webnovel

2. Pertemuan Pertama 2

"Ravi meminta aku datang, maka aku di sini. Tidak peduli bahwa itu belum waktunya, karena jika Ravi tidak memanggil maka tidak akan ada pertemuan yang terjadi secepat ini." Raymond berkata setengah berbisik yang masih bisa Ravi dengar dengan baik.

Garis muncul di antara alis Ravi ketika dirinya tidak mengerti pada kalimat terakhir yang terlontar dari Raymond. Dia melihat kesungguhan di dalam bola mata berbeda warna Raymond yang mulai berair. Namun, Ravi tidak mengerti kapan dia meminta Raymond datang? Ravi bahkan tidak mengenal Raymond hingga pria ini ke mari dan berdiri di hadapannya dengan tiba-tiba. Omong kosong, semua ini!

"Sakit, Ravi." Raymond meringis menatapnya dengan mata berkaca-kaca seolah memohon untuk Ravi tidak menekannya dengan kuat.

Ketika Ravi merasa Raymond tidak akan menyakiti dirinya, Ravi melepaskan tekanannya untuk mundur beberapa langkah dan tidak berpaling dari menatapnya, takut-takut Ravi terlewat mengamati ekspresi tersembunyi dari Raymond. Namun, di dalam diri Ravi entah mengapa hati dan pikirannya sangat yakin bahwa Raymond bukanlah orang jahat dan yang dikatakannya adalah kebenaran.

Mata cokelat Ravi bergulir turun saat dia melihat tangan Raymond mengusap-usap dadanya yang bertato, dan Ravi baru menyadari dia melupakan hal penting itu sebelumnya. "Kenapa ada namaku di sana?" tunjuk Ravi dengan gerakan matanya yang tidak goyah sedikitpun menatap tajam ke pria ini.

Raymond mengangkat kepala dan senyum dengan cepat mekar di pipinya sangat terlihat tulus melekat di wajah Raymond, ketika bertatapan kembali pada Ravi. Tangan Raymond mengelus di mana tato itu berada dengan perlahan layaknya sebuah kaca yang dapat pecah kapan saja. "Ini adalah tanda kepemilikan yang sudah ada sejak aku dilahirkan, Ravi. Aku adalah milik Ravi sepenuhnya dan akan melindungi serta melakukan apapun yang Ravi inginkan."

Ravi menyipitkan matanya dan berkedip dengan ketidakpercayaan yang melintas di pikirannya. Pria ini baru saja hendak menangis karena dirinya dan sekarang dia bisa tersenyum begitu lebar dengan mengatakan yang baru saja tentang sebuah tato di dadanya. "Kamu bukan milik siapapun. Aku bahkan tidak tahu kamu siapa yang tiba-tiba muncul di sini. Kamu tidak seharusnya berada di sini." kata Ravi penuh penekanan.

Raymond ternganga mendengar perkataan Ravi, dia menggeleng pelan dengan cepat mata Raymond berair dan mulai mengalir di pipi kecokelatannya. Ravi melihat Raymond menatapnya dengan ketidakpercayaan yang tercetak di wajahnya, mata itu seketika melebar. "Aku adalah milik Ravi dan Ravi tidak menginginkannya. Mengapa?"

Raymond melesat ke lantai, duduk memeluk lututnya sendiri sambil terisak menyakitkan, seolah kata-kata yang Ravi lontarkan benar-benar menamparnya hingga ke hatinya. Ravi meringis melihat Raymond, pria ini tiba-tiba berada di kamarnya dan langsung mengatakan banyak hal yang tidak bisa Ravi cerna dengan cepat. Apakah ini tipuan? Apakah dia adalah komplotan pencuri? pikir Ravi.

Ravi menghirup napas dalam-dalam, di mana aroma manis itu tidak lagi sepekat sebelumnya dan merasa lega karena bau itu telah memudar. "Tidak, bukan seperti itu. Kamu adalah pria asing, masuk ke kamar seseorang tanpa mengenakan baju dengan namaku di dadamu. Aku tidak tahu apa tujuanmu sebenarnya, kamu bisa saja berbuat jahat, kan?"

Raymond mendongak menatap Ravi lewat matanya yang basah, dia mengusap pipinya dengan punggung tangan lalu Raymond menggelengkan kepalanya. "Tujuanku murni untuk melindungi Ravi, aku bersumpah tidak akan pernah menyakiti Ravi. Ingin aku tunjukan sesuatu, Ravi?"

Ravi menggenggam raket erat di sisi tubuhnya yang menegang. "Silakan lakukan. Buat aku percaya, tetapi jika kamu sampai mencoba untuk membuat sesuatu yang berbahaya, aku akan segera menelpon polisi dan menembakmu segera."

