webnovel

38. Keluarga Su

"Oh iya Hajin, kalian punya 3 anak apa tidak dapat teguran dari pemimpin setempat?" Ibu membicarakan soal kebijakan satu pasangan satu anak

Aturan ini di terapkan sejak Desember tahun 1980.

"Kebijakan itu hanya berlaku untuk masyarakat kalangan menengah kebawah bu, jika pendapatan keluarga di atas rata rata kebijakan itu tak berlaku dan tak ada sanksi, program itu sebenarnya di buat pemerintah untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan meningkatkan sumber daya manusia, karena tak jarang jika punya 4 anak, hanya anak pertama saja yang mendapatkan pendidikan terbaik, sisanya hanya mendapat ampas"

"Perkataan mu sama seperti kepala desa sewaktu seminar, tapi apa beneran tak di tegur oleh pemimpin daerah mu?"

"Tidak sama sekali bu, aman kok"

"Kalau begitu syukurlah, aku agak khawatir jika kalian dapat masalah dari kebijakan itu"

.

(Di kota disahkan tahun 1980 namun di desa baru disahkan tahun 1982 pertengahan, bisa beda waktunya karena wilayah Tiongkok itu sangat luas, jadi penyebaran kebijakan itu agak terhambat oleh jarak dan dana)

.

Yuan Yuan ikut ayah mertua jajan ke warung depan rumah.

Sementara aku tidur dulu di kamarnya Wanqiu.

Aku lelah berkendara dan perlu pemulihan tenaga sejenak.

.

Jam 5 sore.

"Suami, bangun segera mandi sudah sore" Wanqiu membangunkan ku

Mata masih sayu disiruh dibuka, hadeh..

"10 menit lagi sayang, aku sangat lelah"

"Katanya kita akan lanjut ke rumah keluarga mu sore ini, apa kamu lupa? Kita juga akan menjenguk anaknya Huo dan Chu Lian loh"

"Ishhh oke oke aku bangun ini"

.

"Kuan dan Jinping dimana?" Tanya ku

"Ikut ibu dan Lushi di depan rumah"

Duduk di tepi kasur.

"Buruan mandi jangan hanya duduk diam seperti itu" Wanqiu menegur

"Apa kamu tau istri isi mimpi ku tadi? Sebentar namun terasa sangat nyata"

"Buruan mandi jangan bicara mimpi di siang bolong mu sekarang!"

"Sebentar biar aku cerita dulu, mimpi ku tadi itu sangat keren dan sedih"

"Oh benarkah? Lalu apa mimpi mu?"

"Mimpi ku itu, di pesta pernikahan aku menggandeng Jinping sebelum bersama pengantin prianya, balutan gaun pengantin putih bersih dia tampak sangat cantik secantik dirimu"

"Loh lalu aku apa tak ada di mimpi mu?" Wanqiu protes

"Eh aku baru sadar, kamu tak ada di sana"

"Dasar suami kejam!"

.

.

Setelah mandi.

Jam 5.30 aku dan keluarga kecil ku pergi ke rumah keluarga ku, keluarga Yu.

.

Jam 6 petang sampai.

Sebenarnya tak baik berkunjung jam segini, namun biarlah sebab rencananya besok aku dan keluarga merayakan lunar di rumah keluarga Su.

"Salam ayah ibu" Wanqiu memberi salam

"Bagus anak dan menantu sudah datang, oh dan lihat dua malaikat baru ini, namanya Haikuan dan Jinping kan?" Ibu

"Benar bu" Wanqiu

"Katanya kakak kedua dan ketiga serta Huo pindah bu, apa benar?" Tanya ku

"Benar, mereka pindah tahun lalu di bulan Desember, sekarang tinggal putra pertama dan istrinya, rumah jadi sepi sekarang" Ibu agak sedih

"Tak perlu sedih bu, oh iya kudengar istrinya sudah melahirkan juga, aku ingin menjenguk anaknya karena baru sempat sekarang, dia sekarang tinggal di mana?"

"Ah tak perlu, besok saja datang ke sini, mereka akan berkumpul di sini, namun katanya hari kedua, hari pertama digunakan di keluarga wanita"

"Oh kalau begitu sama juga bu, aku dan Wanqiu akan merayakan di rumah keluarga Su, namun niatnya sore datang ke sini, jika yang lain kumpulnya lusa maka aku akan datang paginya esoknya saja"

"Itu tak masalah, sekarang masuk dulu"

.

.

