webnovel

182.) Masalah

Kembali dari supermarket, bahan makanan yang ku beli langsung ku masak.

"Biar ku bantu yah" ucap Nana datang di dapur bersama Sanae

"Silahkan, potong wortel dan lobak menjadi dadu bisa?" tanya ku

"Ajarkan caranya dulu" ucap Sanae

"Sini sini ayah ajarkan"

.

Ku ajarkan cara memotongnya.

.

"Mau di masak apa ini?" tanya Nana yang sedang memotong daging ayam

"Sup bening dan ayam goreng tepung" balas ku

"Aku yang goreng boleh?" tanya Mai yang tiba tiba datang bersama 2 orang lainya

"Boleh saja"

"Aku juga ingin membantu" ucap Ino

"Aku juga"

"Untuk kalian persiapkan alat makannya saja"

"Oke"

.

Jam 6.30 mulai makan malam.

Tok tok.

Pintu di ketuk lalu ku buka kan.

"Siapa ya" ucap ku

"Ini aku, aku ingin memberikan makan ringan yang mungkin di sukai putriku" ucap Yuki sambil menyerahkan satu kantong plastik penuh snack

"Hmm, kamu tidak perlu repot repot sebenarnya, mau masuk dulu?" tawar ku

"Tidak usah, kurasa Mai dan Ino belum menerima ku, aku langsung balik saja"

"Ya sudah hati hati di jalan"

.

Kembali masuk

"Ini ada oleh oleh, silahkan di makan nanti" ucap ku

"Apa isinya yah?" tanya Rika

"Coklat dan beberapa sncak lain" balas ku

"Aku mau coklatnya" ucap Rika dengan semangat

"Itu dari ibu ya" tanya Mai

"Iya"

"Kembalikan saja" kata Ino

"Hentikan, jika di lanjut pasti akan debat lagi, ya jika mau makan jika tidak, tidak usah makan" ucap ku

.

.

Senin 19 Januari, pukul 8 pagi di perusahaan.

Sudah 1 minggu editor perusahaan Loop pic ku training, beberapa sudah dong jika ku katakan begini, namun ada beberapa yang deng ketika ku katakan begitu.

Di ruangan ku

"Pak, anda di panggil bu Anzu ke ruangannya" ucap Reina

"Jam berapa?" tanya ku

"Jam 10 nanti"

"Oke aku akan datang, apa yang bu Anzu inginkan?"

"Laporan produk AGC dan Ln yang anda berikan izin terbit"

"Oh, oke oke, tolong buatkan saya kopi cappuccino satu dulu"

"Baik pak"

.

Total penjualan lewat pre order manga dan Ln sudah meningkat sebanyak 15%, hasil ini juga di karenakan hasil karya ku yang ku jual di sini.

"Pak ini kopinya" ucap Reina

"Terima kasih"

.

Ringg!

"Halo, ada apa?" tanya ku

"Bolehkah aku mampir ke apartemen mu nanti" Yuki bertanya dengan ragu

"Datang saja, toh kamu sudah akrab kan dengan mereka"

"Aku ada urusannya dengan mu yang lebih penting"

"Urusan seperti apa?"

"Soal rujuk, aku sudah meminta agensi, bahwa aku akan keluar dari lingkaran entertainment setelah kontrak ku habis, namun sayangnya aku kesulitan di sini, ya kamu tau juga kan teman teman ku di sini sudah banyak, tidak mungkin aku langsung tiba tiba keluar, jadi ya kita perlu sedikit berunding"

"Tidak ada rundingan soal itu, jika kamu serius ya segera tinggalkan, jika kamu setengah setengah dalam bertindak aku tidak sudi menerimanya, nanti jam 12 datanglah ke restoran dekat apartemen ku" suruh ku

"Baiklah"

.

Jam 10 aku laporan dulu ke bu Anzu.

Ia senang dengan hasil yang ku buat.

"Teruskan Haruka san, lalu bagaimana dengan game dan anime, season depan bisa di jalankan?"

