webnovel

10. Belitung Tanda Cinta

Pagi-pagi buta, Yusuf sudah bangun. Ia sudah menyiapkan semua yang di chat oleh Mario. Termasuk roti srikaya kesukaan Mario. Yusuf tidak mandi, Ia hanya mencuci muka dan bergegas menuju bandara. Keadaan jalanan yang sepi membuat mobil Yusuf dengan cepat melaju menembus jalanan dan tiba hanya dalam hitungan menit di bandara, setelah memarkirkan mobilnya, Yusuf bergegas menghampiri Mario yang lebih dulu sampai. Mario sudah duduk di atas koper di depan pintu keberangkatan yang sudah dijanjikan.

"sendiri?" tanya Yusuf setelah bertemu Mario.

"kalo dibolehin, gua bawa se RT" jawab Mario beranjak dari duduknya. Menyeret koper untuk masuk kedalam.

Mario dan Yusuf menuju ke bagian ticketing untuk memprint tiket, setelahnya mereka menuju ke ruang tunggu, agar mempermudah saat mendengar intruksi dari pihak bandara  tentang pesawat yang mereka tumpangi.

"nih, sarapan" Yusuf menyodorkan roti srikaya yang Ia bawa didalam waistbagnya.

Mario mengambilnya dan tersenyum, "thank you, tau aja gua laper" ujar Mario.

Mario segera melahap rotinya, matanya memejam menikmati roti favoritnya sampai habis, "masih ada nggak?" tanya Mario menginginkan lagi.

"masih" Yusuf kembali merogoh tasnya, lalu memberikan satu lagi untuk Mario, Mario kembali lahap memakannya, Yusuf tersenyum senang, "emang Diko nggak beliin?"

"Diko belum bangun" jawab Mario santai.

"emang dia nginep?" tanya Yusuf lagi.

"enggak, dia pulang semalem, cuma nemenin gua beres-beres doang," Mario bercerita.

Yusuf hanya manggut-manggut. Bagi Yusuf hilang sudah harapannya untuk mengutarakan cinta. Tapi apa boleh buat, Yusuf bertekad ingin mengutarakan cintanya nanti di belitung, dan akan menerima apapun yang terjadi.

"lu ada nomer Mas Jupri nggak?" tanya Mario.

"Mas Jupri yang bakal jadi supir kita di belitung?" Yusuf balik bertanya. Mario mengangguk, "ada kok" ujar Yusuf.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Nomer penerbangan mereka sudah dipanggil oleh bagian informasi. Yusuf dan Mario beranjak dari ruang tunggu menuju ke pesawat dengan kelas bisnis. Koper kecil yang mereka bawa untung saja muat, karena Yusuf dan Mario tidak memesan bagasi tambahan. Karena kurang tidur. Yusuf dan Mario memutuskan tidur di pesawat. Tak sampai satu jam, pesawat yang mereka tumpangi sudah tiba di bandara hanandjoeddin tanjung pandan.

Yusuf bangun terlebih dahulu. Ia merasakan pundaknya berat, ternyata Mario tertidur dan bersandar di pundaknya. Yusuf membiarkannya, Ia sengaja mendahulukan penumpang yang lain turun terlebih dahulu. Setelah sepi, barulah Yusuf menepuk pelan pipi Mario.

"hei, bangun" Yusuf memberikan belaian di pipi Mario, "Yo.." bisik Yusuf lebih kencang.

Mario terbangun menguap dan mengucek matanya, "udah sampe?" tanya Mario.

"belum, masih diatas, kita turun pake terjun payung" jawab Yusuf asal.

"lucu lu" gerutu Mario.

"ayo turun!" ajak Yusuf bangkit dari duduknya.

Yusuf dan Mario mengambil koper kecil mereka, lalu berjalan keluar menuju pintu kedatangan. Yusuf menelpon Mas Jupri, supir yang sudah dipesan untuk mengantar kegiatan mereka selama di belitung. Ternyata laki-laki bernama Jupri sudah menunggu kedatangan mereka, Ia melambaikan tangan setelah Yusuf menjelaskan ciri-cirinya.

"kita kemana mas Jup?" tanya Mario setelah berada di dalam mobil.