"Kemana kakak pertama?" Aku tanya ke ayah

"Dia mungkin masih kerja di tambang, kemungkinan sebentar lagi kembali"

"Kenapa masih bertahan? Bukannya sudah ku katakan kerja di sana itu hanya seperti menukar nyawa"

"Pekerjaan di desa terbatas Hajin, jika tak di situ maka lebih baik di pabrik, namun pabrik di sini gajinya tak lebih tinggi dari tambang, lalu sebagai petani, kita memang punya lahan, namun dipanen hanya 4 bulan sekali, untuk aku dan ibumu yang hanya mikir makan sekarang dan esok itu cukup, namun untuknya itu kurang sebab ada Fang, Ran, dan Washu yang perlu biaya" (Mereka anaknya kakak pertama)

"Apa mungkin alasan kakak kedua dan ketiga pindah adalah masalah pekerjaan juga?"

"Sayangnya itu benar, pekerjaan di sini sangat susah untuk mendapatkan gaji besar"

"Aku mendapat info jika banyak desa sudah mendapatkan penyuluhan dan pendanaan untuk membangun pekerjaan di desa sejak larangan urbanisasi di lakukan, apa di sini belum terdampak?"

"Sayangnya desa ini hanya kebagian di bidang peternakan, karena tanah kita datar dan mudah di akses, tapi sayangnya tak banyak yang direkrut, paling banyak hanya 40-60 orang saja, gajinya pun tak banyak, walaupun terjamin namun itu bukan pilihan yang baik, berbeda dengan desa sebelah yang kebagian menanam gingseng, pendapatan mereka lebih banyak dan orang yang di butuhkan lebih banyak"

"Hmm, begitu alasannya" Sebenarnya aku sudah tau.

"Tak perlu terlalu di pikirkan, kakak mu juga sudah dewasa mereka memilih jalan hidupnya sama seperti dirimu, yang penting mereka tak kesusahan"

"Tapi aku merasa tak enak, karena mungkin aku juga yang membuat kakak kakak ku ingin merantau, rumah jadi sepi sekarang"

"Ah tidak tidak, rumah memang seperti ini, semua orang sibuk dan rumah terkadang kosong, itu biasa"

Aku tersenyum, ayah memang orang yang keras dan keras kepala untuk mengakui suatu kebenaran.

..

.

Jam 8 malam pulang ke rumah keluarga Su.

Di perjalanan.

"Baba, kembang api" Yuan Yuan menunjuk keluar kaca mobil

"Mau beli?" Aku tanya

"Mari beli saja, untuk memberi suara meriah malam tahun baru" Wanqiu

"Iya beli!" Yuan Yuan

"Oke"

Putar balik dan berhenti di samping stand penjual kembang api.

"Silahkan di pilih tuan, nyonya, dan adik kecil" Penjual ramah

Yuan Yuan langsung menunjuk petasan tembak paling besar.

"Mau yang ini?" Wanqiu tanya ke Yuan Yuan

"Tunggu sebentar" Ucap ku ke mereka berdua

"Apa ada petasan tembak yang beruntun? Aku biasanya membeli itu bukan yang ini"

"Aku punya tapi harganya agak mahal"

"Tak masalah, keluarkan saja"

"Oke tunggu sebentar"

Diambil dari kolom meja.

"Ini ada 2 buah saja, aku tak berani menjual banyak takut tak laku soalnya, ini 100 tembakan, harga perkotak 50 yuan"

"Oke, bungkus keduanya, aku akan memilih yang lain lagi"

"Oke tuan, siap laksanakan!" Penjual senang

Yuan Yuan memilih petasan bunga api dan petasan pensil, untuk besok ku beli petasan gabungan yang biasa di gantung sebanyak 5 buah.

"Kamu mau beli juga istri?" Tanya ku

"Aku cukup melihat saja, jadi tak perlu beli"

"Oh oke, tolong di total semua ini"

"Baiklah, dua kotak 100 yuan, 4 kotak bunga api 8 yuan, 2 kotak petasan pensil 1 yuan, petasan gabung 5 50 yuan, totalnya 159 yuan, ku diskon jadi 155 yuan saja"

"Oke terima kasih"

"Oh adik kecil, ini ku berikan bonus petasan banting juga" Penjual baik memberikan dua kotak petasan banting

"Terima kasih" Yuan Yuan

"Sama sama adik"

.

.

Penjualnya sampai mau ku repotkan untuk membawa semua petasan ke bagasi mobil, sebenarnya aku bisa sendiri, namun karena dia ingin ya ku biarkan.

Lanjutkan perjalanan.

.

Sampai rumah keluarga Su, Yuan Yuan langsung merengek agar petasannya di nyalakan.