"Untuk anime kita bisa, namun saya kesulitan untuk meminta stasiun tv memberikan tanda tangan kontrak, lalu yang game mulai februari akan mulai test beta, lalu maret akan rilis jika di test beta hasilnya memuaskan" ucap ku

"Oke, aku tidak salah memilih mu sebagai ketua, kapan kapan mari kita minum bersama jika projek manga dan novel sudah terbit"

"Baik bu"

.

Jam 12 siang di restoran

"Kamu tidak pesan Haruka kun?" tanya Yuki

"Tidak, uang ku sudah mepet, jadi bagaimana jalan keluar mu" ucap ku

"Pesan saja dulu, aku yang bayar"

"Tidak perlu, katakan saja langsung" suruh ku

"Aku tidak bisa keluar secara mendadak" ucapnya

"Kenapa tidak?"

"Manager ku berkata bahwa jika aku keluar langsung awak media malah akan curiga lalu risiko yang timbul adalah kalian jadi pusat perhatian paparazzi dan netizen, aku takut kalian tidak nyaman di buatnya"

Aku sedikit melupakan hal itu, tapi jujur saja paparazzi memang menyebalkan.

"Lalu berapa lama" tanya ku

"1 tahun, aku akan mengurangi jadwal ku, perlahan lahan aku akan menghilang dari dunia entertainment"

Aku menghela napas

"Lakukan jika menurut mu itu hal terbaik" ucap ku

Yuki teringat masa lalu, Haruka juga berkata seperti itu ketika dirinya akan pergi.

"Tidak, tolong jangan katakan hal itu, aku sudah terlanjur terjun selama 8 tahun, tidak mungkin aku langsung keluar"

"Ya mau bagaimana, prinsip ku sudah bulat bahwa aku tidak mau dan tidak akan pernah punya istri yang berhubungan dengan dunia artis"

"Ayolah Haruka kun, dunia itu tidak selamanya buruk, hanya beberapa dan itu pasti dari agensi abal abal, aku ikut di agensi ternama, jadi tolong buang pikiran buruk mu itu"

"Aku tidak peduli, kamu tinggal bersama ku nantinya, aku pemimpin keluarga nantinya, bayangkan jika aku punya istri dan kelakuannya ketika shooting tidak senonoh, kamu tidak malu pada anak mu, aku tidak malu sebagai suamimu, inilah alasan ku sebenarnya mencegah mu menjadi artis sejak dulu, tapi kamu kata ini mimpimu, ya sudah aku lepaskan saja, kali ini jika mau kembali segera tinggalkan dunia mu mumpung aku masih memberikan mu kesempatan"

"Dunia acting adalah bagian dari hidup ku Haruka kun, aku aku.." ucap nya lalu menangis karena bingung harus berbuat apa

Semua pelanggan restoran menatap meja kami.

"Maaf tuan dan nona, jika ada masalah pribadi jangan di umbar umbar" ucap salah seorang pelayan padaku

"Baik maaf telah membuat keributan" ucap ku

.

Ku bawa Yuki ke mobil, lalu ku ajak ke apartemen ku.

"Dengarkan, tenangkan dirimu dulu, aku harus kembali bekerja" ucap ku

"Um, baiklah"

.

Kembali ke perusahaan untuk bekerja.

.

.

.

1 Feb

Kehidupan normal, rundingan panjang antara aku dan Yuki akhirnya selesai dengan Yuki langsung memilih keluar namun keluarnya seperti di asingkan, artinya ia tidak bisa bertemu dengan ku ataupun putrinya.

Tapi yang paling mambahagiakan adalah waktunya gajian.

Total gaji yang ku dapat dari gaji pokok, tunjangan anak, serta bonus penjualan, dan gaji mentraining editor, aku mendapatkan 9,5 juta yen lebih.

Tapi tentunya nilai itu tidak melebihi gaji Yuki selama jadi artis yang bisa sampai 100 juta yen per bulan, sebab ya dia kan artis tersohor.

.

Hari ini aku libur jadi ku ajak 5 putri ku jalan jalan ke hiburan taman bermain, sekali kali aku ingin memanjakan mereka.

"Ayah, naik bianglala dulu" ajak Ino

"Ya, mari antri" ucap ku

"Yey"

.

