webnovel

Mengetahui Kejadian Lampau

Dengan was-was takut Bela kembali ke kamar, Alex melangkahkan kakinya yang tidak beralas untuk mengampiri ke arah meja yang kini sudah terdapat beberapa minuman dengan berbagai variasi yang berbeda, bahkan ada juga air mineral.

Yang di pilih Alex adalah minuman isotinik yang terlihat masih dingin, ia berpikir itu mampu untuk menghilangkan rasa haus yang menyapa tenggorokkannya.

Memutar tutup botol, setelah terbuka pun ia langsung meneguknya dengan perlahan. Setelah merasa dahaganya telah terbayar, ia berbalik badan dan melihat ke arah Nada yang kini berada di pintu balkon.

"Apa?" tanyanya, tanpa suara. Hanya gerakan bibir saja yang terlihat, namun ia yakin perempuan yang berada beberapa jarak di hadapannya itu paham dengan apa yang dikatakan olehnya.

Nada melirik ke kanan dan ke kiri, seperti tengah mengintai sesuatu.

Alex mengangkat kedua bahu, membawa botol di tangannya dan melangkah kembali mendekati Nada yang sudah memundurkan langkah.

"Kenapa? Melihat sesuatu?"

"Tidak, aku tidak melihat siapapun. Hanya saja…"

"Kenapa? Kalau berbicara itu yang jelas dan lengkap, jangan di tunda-tunda karena aku tidak mengerti."

Alex kembali duduk di lantai yang beralaskan karpet berbulu kecil yang kemungkinan di ambil Nada dari kamar dan diletakkan pada balkon. Ia meletakkan botol di tangannya pada lantai, setelah itu melepaskan tas dari punggungnya.

"Tadi aku lewat belakang rumah mu, seingat ku tidak sekotor itu." ucap Alex yang sebelum masuk ke inti pembicaraan, ia membuka percakapan awal yang ringan.

Nada mengaduh saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alex. "Ya, aku tau itu. Ini belum seminggu aku berada disini, tapi banyak hal yang berubah termasuk halaman belakang rumah. Bukan kamu saja yang menyadari, tapi aku juga sadar akan hal itu."

"Maksudnya? Berubah?" tanya Alex dengan sebelah alis yang terangkat, merasa janggal dengan apa yang dikatakan oleh Nada.

Nada menganggukkan kepala dengan ragu. "Ya begitu deh, gak tau perasaan aku aja apa gimana… tapi rumah ini emang aneh."

Alex setuju kala Nada mengatakan kalau rumah yang saat ini ditempati oleh perempuan tersebut terlihat 'aneh'. Tadinya ia pikir biasa saja, bahkan seperti rumah pada umumnya. Namun saat Olivia berkata padanya mengenai kebenaran, rasanya sangat menyeramkan.

"Bisa kita coba duduk di kamar kamu aja? Lagipula, lihat ke atas. Awan sudah semakin menggumpal dan terlihat akan turun hujan."

Nada menghembuskan napas, entah untuk yang keberapa kalinya. "Tidak bisa. Kalau mau, kamu saja. Jangan lupa ambilkan payung dan jas hujan untukku, ada di laci." balasnya.

"Kalau ada orang lain di samping kamu, mereka gak bakalan bertingkah aneh-aneh, iya kan?"

"Siapa yang bilang? Ingat saat kamu masuk ke kamar ku untuk mengambilkan ponsel? Mereka tetap muncul."

"Kalau begitu, kamu ingin di bunuh dengan rasa dingin, seperti itu?"

Nada suka dengan hujan, tapi kalau keadaannya kehujanan di balkon kamar sendiri, itu terdengar aneh. "Lalu mau bagaimana?"

"Lakukan bersama-sama. Sebelum itu…" Alex menggantungkan perkataannya, setelah itu membuka tas yang dibawanya. Mengambil buku dokumentasi yang diberikan oleh Olivia kepadanya, ibunya yang mengatakan segala hal penuh fakta.

Nada memperhatikan apa yang dilakukan oleh Alex, ia melihat jika pria tersebut mengeluarkan sebuah buku yang terlihat kuno. Sepertinya itu buku kramat yang terlihat… entahlah.

