sudah mulai menghijau.

Tidak terlalu sakit sekarang, itu seharusnya.

Lebih dari limapuluh menit mandi dan mencuci semua pakaiannya Jung Ki pada akhirnya selesai mandi, dia memberikan ranjangnya, dan juga dirinya.

Menata rambutnya, lalu menggunakan pelembab pada tubuh dan wajahnya. Mengejek ponselnya yang tidak dia bawa dimana sekarang ponselnya tidak memiliki daya sama sekali.

Pria manis itu tidak membawa ponselnya saat bekerja dan ponselnya mati total, Jung Ki mengambil chargernya untuk mengisi daya ponselnya.

Dengan sesekali di charger Jung Ki sedikit bermain dengan ponselnya.

Ada beberapa spam pesan banyak dsri Kim Tae Woo, Jung Ki tersenyum kecil saat menyadari jika sepanjang di kafe, walaupun Tae Woo terlihat mengabaikannya dan memilih mengintimidasinya Jung Ki benar-benar tahu sebanyak apa pria itu sangat khawatir dengan hal itu.

Sangat banyak.

Satu panggilan masuk ke ponselnya, nomor tidak dikenal, Jung Ki cukup terkejut karena ponselnya bahkan hanya menyimpan nomor tidak lebih daei limaratus dsn itu hanya teman-teman Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan teman perkuliahnnya walaupun Jung Ki tidak lulus saat itu.

"Apa ada yang membagi nomorku oads seseorang?" gumam Jung Ki saat dia masih ragu menganggat panggilan telefonnya. Saat Jung Ki cukup berani untuk mengangkatnya panggilan tersebut mati. Ada sedikit keraguan saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi, hanya saja Jung Ki memilih menelan ludahnya sukar.

Dia akan keluar karena pamannya memanggilnya untuk makan malam, baru saja akan meninggalkan ponselnya Jung Ki kembali mendapat pesan dari nomor yang sama dimana nomor tersebut menelfon padanya beberapa detik yang lalu.

/Jangan menjauhinya./

/Dia tidak memiliki siapapun selain kau./

/Tetap ada di sampingnya, aku mengandalkanmu./

/Kau membaca pesan ini? Tolong cermati, aku hanya mengatakan hal yang sama, ku harap kau paham./

Alis Jung Ki menyatu sempurna begitu mendapat pesan membingungkan untuknya, Jung Ki membalas pesan pada nomor sebelumnya untuk memperjelas.

/Siapa kau? Dan siapa yang harus aku lindungi? Maaf, aku tidak mengenalmu. Jadi ku rasa kau harus sedikit sopan agar tidak menelfon dan mengirim pesan padaku, tuan atau nyonya./

Jung Ki membalasnya dengan sopan dan sarkas, setelah membalasnya Jung Ki berniat memblokir nomornya juga, hanya saja saat sudah pada opsi BLOKIR atau BATAL Jung Ki mulai terhenti.

Nomor tidak dikenal membalasnya.

/Lindungi putraku. Kim Tae Woo. Aku ayahnya./

/Tolong selalu ada di sampingnya, pria manis./

Percayalah, tubuh Jung Ki sudah menegang lebih dulu sebelum berhasil memblokir nomor sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi," gumamnya.

Baca baik-baik dan cermati saja, Kak.

sakasaf_storycreators' thoughts
Nächstes Kapitel