Kemudian komedi putar, rumah hantu, rumah cermin, kano, intinya semua wahana kami coba.

"Ibu kenapa tidak ikut?" tanya Rika

"Iya, kenapa ia akhir akhir ini tidak datang?" tanya Nana

"Ibu kalian sedang menjalani masa berdiam diri, jika ia siap pasti ia akan bersama lagi"

"Oh"

.

"Ayah kapan kami sekolah?" tanya Mai

"Minggu depan, ayah sudah mendaftarkan kalian cuma tinggal menunggu"

"Kami kelas 3 nantinya?" tanya Ino

"Iya"

"Ayo beli perlengkapan sekolah sekalian jika begitu, ayah habis gajian kan" kata Nana

"Boleh?" tanya Rika yang ternyata juga ingin

"Iya, nanti kita mampir saat pulang"

.

Melanjutkan jalan jalannya.

Lalu jam 11 mampir ke toko peralatan sekolah.

"Eits jangan jalan sendiri Rika" ucap ku sambil memegangi badanya karena ia baru lihat sepatu bagus langsung ingin melihat

"Tapi nanti keburu di beli orang" ucap Rika

"Tidak, sepatunya ada banyak, kita jalan dulu ke bagian tas, agar kalian mudah membawa barang lain nanti" ucap ku

"Oh begitu rupanya"

.

Di bagian rak tas.

"Beli yang ini?" tanya Nana sambil menuju tas

"Bukan sayang, itu tas untuk bekerja bukan untuk sekolah" balas ku

"Yang ini keren yah" ucap Rika

"Itu tas untuk anak tk, tas sekolah sd tuh yang ini" ucap ku

.

"Ini tidak lucu" ucap Sanae

"Benar, ini biasa saja"

"Ya cari yang gambarnya menarik kan bisa" ucap ku

"Seperti ini?" tanya Ino menunjuk tas randoseru bergambar bintang

"Nah seperti itu boleh, kalian carilah gambar yang bagus atau yang polosan tidak masalah, yang penting bentuknya seperti itu"

"Oke bos" ucap 5 putri ku

.

Setelah tas pergi ke tempat sepatu, sebenarnya di sekolah ada sepatu khususnya yang namanya uwabaki yang akan di pakai ketika di dalam ruangan, tapi sepatu ini khusus di luar ruangan, aturan juga berlaku, sepatu harus formal.

.

Belanja sampai jam 1 siang.

Total pengeluaran 60 rb yen lebih.

.

"Ayah ke tempat game itu boleh?" tanya Rika saat melihat keluar kaca mobil

"Yang lain bagaimana, mau atau tidak?" tanya ku

"Mau mau"

"Baiklah, kita mampir dulu, tapi kita makan siang dulu" ajak ku

.

Ku arahkan mobil ke restoran keluarga agar bisa hemat, maklumi saja, menyekolahkan 5 anak itu tidak murah.

.

Di restoran.

"Meja untuk 6 orang kak" ucap Rika ke pelayan

"Silahkan ikuti aku adik manis" balasnya

"Baik"

.

"Mau sushi" ucap Ino

"Boleh ku pencet?" tanya Nana menunjuk tab pemesanan

"Pesan saja, lihat angkanya, lalu pilih pesan yang warna hijau" ucap ku

"Oke"

.

Meanwhile

Nana memesan terlalu banyak.

"Maaf" ucapnya padaku

"Tidak masalah, nanti jika tidak habis di bawa pulang saja"

"Tenang, ada aku di sini yang akan menghabiskannya" kata Rika

"Jangan maruk, nanti kamu gendut, nanti kamu tidak imut lagi" ucap ku

"Lalu jika tidak imut memangnya kenapa?"

"Ya lebih baik tetap imut agar ayah tak bosan memandang wajah kalian" ucap ku sambil mencubit lembut pipinya

.

"Ayah, mau sushinya?" tanya Sanae

"Tidak, ayah tidak suka" balas ku

"Ayah tidak suka dengan ikan mentahnya?"

"Yap, kalian saja yang makan jika doyan, ayah up"

.

Selanjutnya pergi ke game canter.