"Aku tidak akan menyakiti Ravi. Aku ada untuk melindungi Ravi."

Ravi mendelik tidak senang dengan Raymond yang mengulur-ulur waktu yang dia berikan. "Lakukan!"

Raymond bangkit berdiri mengusap hidungnya yang berair dengan punggung tangannya. Dia lantas menatap Ravi dengan keyakinan yang coba dia bagi pada Ravi dan bibirnya bergerak sambil berkata kembali, "Aku tidak akan menyakiti Ravi. Aku berjanji."

"Siapa yang akan percaya dengan janji yang dibuat oleh orang asing sepertimu?"

"Aku akan menunjukkannya." Kemudian Raymond menundukkan punggungnya sedikit, Ravi menatap waspada. Dia seperti kehilangan napasnya saat Ravi melihat dengan jelas di depan matanya sendiri, pada punggung Raymond dengan cepat tubuh dua tonjolan kecil berbulu hitam yang makin lama semakin membesar.

Ravi tanpa sadar beringsut menempel pada dinding, raket di genggamannya jatuh. Napas Ravi tercekat dan dia terengah-engah serta jantungnya berdebar cepat. Raymond nampaknya menunggu Ravi mengatakan sesuatu dengan pandangan penasarannya lewat mata Raymond yang lebih cerah dari sebelumnya berbinar lebih indah, hingga Ravi sendiri seolah terbius dengan mata itu.

Mata Ravi mengerjap lantas melebar cepat tatakala dia beralih dan terpaku pada sesuatu di balik punggung Raymond, itu adalah sayap besar yang muncul dan mengepak pelan di sisi tubuhnya. Tenggorokkan Ravi menjadi kering menyadari bulu yang dia temui barusan bukan seekor burung atau dari binatang lainnya, tetapi manusia?

"Astaga. Manusia macam apa?"

Ravi memejamkan matanya erat kehilangan kata-katanya karena terkejut dan Ravi membuka kembali matanya dengan cepat untuk memastikan bahwa yang berdiri di depannya ini hanyalah bayangannya saja. Terdengar pintu yang terbuka membentur dinding dengan keras. Masalah baru, muncul kembali. Kakaknya, Daniel datang di waktu tidak tepat. Menerobos masuk dengan langkah mantap melesat di depan Ravi. Mendorong Ravi untuk berdiri di belakang tubuhnya hingga Ravi bisa merasakan kemarahan yang menggelegak darinya.

"Siapa kamu?" desis Daniel menatap tajam pada Raymond. Salah satu tangannya mencengkeram bahu Raymond erat, hingga Ravi bisa melihat kuku Daniel memutih seperti hendak menembus ke dalam kulit Raymond.

Bahkan sebelum menjawab tangan Daniel terayun memukul pipi Raymond keras dengan amarah meledak yang belum pernah Ravi lihat sebelumnya, hingga Raymond terhuyung jatuh ke lantai.

Seolah Daniel memiliki keberanian seratus persen dan ketidakpedulian pada manusia macam apa Raymond, Daniel menahan Raymond yang menangis dengan gumaman kesakitan untuk terus berlutut. Daniel menggeram dengan wajahnya yang memerah penuh amarah. "Mengapa kamu ada di kamar adikku? Apa yang telah kamu lakukan? Jika saja kamu menyentuhnya dengan tangan kotormu, lihat dengan siapa kamu berhadapan."

Sayap Raymond melengkung menutupi tubuhnya sendiri, dia menangis di dalamnya dengan isakkan menyayat itu. Ravi menahan tangan Daniel untuk melakukan apapun yang dapat terjadi selanjutnya, sehingga dia menarik Daniel menjauh dari Raymond.

Tatapan kebencian dari Daniel menghujam tepat ke arah Raymond tidak berkurang sedikitpun ketika Ravi berhasil memindahkannya, membuat di dalam diri Ravi bergemuruh merasa tak terima dengan perlakuan dari Daniel, padahal Arghi sendiri sama sekali tidak mengenal dengan sosok Raymond ini.

Ravi mengerjap dengan semua keanehan yang tiba-tiba terjadi di dalam hidupnya, dia pasti bermimpi sekarang. Bermimpi dengan diselimuti aroma cokelat yang pekat, hujan dan rumput yang baru dipotong. Dia akan bangun dan keadaan menjadi normal kembali. Kemudian dia merasakan sentakan pada pergelangan tangannya.

Hingga semuanya menjadi gelap.

Nächstes Kapitel