"terserah Mas berdua aja maunya gimana, mau langsung ke hotel atau jalan-jalan dulu" jawab Mas Jupri.

"hotel dulu aja mas, jauh nggak dari sini" tanya Yusuf.

"jauh sih mas, tapi, sebenernya hotel sherat*n itu udah bagus mas, lokasinya di tanjung binga, pinggir pantai pula, mantep mas, nggak nyesel deh" Mas Jupri menjelaskan seolah marketing yang menawarkan penginapan.

"ya udah, hari ini di hotel dulu aja, besok aja jalan-jalannya, gimana Yo" cetus Yusuf memberikan usul. Mario hanya memainkan handphone dan mengangguk.

"mas kalo mau ditemenin yang bening-bening, bilang saya aja mas, nanti saya bawain" ujar Mas Jupri tertawa.

"serius pak?" tanya Yusuf antusias, "gampang, nanti saya kabarin" sejujurnya didalam hati Yusuf, Ia tak serius, Ia hanya ingin melihat ekspresi Mario. Tapi sayangnya Mario cuek saja.

Mas Jupri melajukan mobilnya menuju hotel yang dibicarakan. Yusuf kembali tidur, namun telinganya samar-samar menangkap suara Mario yang sedang menelpon mesra orang lain. Mario menyebut nama Diko. Yusuf mengira Diko yang dimaksud adalah laki-laki yang waktu itu bertemu dengannya di kossan Mario. Kecewa kembali menghampiri Yusuf, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin Yusuf sudah terlambat untuk mengambil hati Mario.

Sesampainya di hotel. Yusuf dan Mario segera melakukan check in dan diantar ke kamar yang pemandangannya menjorok ke laut serta kolam renang. Seperti yang dikatakan.

"gila, ini mah nggak usah kemana-mana, gua betah disini" Mario berdecak kagum.

Ada dua bed yang terpisah didalam kamar yang cukup luas untuk berdua. Mario segera merebahkan dirinya dan tertidur. Yusuf sendiri memutuskan untuk mandi, dikarenakan dirinya belum mandi pagi.

Dengan dihujani air shower, Yusuf masih memikirkan rencananya yang akan mengungkapkan perasaan. Namun mendengar Mario selalu menelpon Diko, Yusuf jadi ragu. Apakah mungkin Mario sudah menjalin hubungan dengan laki-laki yang bernama Diko. Seusai mandi, Yusuf melihat Mario yang tertidur pulas, kelihatannya Mario memang kurang tidur, sudah berkali kali Mario tertidur. Yusuf membiarkannya. Yusuf mengambil kesempatan untuk memberikan kecupan di kening Mario. Hape Mario yang disilent menyala, menampilkan nama Diko di layarnya. Yusuf mendengus kesal. Ia bergegas mengganti pakaiannya dan segera keluar kamar meninggalkan Mario.

Yusuf menuju kolam renang, menatap kedepan dalam lamunannya. Hatinya tak menerima kenyataan bahwa bukan dirinya yang Mario pilih. Ada laki-laki lain yang sudah mengisi hari-hari seorang Mario.

"suf..!" panggil Mario yang datang dari belakangnya, "lu disini, bukannya bangunin gua" ujar Mario.

"takut ganggu, kayaknya lu ngantuk, semalem kan kurang tidur, karena ditidurin Diko" sindir Yusuf.

"kayak lu nggak aja, semalem juga pasti ada yang nemenin lu di apart, makanya agak telat" sindir Mario memutar obrolan.

"apa gua sejelek itu dimata lu yo?" tanya Yusuf melirik Mario yang sudah duduk di kursi persis disamping Yusuf.

"nggak kok, biasa aja" jawab Mario, "oh iya, lu bawa pelicin ama kondom nggak, takutnya lu khilaf ama gua, lu kemaren kan sama amanda nggak pake, gua liat kok" ujar Mario.

Yusuf memicingkan mata, "gua nggak ampe masuk pas lu pergokin, nggak kayak lu waktu gua pergokin" balas Yusuf.

"tapi setelah gua, lu kan bepetualang lagi" Rio meng-skak mat Yusuf.

"lu juga balik ke cowok itu kan" timpal Yusuf.