Tukar uang ke koin dulu sebanyak 10000 yen, satu koin 100 yen jadi mendapatkan 100 koin, ku bagikan masing masing anak 20.

"Mainkan permainan yang dekat, jika tidak tau caranya tanya ayah"

"Oke"

.

Aku duduk di kursi.

Ku telepon Yuki karena beberapa kali ia menelepon ku namun tidak ku angkat karena tadi makan dan ponsel ku tinggalkan di mobil.

"Halo Yuki ada apa" tanya ku

"Orang tua ku datang ke apartemen mu Haruka kun, mereka ingin mencegah kita bersama lagi"

"Lha terus?" tanya ku

"Ya kamu tolong buat mereka menyetujui pernikahan ke dua kita"

"Umur mu berapa sih sebenarnya, hidup saja masih di atur orang tua mu"

"Ya mau bagaimana lagi, aku ada di dunia ini kan sebab ada mereka, paling tidak tolong yakinkan ayah ku, untuk ibu biar aku yang urus"

"Baiklah, nanti akan ku urus, kamu sekarang dimana?"

"Dikurung di kamar"

"Heh" aku kaget

"Di kunci di kamar tidak boleh keluar untuk bertemu dengan mu dan putri ku"

"Oh"

"Jangan cuma oh, aku tak ingin loh ya kebersamaan jikalau hanya aku yang berusaha"

"Aku ini sebenarnya sudah sadar diri loh, tapi kamunya yang memaksa untuk tetap bersama, jika kamu meminta ku untuk berusaha oke aku berusaha namun dalam batasan wajar, aku tidak ada kata mengejar mu, kita sudah dewasa bukan lagi seperti cinta remaja, jika memang nantinya orang tua mu tetap tidak setuju maka jangan salahkan aku"

"Ya aku salahkan, lalu hak asuh putriku aku ambil" ucap Yuki

"Hey, sejak kapan ada aturan seperti itu" tanya ku

"Sejak kamu bilang bahwa kamu setuju kembali rujuk"

"Hmmm"

"Kenapa! Tidak suka!" teriak Yuki marah

"Jangan marah, aku akan berusaha sebisa ku nanti, sekarang aku sedang liburan dengan anak anak, jangan ganggu dulu"

"Kamu liburan tidak mengabari ku atau mengajak ku!" Yuki teriak lagi

"Katanya kamu sedang di asingkan, jadi aku kira ponsel mu tidak aktif"

"Paling tidak memberikan sms kan bisa! Walaupun aku tidak bisa ikut kamu sudah memberikan informasi padaku"

"Hmm wanita memang susah di mengerti" ucap ku dalam hati

.

Ku ladeni dulu marahnya agar bisa tenang.

.

"Ayah aku mau main game capit, tapi koin ku kurang" ucap Mai sambil menarik naik lengan baju ku

Ku turunkan ponsel dulu.

Ambil uang 10 rb yen lagi untuk di tukar ke 100 koin permainan.

"Ini bagaikan ke sodaramu yang lain, ingat satu orang 20 ya" ucap ku

"Baik yah"

Mai pun pergi

.

Ku lanjutkan teleponnya.

"Sudah dulu ya jangan marah terus, aku kebingungan juga di sini jika kamu menuntut ku ini itu, bukanya aku tidak mau repot tapi ingat waktu juga, aku di sini sedang liburan kamu di sana mungkin sedang pusing, tapi percayalah nanti setelah aku pulang aku akan membantu, tidak enak jika pertengkaran kita sampai ke telinga anak anak" ucap ku mencoba menenangkan

"Huh, baiklah awas saja jika janjimu tadi tidak kamu lakukan!"

"Iya iya akan ku lakukan"

.

Jam 3 pulang.

Di mobil.

"Kalian apa menghabiskan semua boneka di mesin capit?" tanya ku karena tiap orang membawa lebih dari 10 boneka, apalagi si Mai yang bawa lebih dari 20 boneka

"Kami melihat tutorial di TuBeYu yah, satu kali capit bisa dapat 2 - 4 boneka, yang penting lihat moment yang pas" kata Mai

"Hmm, ya sudah ayo pulang dulu"

"Oke"

.

