webnovel

Ke Acara Bakti Sosial

Sekarang, semua sibuk membicarakan pak Yupi. Ketika dosen itu pergi ke arah kantornya, mereka semua menunggu beliau yang katanya mau mengambil buku catatan bakti sosial. Semua sungguh tak habis pikir kepada dosen itu, karena seperti cewek saja, lama sekali menunggu beliau. Padahal katanya hanya pergi beberapa menit saja, tapi ternyata semua mahasiswa dan mahasiswi menunggu lama dosen itu, hingga hampir satu jam rasanya. Mengeluh, mengomel itu pastinya sangatlah wajar. Jelas mereka semua seperti itu gara-gara dosen yang sungguh menyebalkan ini. Selalu bertindak seenak jidatnya dan membuat sengsara ke para mahasiswa dan mahasiswinya.

"Mana sih permen Yupi ini? Benar-benar ya menyebalkan! Ingin rasanya aku kunyah dan aku telan sampai habis, benar-benar geram aku dengannya," oceh Yelin mengejek dosennya. Dia yang sangat kencang mengeluhnya. Sampai-sampai semua orang menoleh ke arahnya. Tapi itu sudah hal yang sangat biasa, kalau Yelin tidak berisik dan tak ada suaranya. Pastinya bukan Yelin namanya.

Tiba-tiba pak Yupi datang setelah Yelin selesai membicarakannya. Tatanannya berubah, dilihat dari segi depannya. Gaya rambutnya lah yang berubah. Bahkan bau tubuhnya sangat harum, sudah tercium dari jarak agak kejauhan. Sepertinya beliau memakai parfum satu botol penuh tanpa sisa. Namun, bagi Yelin itu sudah sangat biasa, karena di dalam pikiran Yelin, begitulah orang yang masih perjaka, pastinya mau mencari mangsa agar siapa tau ada cewek yang mau dengannya. Alih-alih bau parfum itu adalah semacam rayuan pemikat. Jadi meskipun 2 botol dipakai juga tak masalah, walaupun agak keterlaluan. Tapi Yelin tidak akan terpikat sedikitpun olehnya, yang ada rasa mual menggerogoti dirinya.

'Dia apa tidak waras yaaaa. Memakai parfum segitu banyaknya. Bisa-bisa indera penciuman ku rusak karenanya. Hih benar-benar, pokoknya aku harus menjauhinya kalau mau selamat dari ke-pingsanan. Iya pokoknya aku harus sangat jauh-jauh, mungkin dalam jarak 1 meter, kalau tidak akan benar-benar gawat.' Batin Yelin yang sesekali sudah menaruh jari telunjuk di hidungnya, dengan sesekali melirik tipis dosen Yupi.

Yelin yang tadinya duduk di bangku paling depan karena memang tempat duduk selalu bergilir, dia langsung bangkit dari duduknya dan beralih ke bangku paling belakang, tak lupa temannya lah yang disuruh untuk pindah ke depan. Sehingga membuat curiga dosen Yupi. Dia pun bertanya sembari terus memandangi Yelin.

"Yelindra? Kenapa kamu pindah ke belakang? Apa terjadi sesuatu?" Ucapannya itu terdengar sangat jelas dan lantang.

Membuat Yelin sedikit merinding dan hanya bisa terkekeh, tak mungkin kan dia berkata dengan sejujurnya. Dia hanya bisa cengengesan sekarang. Seraya memutar kedua bola matanya, sejenak untuk memikirkan alasan yang tepat agar tak menyinggung dosen ini. Yelin yang kini sudah menemukan alasan yang jitu dia berdehem dengan menahan tawanya, meskipun nanti dia ditertawakan dan merupakan alasan yang konyol, tidak apa-apa. Yang penting aman dari dosen killer ini.

"Hehe saya pindah ke belakang karena ... itu, Pak, anu haha karena saya ingin kentut tadi, kalau tidak ke belakang takutnya nanti bau busuk, apa Bapak mau?" balas Yelin dengan tanpa rasa takut, yang ada hanya memberikan candaan sekarang.