"Itu apaan?" tanya Nada, kebingungan sekaligus penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Alex selanjutnya.

Alex menatap kedua bola mata Nada dengan sangat serius, setelah itu menghembuskan napas. "Jangan kaget dengan apa yang aku katakan, oke?"

"Tentu saja, justru aku ingin mengetahui apa yang akan kamu katakan. Dan itu buku apa?" tanya Nada, ia bersikeras ingin tau.

Alex lebih dulu mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan-lahan. "Sebenarnya, ini buku yang berisikan tentang semua korban di rumah ini sejak kejadian itu. Aku diberitahu oleh ibu ku, semua di dokumentasikan di dalam buku ini." ucapnya sambil menyerahkan buku di tangannya kepada perempuan di hadapannya.

Nada mengerjapkan kedua bola matanya secara berkali-kali, setelah itu meraih buku yang disuguhkan untuk dirinya. "Maksudnya sejak kejadian apa?" kedua alisnya berkerut, menatap Alex di hadapannya dengan serius. Ia ingin mengetahui apa kejadian yang dimaksud supaya ia paham dengan situasinya.

"Rumah ini dan tepat di kamar ini yang kamu tempati, Nada. Itu kejadian yang mengerikan,"

"Katakan pada ku lebih jelas, Alex. Jangan hanya bercerita kepada ku hanya seperti itu,"

Alex sebenarnya tidak tega karena fakta yang ia akan ungkapkan pasti membuat pikiran Nada berkelana. Ia mendekatkan tubuh ke perempuan tersebut untuk membisikkan sesuatu. "Akan kejadian pembuhuhan tepat di kamar ini, Nada. Seorang perempuan, sama seperti kamu. Dia di seret masuk ke dalam kaca, dan wush… ia menghilang dan polisi memilih untuk menutup kasus ini."

"Maksud kamu…? Pembunuhan yang dilakukan 'mereka'?"

"Ya, perempuan itu adalah korban pertama. Di buku yang kamu pegang, ada banyak biodata korban, termasuk perempuan yang ku maksud."

"Pada tahun?"

"Entah, aku belum melihat-lihat. Jadi, lebih baik nanti kita teliti bersama-sama."

Nada menganggukkan kepalanya, merasa mereka juga harus melakukan penelitian. "Oke."

Baru saja mereka ingin membahas lebih lanjut, tiba-tiba di beberapa kulit bagian tubuh mereka terkena tetesan air. Ya, hujan mulai turun dan membuat Nada panik, bahkan ia langsung saja beranjak dari duduk dan diikuti oleh Alex yang membantu.

Mereka dengan cepat masuk ke kamar, dan Alex mengangkat karpet berbulu berukuran kecil yang tadinya di gunakkan sebagai alas duduk mereka.

Mau tidak mau, Nada menutup pintu balkon agar air tidak ber-masukan ke kamarnya. Ia menghela napas dengan perlahan, perasaannya sudah tidak enak akan hal ini.

Alex menatap Nada dengan khawatir, ia menata barang-barang di tangannya ke lantai. Mulai dari karpet berbulu, dilanjutkan dengan tasnya yang diletakkan di atas sana juga. Ia memilih posisi di pojok kamar, supaya Nada tidak terlalu kepikiran. "Sini." bisiknya, bagaimana pun ia masih takut keberadaannya akan ketahuan oleh Bela.

"T-tapi…."

"Gak apa-apa, kalaupun 'mereka' tau, mereka tidak akan pernah bisa menjangkau mu."

Nada akhirnya pasrah dan mengikuti perkataan Alex untuk menghampiri pria tersebut. Ia duduk, tepat di samping Alex. Kedua bola matanya dengan was-was menatap ke arah setiap cermin. Dan benar saja, ada salah satu makhluk yang melihat ke arahnya dengan seringai lebar penuh luka di permukaan wajahnya.

Bergidik ngeri, Nada lebih memilih untuk memalingkan wajahnya agar tidak saling tatap. "Mereka mengawasi ku, mereka mengawasi kita."

Salah satu cermin yang diperkirakan oleh Alex, cermin panjang yang mampu menyorot seluruh tubuh, ia yakin kalau kaca itulah penyebabnya.

"Nanti aku bantu buang kaca itu."

Next chapter

Nächstes Kapitel