(Dia merengeknya pada Wanqiu, bukan padaku)

"Suruh kakek atau ayah saja, ibu tak berani menyalakan" Wanqiu

"Baba!" Yuan Yuan

"Iya tunggu sebentar, kita masuk dulu, adik mu bisa kedinginan jika terus di luar"

"Oh benar, adik perlu kehangatan"

.

Masuk ke rumah.

Yuan Yuan langsung pamer ke kakek neneknya dengan petasan bunga api di tangan.

"Lihat kek nek, baba membelikan ku banyak petasan, ayo nyalakan"

"Wah banyaknya, kalau begitu ayo nyalakan bersama" Kakek

"Jangan terlalu terburu buru, mari tunggu sampai jam 9 saja, ketika yang lain juga menyalakan petasan, Yuan Yuan tunggu satu jam lagi ya" Nenek

"Ehh sekarang nek"

"Tak apa, nyalakan satu kotak dulu, sebentar kakek cari lilin dulu"

"Hore!!"

Lushi melirik dalam belajarnya.

Dia sangat serius ingin kuliah, jadi dia tak boleh membuang kesempatan pada bulan Mei nanti, ia tak ingin membuat kecewa ayah ibu dan kakak Wanqiu, terkadang jadi anak bungsu menurutnya kurang enak, contohnya di kondisi sekarang, 3 kakak kuliah semua, jikalau dia gagal maka dia bisa membuat malu, itu sudah membuat tekanan batin.

.

Wanqiu menidurkan Kuan dan Jinping di dekat Lushi.

"Kamu ini belajar terus, ini malam tahun baru besok libur bukannya?" Wanqiu menegur adik bungsunya

"Aku belajar soal ujian masuk kuliah kak, Bukan pelajaran sma yang ku pelajari sekarang"

"Oh kamu mau kuliah juga, mau Fakultas dan prodi apa?" Wanqiu mengerti apa perbedaan antara Fakultas dan Prodi/progam studi

"Apa di Universitas Beijing ada Fakultas seni jurusan tata busana?" Lushi tanya

"Hah? Kamu mau jadi penjahit?" Wanqiu kepikiran jika tentang busana itu adalah penjahit

"Bukan penjahit, tapi Designer pakaian"

"Beda itu?" Wanqiu tak paham

"Ya beda, penjahit itu orang yang kerjanya menjahit baju, sedangkan Designer itu perancang busana, dia tak harus bisa menjahit, namun dia harus bisa membuat baju"

"Emm" (Wanqiu bingung dengan kata kata, tak harus bisa menjahit, namun harus bisa buat baju, di pikirannya apa baju itu tak perlu di jahit?)

Aku ikut gabung di obrolan mereka.

"Prodi tata busana di Universitas Beijing tak ada Lushi, prodi tata busana saat ini hanya ada di Universitas swasta, alasan utama Universitas Negeri tak membuat prodi itu karena biaya yang besar selama praktek, apalagi di akhir kuliah nanti bisanya akan di adakan fashion show, dimana para calon designer alias nya mahasiswa semester 7 menontonkan hasil karyanya, uang baju dan sewa model tak di biayai Universitas, Universitas hanya menyediakan tempat, jadi itulah mengapa Universitas Beijing tak membuat prodi tata busana"

"Seberapa mahal suami?" Wanqiu tanya

"Mungkin biaya rata rata Persemesternya 2 kali biaya Qinqin sebelum dapat beasiswa"

Wanqiu kaget, namun Lushi tak tau.

"Berapa Yuan kak?" Lushi berani tanya pada Wanqiu

"5000 yuan, sekitaran segitu" Wanqiu

Lushi langsung membelakan mata.

"Tapi baju selama praktek yang di buat adalah hak mu, jadi kamu sebenarnya bisa menjual hasil belajar di Universitas itu, namun itu setau ku loh ya" Ucap ku

Ibu dan ayah tak mendengar obrolan kami, sebab mereka sedang menemani Yuan Yuan di luar.

(Tapi sayangnya ibu mertua tak sengaja dengar karena dia melihat Yuan Yuan dari teras rumah, petasan bunga api tak membuat suara bising)

.