Perjalanan selama 15 menit.

Di depan apartment ku sudah ada orang tuanya Yuki yang ternyata masih menunggu.

"Kalian masuk dulu" ucap ku pada 5 putri ku

"Boleh langsung tidur?" tanya Rika yang sudah mengantuk

"Tidur saja dulu, nanti jam 5 ayah bangunkan" balas ku

"Umm, Sanae nee bantu aku" ucap Rika

.

Setelah masuk mereka mendekat padaku.

"Langsung saja Haruka, aku tidak ingin ya kamu punya hubungan lagi dengan anak ku" ucap Ayah

"Boleh kita bicarakan saja di lain tempat, aku tidak ingin putri ku mendengar"

"Tidak, kami sudah tidak ada waktu, langsung saja ke intinya tadi, kamu dan anak anak mu itu parasit bagi karirnya Yuki, kamu sadar tidak" ucap Ayah

Note : Haruka bisa dengan mudah memutarbalikam fakta bahwa yang sebenarnya ingin kembali bukan dirinya melainkan Yuki, tapi ia tidak melakukannya karena ia sudah berjanji akan membantu membujuk Ayah dan Ibu.

"Aku sadar, bahkan sekarang ia ingin keluar dari lingkup artis kan, aku memang yang menyuruhnya, kita bicarakan saja di restoran" ucap ku

.

Di restoran ku katakan hal hal manis agar bisa membujuk mereka, namun sayangnya hasil diskusi tetap buntu.

"Kami tidak akan merestui hubungan kalian" ucap Ayah

"Hmm orang tua kolot" ucap ku dalam hati karena sudah capek capek berbicara masih saja di tolak

.

Mereka pergi.

"Paling tidak berikan uang untuk membayar kopinya bangke"

.

Jam 4 kembali ke apartemen.

"Ayah minta uang" ucap Ino

"Untuk apa?" tanya ku

"Mau jajan"

"Oh, ini ambil, jajan yang dekat dekat saja, jika ada orang asing mengajak berbicara atau yang mencurigakan segera lari ke kerumunan atau kembali ke sini" ucap ku

"Oke, mana uangnya"

Ku berikan uang 500 yen sebanyak 5 keping.

"Kasihkan juga ke sodaramu"

"Oke"

.

Aku istirahat di sofa ruang tamu sementara putri putri ku keluar ke taman mungkin.

Ringg!

"Astaga kenapa lagi ini" keluh kesah ku

.

Ku angkat teleponnya.

"Haruka, di perusahaan ada masalah, rilis game beta mengalami kemacetan karena banyak bug, apa benar kemarin sudah kamu cek dan loloskan" ucap Bu Anzu

"Belum ku loloskan bu, aku juga tau ada banyak bug, tim pengembang kemarin masih memperbaikinya"

"Lah kenapa di laporan mu tertulis sudah lolos, game beta sekarang sudah rilis apa kamu belum tau!" Bu Anzu marah

"Ah ulah siapa lagi ini" gerutuku dalam hati

.

Aku langsung pergi ke perusahaan untuk mengurusnya, tapu pergi ke taman dulu.

"Ayah kenapa kemari?" tanya Mai mendatangi mobil ku

"Ayah mau ke perusahaan, ada pekerjaan mendadak, nanti kalian pulang segera, makan malam nanti biar ayah kirimkan lewat seseorang jam 6.30"

"Ayah lembur?"

"Iya kemungkinan, jadi jaga diri baik baik, kalian boleh ambil uang di dekat tv, ayah meninggalkannya di sana, tapi jangan terlalu boros"

"Baiklah, nanti akan ku sampai pada yang lain"

"Oke, ayah pergi dulu, bye"

"Bye"

.

Di perusahaan aku langsung bertanggung jawab memimpin tim game.

"Perbaiki atau kamu keluar" Bu Anzu marah padaku

"Baik bu akan ku perbaiki"

.

Pertama aku langsung menyiarkan bahwa ada maintenence ke servernya.

Keduanya aku mengurus tim masalah bug.

Ku bantu juga jika ada member yang kesusahan mengaturnya.