"udahlah, nggak usah dibahas, lagian kita kan fun doang, gua bawa kondom ama pelicin kok, buat jaga-jaga kalo lu pengen" jawab Mario.

Yusuf menahan dirinya untuk tidak marah mendengar jawaban Mario, Yusuf tersenyum getir "gua nggak akan ngapa-ngapain lu, lu tenang aja".

"yakin, seminggu lho kita disini" cibir Mario.

"makasih yo, ternyata lu nganggep gua cuma sebatas itu doang"

Yusuf bangkit dari duduknya, Ia berjalan meninggalkan Mario menuju ke pantai. Mario memanggil Yusuf, namun tidak Yusuf perdulikan. Yusuf terus berjalan dan duduk bersandar dibawah pohon kelapa. Menyesali dirinya yang tak bisa berkata jujur tentang perasaannya. Yusuf tak tahu harus berbuat apa, Ini pertama kalinya bagi Yusuf merasakan cinta. Sejak SMA sekalipun, Yusuf tidak pernah serius terhadap hubungan. Namun saat ini hatinya berhasil dicuri oleh seorang laki-laki. Laki-laki yang ia sukai bokongnya, lalu lambat laun Ia sukai hati si pemilik bokong, dan berakhir mencintai keseluruhan yang ada pada si pemilik bokong. Terpaan angin pantai membuat Yusuf mengantuk. Ia tertidur pulas dibawah lambaian nyiur nan hijau.

"Yusuf..! woy, bangun!" Mario menggoyang tubuh Yusuf.

Yusuf menggeliat, kepalanya pusing, kulitnya terbakar karena tidak mengenakan sunblock.

"lu tidur siang-siang disini ampe sore, ngapain coba" ketus Mario.

"lu ngapain disini? mana udah rapi lagi," tanya Yusuf heran melihat Mario yang berpakaian rapi.

"kayak yang gua bilang sama bu Ketty, gua mau pindah hotel sendiri" jawab Mario santai.

"buat apa?" tanya Yusuf lagi.

"ya kan lu nggak bakal ngapa-ngapain gua, jadi gua bisa minta pindah dong, biar kita punya privasi masing-masing" jawab Mario mengemukakan alasan.

Yusuf bangkit, Ia menatap Mario lekat, "huh Privasi" lirih Yusuf, "bilang aja biar lu bisa cari temen sex di belitung, udahlah yo" ujar Yusuf tersenyum.

"picik banget otak lu Suf" balas Mario, "emangnya gua kayak lu, yang diotaknya cuma sex doang, jangan samain kita Suf, kita beda, walaupun gua lebih hina dibanding lu".

"terus apa kalo bukan itu!?" Yusuf meninggikan nada bicaranya.

Wajah Mario memerah padam, Ia tak menjawab pertanyaan Yusuf.

"kenapa lu diem?" tanya Yusuf.

"lu nggak bakal ngerti Suf, karena lu bukan gay kayak gua" jawab Mario berbalik arah ingin meninggalkan Yusuf.

Yusuf memegang pergelangan tangan Mario. Menarik tubuh Mario mendekat dan mencium bibirnya, Yusuf memberi pagutan bibir yang lebih liar, memaksa lidahnya menyeruak kedalam rongga mulut Mario.

"lepasin Suf!" Mario mendorong tubuh Yusuf, "lu jahat Suf" lirih Mario.

"gua jahat apa sih? gua kan cuma cium lu" ujar Yusuf.

Mario tak bisa menahan tangisnya, perlahan air matanya mulai menetes.

"Suf, gua berani sumpah, gua nggak pernah sekalipun ciuman selain sama lu, gua nggak pernah ngisep punya orang, cuma punya lu yang gua isep. Yang lu liat waktu itu, gua nggak sempet digenjot, itu baru masuk dan makasih lu dateng ngegagalin. semua gossip gossip yang beredar di kantor, gua pernah main ama si A, si B, sumpah demi tuhan itu bohong!" Mario terisak menumpahkan semua yang ia pendam dan Ia tahan sendiri.