Dan benar, semua temannya sekarang menertawakannya. Bahkan tiada hentinya tertawa terbahak-bahak. Menggelengkan kepalanya karena ulah Yelin yang sungguh tiada tempat untuk membuang rasa malunya. Bahkan kedua sahabat Yelin berdecak halus, tak percaya begitu saja dengan alasan Yelin. Bahkan keduanya seketika langsung menatapi Yelin dengan kilatan mata yang tajam. Yelin pun memberikan isyarat kedipan mata kepada keduanya, supaya tenang dan nanti bisa dijelaskannya. Mereka pun mengerti dan mengangguk pelan.

"Aih kamu benar-benar jorok YF? Hmmm hus hus sana! Selesaikan di kamar mandi dengan cepat karena kita akan berangkat!" perintah pak Yupi. Yang membuat semua mahasiswa maupun mahasiswi tak heran dengan panggilan yang diberikan oleh pak Yupi. Beliau memang seenaknya memanggil orang, bahkan kadang ada yang dipanggil Tukiyem, Paijo dan sebagainya. Untung saja kalau Yelin tidak pernah dipanggil seperti itu atau bahkan yang aneh-aneh. Beliau hanya memanggil nama yang menyangkut pautkan nama Yelin, jadi tak pernah salah, karena pak Yupi tau, kalau salah sedikit saja. Mulut Yelin akan mengoceh dengan tiada hentinya. Makanya pak Yupi menghindari itu semua.

"Sudah deh, Pak, ayo kita berangkat saja! Lagian aku gak apa-apa, kentut saja kok, ya gak usah ke kamar mandi segala, orang kentut kan hanya beberapa detik saja." Malahan sekarang pembahasan tentang kentut. Pokoknya antara dosen Yupi dan Yelin sungguh luar biasa dahsyatnya, tiada yang bisa terkalahkan.

Kali ini dosen Yupi yang mengalah, malas juga kalau berdebat yang berkepanjangan, apalagi dia membawa dan memimpin semua mahasiswa dan mahasiswinya, jadi harus menjadi panutan yang terbaik. Berbeda dengan dia yang sendirian, bebas dan terserah. Makanya sekarang pak Yupi harus sangat waspada penuh.

Kini semuanya pun berjalan bersama dengan mengikuti pak Yupi yang ada di depan sendiri. Lagian ke arah bakti sosial lumayan jauh juga, tapi pak Yupi berinisiatif jalan kaki saja katanya agar badan sehat ala-ala olahraga. Makanya membuat para mahasiswa dan mahasiswinya menggerutu kesal di dalam hatinya, bahkan bibirnya digerakkan, sepertinya semua orang sudah mengumpati kata makian pedas di dalamnya.

"Benarkah kita jalan kaki, Pak?" protes Yelin tak terima, karena dia tak mau kakinya pegal-pegal.

"Kenapa? Iya benar, kamu tau? Di sana ada banyak orang bukan kita saja. Ada para mafia dan perkumpulan lainnya," terang pak Yupi dengan ngototnya.

Yelin yang mendengar kata mafia, matanya langsung berbinar. Bibirnya langsung tersenyum senang. Pastinya Raj ada di sana menurutnya. Pokoknya dia sangat berharap kalau Raj juga turut serta di bakti sosial itu. Dengan sangat bersemangat Yelin pun berjalan duluan mendahului dosennya. Padahal dia asli tidak tau arah tempat bakti sosial itu.

'Ehhh kenapa dia berubah menjadi semangat setelah aku berucap mafia? Apa karena berfikir ada, Raj? Aku juga mana tau kalau ada Raj di sana, yang jelas Yelin adalah orang aneh. Seharusnya dia takut kalau ada Raj dan menjauhinya karena dia dulu pernah membuat celaka, tapi malah sekarang sangat semangat dan tiada ketakutan sama sekali.' Batin pak Yupi yang memang beliau tak tau kalau Yelin dan Raj sudah sangat akrab dan tak ada kecanggungan lagi seperti yang terfikirkan oleh pak Yupi.

"Yeliiiin. Hey, heeeey. Apa kamu tau tempatnya? Belok kiri! Cepat belok kiri!" teriak Yupi yang melihat Yelin kebingungan dan terhenti untuk memilih jalan yang dituju. Yelin terkekeh dan mengangguk, dia pun mengikuti arahan pak Yupi dengan sangat cepat. Tak mau ketinggalan acara itu. Sebaliknya kalau teman-temannya masih sama semuanya, tak ada rasa bersemangatnya sedari tadi.

"Benarkah ini tempatnya? Lalu di mana dia?"

Nächstes Kapitel