"Haruka, komplain meningkat tajam, jika nanti sebelum jam 12 malam game belum selesai bugnya, angkat kakimu dari sini, ingatlah ini game utama perusahaan ini, 50 % dana sponsor dan perusahaan telah di alokasikan ke game ini, jangan sampai game ini rusak reputasinya!!!" Bu Anzu marah lagi

"Sebentar bu, jangan menambah tekanan, aku dan tim sedang berusaha ini" ucap ku

.

Jam 6 sore.

Aku memesan makanan ke toko langganan ku untuk makan malam 5 putri ku di apartemen.

.

.

Jam 7 malam

"Pak bug baru muncul" ucap Karyawan A

"Pak jalannya game baru patah patah"

"Pak layar komputer mati saat memainkan game"

"Suara crash pak"

"Tenangkan diri kalian, perbaiki mulai dari hal paling dasar, jangan ke bagian yang bug, cek database dulu" suruh ku

"Tapi pak jika kita melakukan, kita tidak akan berhasil tepat waktu"

"Tidak masalah, yang penting berusaha dulu" ucap ku

"Tapi pekerjaan bapak"

"Diam dan fokus, urusan pekerjaan ku biar aku yang atur" balas ku

.

Maintenance di sudahi jam 9 malam, sudah 123/800 bug yang di konfirmasi oleh kami yang telah di perbaiki.

Sisa bug terjadi di beberapa perangkat saja, jadi perbaikan perlu survey dulu ke perangkat yang di pakai untuk bermain game.

Perbaikan masih berlanjut ke beberapa bagian yang mendetail.

.

Sebelumnya jam 7 malam.

Ku telepon Yuki.

"Malam Yuki, kamu bisa tidak menginap di apartemen ku" ucap ku

"Huh, kita belum sah jadi suami istri loh, kamu sudah tidak sabaran saja"

"Bukan seperti itu, aku sekarang tidak ada di apartemen, aku ada kerja lembur ini, kamu temani anak anak dulu" ucap ku

"Oh ku kira, tapi sayangnya aku masih terkunci di sini"

"Bilang saja ke orang tua mu, aku memenuhi kewajiban ku sebagai orang tua putri putri ku"

"Baiklah akan ku coba, jika berhasil akan ku kabarkan"

"Oke"

.

Perdebatan terjadi.

Namun untungnya jam 8 tepat, Yuki dapat pergi ke apartemen ku untuk menemani anak anak.

.

Jam 12 tepat bug masih belum selesai semuanya, namun Bu Anzu tidak di kantor jadi ia tidak terlalu membuat tekanan.

"Istirahat 2 jam, yang mau tidur silahkan tidur dulu, jernihkan pikiran agar bisa fokus lagi, yang mau begadang ambil kopi sendiri" ucap ku menyemangati tim

"Baik pak"

"Hoammm, akhirnya istirahat"

.

"Pak mau kopi atau tidur?" tanya Reina

"Ambilkan aku air mineral saja" ucap ku

"Baik pak tunggu sebentar"

.

Saat semuanya istirahat aku masih fokus ke layar monitor ku, melihat cctv ruangan ku, karena penyebab tulisan dan tanda tangan yang berarti lolos itu semuanya harus menanggung akibatnya.

.

Hari jumat aman.

Sabtu aman juga.

Tinggal sisa hari Minggu tepat saat aku mengumpulkan laporan.

Jam 12.06 siang

Ada orang yang masuk ke ruangan ku.

"Oh ternyata itu aku sendiri" ucap ku karena lupa penampilan sendiri

.

Sampai jam 3 sore waktu pengumpulan tidak ada yang janggal.

"Astaga aku malah curiga dengan bos ku sendiri tai" ucap ku dalam hati

Namun kecurigaan ku belum tentu benar sebab aku tidak tau apa yang terjadi dengan berkas setelah ku kumpulkan ke meja Bu Anzu.

"Akhhh mau nething tapi tidak bisa, bu Anzu itu orang baik ya tuhan" gerutuku

.

Jam 1.45 dini hari ku bangunkan para karyawan untuk bersiap melanjutkan pekerjaan.