"Gua selama ini cuma diem, pura-pura tuli, nggak perduli omongan orang, itu semua karena satu hal suf. Alasan gua tetap bertahan di kantor itu karena seorang Yusuf. Cuma lu yang dari awal terima gua dengan semua gossip murahan yang udah kesebar. Dan gua ini goblok, berharap seorang Yusuf jatuh cinta sama gua. Berharap setelah kekhilafan lu waktu itu, bisa bikin lu punya perasaan sama gua" Tangis Mario makin tak bisa Ia tahan, Ia sudah tidak perduli. Ia keluarkan semua rasa yang Ia pendam selama ini.

Yusuf bungkam, Ia memberikan ruang bagi Mario untuk mencurahkan segala isi hatinya terlebih dulu. Yusuf mendengarkan tanpa bergeming sedikitpun.

Masih dalam tangisnya, mario pelan-pelan melanjutkan ucapannya, "lu jahat, kenapa lu seolah kasih harapan sama gua. Gua kege-eran karena lu cemburu sama Diko, Diko cerita masalah lu dateng pagi itu, Diko manasin lu, dia bilang kalo dia nginep di kossan gua, kalo lu mau tau abis nganter makanan gua kemana, gua cari toge goreng, karena gua kangen sarapan berdua sama lu. Gua seneng lu marah perkara Roti, lu nggak liat kan roti dari lu cuma gua kasih satu, sisanya gua simpen di laci, gua sengaja diemin karena gua seneng lu marah, gua ngerasa lu perhatian sama gua, tapi nyatanya gua mergokin lu sama amanda".

"Yo, maafin gua" lirih Yusuf tak dapat berkata apa-apa.

"tar dulu suf, belum kelar" Mario memarahi, "lu kalo mau ngesex sama gua, lakuin aja Suf, tapi jangan bikin gua baper sama lu, kenapa lu belai gua, lu bisikin ke gua, kalo lu cinta sama gua, tapi didepan gua, lu nggak ada sedikitpun singgung ke arah sana, kenapa suf!!?".

Yusuf meraih tangan Mario, Ia menatap mata Mario dengan tulus. Lalu memindahkan tangannya untuk merengkuh pipi Mario, dan juga menyeka air mata yang membasahi pipi lembut Mario,

"makasih Yo" ujar Yusuf memberikan senyum tulus, "makasih karena Kamu udah ngewakilin semua hal yang mau aku tanyain, Kamu juga udah ngewakilin, semua rasa yang ingin Aku ungkapin." Yusuf mencium kening Mario sebentar lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Aku cinta sama kamu, dan itu nggak bohong, Aku serius, Aku cinta sama Kamu. Maaf, Aku nggak seberani kamu untuk ngungkapin perasaan Aku".

Yusuf berlutut di depan Mario, menggenggam jemari Mario erat seolah tak ingin lepas. "Mario.. Aku nggak mau nanya, tapi Aku maksa, mulai hari ini kamu jadi pacarnya Yusuf"

"nggak mau!" jawab Mario melepas genggaman Yusuf dan menghapus tangis air matanya, "nanti Aku diewex tiap hari, kamu kan bilangnya gitu, kalo punya pacar, harus diewex tiap hari". ujarnya menambahkan

Yusuf terkekeh, ternyata Mario masih mengingat ucapannya waktu itu. Yusuf berdiri dari posisi berlutut, menatap mata Mario dan memegang pundak Mario, "nggak akan tiap hari sayang, tapi tiap jam" balas Yusuf tertawa.

Mario mengerucutkan bibirnya dan membiarkan Yusuf memeluk tubuhnya erat.

"My Rio, pulang dari belitung, mau ya pindah ke apartemen Mas Sabi?" tanya Yusuf menahan tubuh Mario didalam pelukannya.

"Aku nggak jago masak, Aku males bersih-bersih, Aku...."

"Aku nyuruh pacar tinggal bareng, bukan nyari pembantu" ujar Yusuf membuat Mario menghentikan ucapannya.

Dalam dekapan Yusuf, Mario menjawab dengan menganggukkan kepala. Sore itu menjadi sore yang indah bagi Yusuf dan Mario. Keduanya saling berpagutan dalam peluk yang tak ingin lepas, ditemani sinar surya yang perlahan meninggalkan, seolah tak ingin mengganggu sepasang kekasih baru yang asyik bercumbu.

Nächstes Kapitel