"Apa tak ada beasiswanya kakak ipar?" Lushi tanya

"Lushi, yang mahal dari prodi tata busana adalah ketika prakteknya bukan pada biaya Persemesternya, jikalau ada beasiswa itu hanya akan menutupi tagihan Persemester, lagian kenapa pilih tata busana?, kenapa tak perawat, dokter, atau hukum saja?" Aku balik tanya

"Aku kurang minat, aku lihat di tv Hitam Putih, kata Profesor yang di wawancarai bilang, " Kuliahlah sesuai minat agar ketika lulus cari kerja sesuai dengan keinginan, belajar di umur dewasa itu susah, apalagi di tahun sekarang yang kebanyakan anak lulus SMA langsung menikah, jadi perlu dorongan agar mau belajar, ciptakan tujuan juga perlu""

"Oh lalu maksud mu kamu berkeinginan jadi designer busana?" Balas ku

"Aku ingin, pergi ke paris dimana tempat perancangan busana profesional bekerja, membuat fashion show yang di datangi banyak artis dan tamu ternama" Keinginan dari Lushi

Aku kaget dengan mimpinya itu, bukannya merendahkan namun sampai sekarang pun tak ada designer asal Tiongkok yang membuat fashion show di paris.

Persaingan perancang busana di negeri sendiri saja sudah susah apalagi di pusat perancang busana seluruh dunia berkumpul.

"Lushi, kakak ipar mu bukan mesin uang berjalan, sesuai kesepakatan hanya 1 tahun dibiayai kuliah, jika kamu memang ingin tetap ke tata busana, tahun kedua dan seterusnya adalah tanggung jawab mu sendiri" Wanqiu memberi tekanan pada Lushi

"Aku tau, jika biayanya segitu aku akan mundur juga kak" Lushi mencoba tenang, namun di hati merasa sedih karena impiannya tak bisa terwujud

Ku garuk rambut kepala ku, tak gatal namun mencoba berpikir agar keinginan Lushi bisa terwujud.

"Kamu jangan pasrah begitu, jika itu memang impian mu kejarlah, urusan uang bisa di bicarakan dengan kakakmu, aku atau ayah mu" Ibu mertua tiba tiba muncul

"Ibu.. " Lushi bingung harus berkata apa

"Ibu, bagaimana bisa kamu masih menyebut ku, apa kamu tak merasa bersalah jika harus membuat suami ku menanggung beban biaya yang begitu besar" Wanqiu marah

"Aku tak mengandalkan Hajin, aku hanya bilang kakaknya Wenqi, Pingping, dan Jinqi, kamu tak termasuk tak masalah" Ibu bilang

"Hei, apa maksud ibu! Aku berkata kasar pada Lushi ini juga demi kebaikannya, uang 5000 yuan dalam 6 bulan dapat dari mana? Wenqi Pingping kerja part time, upahnya juga untuk membayar biaya kuliah dan kehidupan kuliah, jika ada yang bisa di andalkan hanya Jinqi, dia mendapatkan beasiswa penuh dan sekarang dia juga kerja part time, tapi tiap orang punya kebutuhan masing masing" Wanqiu tersulut emosi oleh kata kata ibunya

"Istri diam jangan membentak ibumu, biarkan aku berpikir sejenak" Ucapku melerai

"Diam bu, kak, maaf kakak ipar juga, aku tak akan masuk tata busana, jadi tak perlu ribut" Lushi merasa bersalah karena membuat gaduh keluarganya

"Lushi, jikalau kamu tak mendapatkan apa yang kamu inginkan ibu merasa sangat bersalah, sebab kakak kakak mu mendapatkannya, jadi jangan menyerah atas impianmu"

"Ibu! Kamu pikir aku mendapatkan apa yang aku inginkan? Aku berhenti sekolah bahkan sebelum lulus Sekolah Dasar, ibu bilang aku mendapatkan impian ku?" Wanqiu marah lagi

"Shuuttt diam istri, jangan membentak ibumu lagi, ibu mertua tak perlu membandingkan juga, tiap orang punya jalan masing masing, biarkan keputusan di tangan Lushi" Ucap ku

Uwekkk..

Kuan dan Jinping menangis bersamaan.

Aku langsung mengambil Kuan dan Wanqiu mengambil Jinping, berjalan keluar membiarkan Ibu dan anak berbicara.

(Wanqiu ku seret keluar karena dia bisa memperburuk suasana)

"Ada apa ribut ribut di dalam?" Ayah hendak masuk

"Hanya sedikit perdebatan antara anak dan ibu, ayah masuk saja, biarkan Yuan Yuan aku yang menjaga"

"Baiklah"

.

.

"Yuan Yuan masih berapa bunga api mu?" Aku tanya

"Baru ku nyalakan 6, di kotak awalnya ada 10, jadi masih 2"

"Benarkah, coba kamu hitung dulu apa benar dua"

(Dia menghitung)

Menghitung di kotak ada dua, namun dia lupa menghitung yang ada di tangannya sendiri

.

.

Nächstes Kapitel