"Ambil kopi yang masih mengantuk, ingat waktu dan bug jadi lawan kita, fokus jangan blunder agar tidak merepotkan personil lain" ucap ku

"Baik pak"

.

Giliran ku untuk tidur.

Jam 3 bangun.

.

Jam 4 ku cek hasil hasil pekerjaan satu persatu karyawan.

.

Jam 6 bug selesai 90%, tinggal beberapa saja.

.

Selasa, Jam 7 pagi kantor di buka lagi.

.

Jam 9 semua bug selesai di bereskan.

Bu Anzu datang mengecek.

"Haruka datang ke ruangan ku nanti" ucap Bu Anzu

"Baik bu" balas ku

.

Aku jalan menuju ruangannya.

"Pak jika anda di keluarkan kami akan membuat demo, anda tidak usah khawatir pak" ucap karyawan B

"Hahaha tenang saja, aku bukan di pecat kok" ucap ku

.

.

Di ruangannya.

"Kamu ku berikan surat peringatan 2 karena kelalaian mu perusahaan hampir tercoret namanya, jadikan ini pelajaran bagimu Haruka" ucap Bu Anzu

"Baik bu, saya mengerti" balas ku

"Sekarang lanjutkan pekerjaan mu di bagian lain, game serahkan pada Pak Lida, yang masuk shift ini"

"Baik bu akan saya lakukan"

.

Pergi kembali ke ruangan ku.

Ku telepon Yuki.

"Halo ada apa?" tanyanya

"Bagaimana keadaan apartemen" tanya ku

"Aku bawa putri putri ku kerumah ku ini" balas Yuki

Aku kaget dong.

"Kembalikan mereka ke apartemen, kamu jangan coba coba menguasai mereka ya"

"Apa maksudmu, mereka yang ingin melihat keadaan rumah ku, jadi aku bawa mereka ke sini, kamu jangan parnoan jadi orang"

"Biarkan aku bicara pada salah satu dari mereka"

"Mereka sedang berenang di kolam renang, jadi jangan ganggu dulu, bye aku juga mau berenang juga"

Telepon ia matikan.

"Oi oi!!" teriak ku

.

Huh aku masih harus tetap bekerja dulu ini.

.

Jam 5 sore pulang setelah pekerjaan yang sangat melelahkan.

"Halo, anak anak dimana sekarang?" tanya ku lewat telepon saat di mobil

"Mereka masih di rumah ku, mau sekalian makan malam, kamu jika mau mampirlah juga"

"Orang tua mu bagaimana dengan mereka" tanya ku

"Mereka bersikap biasa saja, tidak marah ataupun peduli"

"Nanti aku akan menjemput mereka jam 7 malam"

"Biarkan saja mereka menginap di sini satu hari ini"

"Tidak akan ku izinkan, pokoknya jam 7 nanti ku jemput"

"Kamu ini keras kepala sekali, apa susahnya memberikan satu hari, mereka itu anak ku juga, mereka datang dari tubuh ku"

"Kamu memang ibunya, tapi itu bukan berarti aku bisa membiarkan kamu bebas bersama mereka" kata ku

"Please lah jangan terlalu over protective, mereka bahagia juga saat bersama ku, jika kamu tetap bersikap seperti itu juga, mari bawa saja ini ke pengadilan kita perebutkan hak asuh anak, kita tidak jadi rujuk saja sekalian juga!" Yuki marah

Ku matikan telepon karena aku tidak peduli.

.

.

.

Jam 6 makan malam di kedai ramen, lalu jam 7 aku datang ke rumah Yuki.

Ia sudah berdiri di depan gerbang bersama 5 putri ku.

"Kita perlu bicara Haruka kun" ucap Yuki

"Nanti saja, aku lelah ingin segera istirahat, maaf yang tadi intinya, aku berniat ingin rujuk aku janji akan memperjuangkan, namun bukan waktu ini juga, aku sedang sibuk di pekerjaan" ucap ku

Yuki melihat wajahku yang lesu dan lelah.

"Baiklah, nanti saja jika begitu" ucap Yuki

.

Next..

Nächstes Kapitel