webnovel

Berkunjung kerumah mertua

Beberapa menit Camelia dan David diperjalanan, mereka akhirnya sampai disebuah rumah yang begitu megah bagaikan istana kerajaan. Rumah yang dipenuhi dengan bunga camelia yang bertebaran dimana-mana, rasanya gadis ini merasa seperti dirumahnya. Karena bunga-bunga itu sesuai sekali dengan namanya.

Seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu, dia tersenyum sangat manis bahkan berjalan dengan setengah berlari ketika melihat Camelia ada disana. Gadis polos ini adalah menantu yang begitu dia sayang seperti anak sendiri, bahkan mungkin melebihi rasa sayangnya kepada Rey dan juga David.

"Camelia, kau hanya datang bersama David. Dimana Rey?" tanya ibu Yuna kepada menantunya itu.

David dan Camelia saling menatap satu sama lain, mereka bingung harus menjawab apa karena Rey memang tidak ada bersama mereka. Namun sepertinya sang ibu sudah bisa menebak dimana anak bungsunya itu, terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Ah aku mengerti, ya sudah kita masuk saja ibu sudah menunggu sangat lama untuk makan malam ini. Biarkan saja anak nakal itu pergi sesuka hatinya, kau jangan terlalu cemas sayang," ucap Yuna kepada Camelia.

Ketiga orang ini pun masuk ke dalam rumah mewah itu, mereka tidak ingin menunggu lebih lama demi orang yang tidak memiliki niat sedikit pun untuk ikut dalam makan malam ini. Lagi pula Yuna hanya ingin bertemu dengan Camelia, bahkan tanpa Rey pun bukan masalah.

Beberapa hidangan mewah tersedia di atas meja panjang itu, lilin-lilin bahkan bunga pun ikut menghiasi disana. Wanita paruh baya itu tersenyum sangat lebar, dia mulai mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Camelia. Kemudian mereka pun mulai menikmati hidangan. Beberapa obrolan kecil ikut menghangatkan suasana ketiga orang ini, bahkan David yang sebelumnya jarang sekali terlihat banyak bicara dengan orang asing terlihat begitu akrab dengan Camelia. Sikap yang hangat dan juga senyumannya yang manis membuat siapa saja pasti akan langsung nyaman berbicara dengan gadis cantik ini.

"Ngomong-ngomong aku tidak bisa lebih lama lagi disini ibu, aku harus segera pergi," ucap David kepada ibunya.

Wanita paruh baya itu menatap wajah anak sulungnya, "Kau mau kemana David? kita jarang sekali bertemu. Jadi menginaplah disini sebelum kau kembali ke Amerika, ibu masih merindukan dirimu."

"Iya jika itu mau ibu baiklah aku akan menginap, kalau begitu aku akan pergi ke atas untuk beristirahat. Ibu nikmati saja mengobrol dengan Camelia," ucap David kepada ibunya.

Lelaki itu pun pergi meninggalkan ruangan bawah, perjalanan bisnis yang selalu dia lakukan setiap beberapa bulannya cukup membuat lelah. Jadi untuk sementara waktu tidak ada salahnya juga untuk menikmati suasana hangat keluarga sendiri, sementara itu Camelia masih duduk disana bersama ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu terus menanyakan sikap putra bungsunya dirumah, dan Camelia pun dengan terpaksa harus berbohong untuk menutupi semua kebusukan sang suami. Dia hanya tidak ingin ada masalah baru yang timbul jika sampai Camelia salah bicara.

Yuna sedikit tidak percaya dengan omongan menantunya itu, terlebih karena terlihat sedikit ada kejanggalan dalam hubungan mereka. Pada awal Rey mengenalkan Camelia kepada dirinya, mereka terlihat begitu mesra bahkan bersikap sangat manis. Namun setelah menikah cukup lama, lelaki itu seolah tidak perduli bahkan untuk mengantar sang istri kerumahnya. Yuna hanya khawatir jika da sesuatu hal yang tak beres yang sama sekali tidak dia ketahui, dan itu adalah hal yang tidak ingin terjadi di dalam hidupnya. Cukup sudah si anak sulung membuat pikirannya kusut, jangan sampai si bungsu pun membuatnya semakin bertambah pusing.

"Kau bisa menelpon suamimu Camelia?" tanya Yuna kepada menantunya.

"Aku sudah mencoba bu, tapi dia tidak mengangkatnya. Mungkin Rey sedang sibuk sekarang, kita tunggu saja karena aku sudah mengirimkan dia pesan," ucap gadis itu dengan wajah sedikit panik.

"Astaga anak itu, kemana dia pergi sampai hampir larut begini. Oh iya Camelia apa itu pakaian yang ibu berikan? kau sangat cantik sekali memakainya, hanya saja riasan mu kurang cocok! itu terlalu sederhana sayang," ucap Yuna sembari membelai wajah menantunya.

Camelia merasa tersanjung dipuji seperti itu, karena selama dia menikah lelaki brengsek itu tidak pernah sekali pun mengomentari penampilan istirnya. Rey hanya fokus pada bagian tubuh tertentu sehingga membuat Camelia merasa jijik, lelaki itu memang memiliki mata yang sangat tajam untuk hal-hal fulgar seperti itu.

Yuna mulai berfikir sekarang, mungkin alasan sikap Rey berubah adalah karena penampilan istrinya. Dengan begitu antusias, sang ibu mertua pun berniat untuk merubah tatanan dan gaya si gadis cantik ini untuk menarik perhatian suaminya. Dia membawa Camelia ke kamar lalu mengajarinya cara bermake-up, mau tidak mau Camelia pun harus menurut.

"Nah lihatlah wajahmu sayang, kau itu sangat cantik jika berdandan seperti ini. Ibu yakin Rey pasti akan sangat menyukainya, jadi ibu minta kau berdandanlah setiap hari," ucap Yuna kepada menantunya.

Camelia memegang wajahnya sendiri, polesan make-up itu benar-benar sudah membuat kulit wajahnya begitu bersinar bahkan tampak mulus. Dia merasa senang tanpa alasan, padahal tidak ada gunanya juga berpenampilan seperti ini di depan Rey. Karena lelaki itu tidak akan pernah memperdulikan dia walau hanya sedikit.

"Apa ini terlihat cocok denganku ibu?" tanya Camelia dengan wajah polosnya.

Yuna memeluk menantu kesayangannya itu dari belakang, "Tentu saja, kau sangat cantik. Jadi ibu minta berdandanlah seperti ini setiap hari, dan sebagai gantinya kau harus memberikan hasil foto kepada ibu! okay?!"

Nächstes Kapitel