webnovel

Night Chat

Nanami benar benar bingung apa yang harus dia lakukan sekarang, menghadapi orang yang dulu menanyai warna pakaian dalamnya bukanlah hal yang mudah.

"Kau..."

"Ya!!!"

Mendengar Nanami berseru dengan keras, Kazune hanya bisa menghela napas.

'Apa aku membuatnya trauma...?'

Kazune lalu memutuskan untuk berjalan menuju lorong snack, memberikan waktu untuk Nanami dapat menenangkan dirinya.

Membawa keranjang, Kazune mengambil beberapa mie instant, keripik kentang ukuran besar, dan 1 liter air mineral lalu membawanya ke kasir.

"Uh... Apa kau masih marah padaku?"

Tanya Kazune sambil memalingkan wajahnya pada Nanami yang masih terlihat kaku didepannya.

"Aku sudah tidak marah... Hanya saja, sulit untuk berhadapan secara langsung denganmu seperti ini..."

Memasukkan barang belanjaan Kazune, Nanami menundukkan kepalanya tak berani bertatapan langsung dengan Kazune.

"Aku membuatmu takut ya..."

Melihat Nanami menundukkan kepalanya, Kazune merasa bersalah berpikir dia harusnya memilih untuk mengatakan fetishnya pada Futaba jika tahu dia akan pindah keesokan harinya.

"Aku tidak takut... Hanya saja aku tidak tahu harus bagaimana..."

Kazune lalu berpikir sejenak, dia lalu pergi sebentar meninggalkan Nanami lalu kembali dengan 4 kotak bento dan 2 cup ramen.

"Kau senggang, kan? Ini ramen untukmu sebagai permintaan maafku... Masaklah 1 untukmu atau kau lebih suka bento?"

Terkejut dengan penawaran Kazune yang tiba tiba, Nanami secara refleks mengambil 2 cup ramen yang diberikan Kazune.

"Uh... Ini..."

Nanami bingung dengan 2 cup ramen ditangannya, Kazune lalu tersenyum padanya,

"Ini, kau butuh air untuk memasaknya, kan? Kalau sudah selesai, keluarlah, kita makan sama sama."

Memberikan air yang dibelinya, Kazune lalu keluar dari supermarket duduk disalah satu meja yang disediakan diluar.

Melihat sebotol air didepannya, Nanami tersenyum dan tanpa sadar berbicara menggunakan dialek kansai,

"Seriusan, padahal tiap supermarket ada air untuk masak mie kaya gini, dia gak perlu kasih gw air juga kali..."

Setelah selesai menunggu cup ramennya matang, Nanami lalu keluar dan duduk berhadapan dengan Kazune.

"Namaku, Himura Kazune."

Kazune menyodorkan tangannya ke Nanami, mengambil tangan itu, Nanami juga ikut memperkenalkan dirinya.

"Namaku, Aoyama Nanami."

Setelah selesai Kazune lalu membuka bentonya, Nanami juga membuka penutup cup ramennya.

"Dingin..."

Bentonya sudah dingin membuat Kazune sedikit kecewa, melihat wajah sedih Kazune, Nanami tertawa kecil.

"Aku bisa menghangatkannya untukmu, Himura-kun"

"Maaf merepotkan, Aoyama..."

Mengambil bento Kazune, Nanami hendak berdiri namun Kazune mengikutinya.

"Himura-kun, ada apa?"

"Aku ingin memanaskan yang ini juga."

Kazune menunjukkan 3 bento yang dipegangnya, Nanami tertegun melihat Kazune.

"Himura-kun, kalau kau tidak akan memakannya sebaiknya kau panaskan nanti saja saat kau ingin memakannya."

"Aku ingin memakannya."

Jawab Kazune singkat, Nanami tercengang mendengar jawaban Kazune.

"Kau sangat lapar ya?"

"Satu porsi saja tidak cukup untukku... Setidaknya aku harus makan empat porsi agar aku kenyang."

'Jadi itu sebabnya kau jadi setinggi ini.'

Berpikir bahwa nutrisi dari semua makanan yang Kazune makan membuatnya lebih tinggi.

"Kalau begitu berikan juga itu padaku, aku akan memanaskannya."

"Kau tidak apa apa membawanya? Akan kubawa jika terlalu banyak."

"Tidak apa, aku akan segera kembali."

Tak selang berapa lama, Nanami kembali dengan keempat bento Kazune.

"Terima kasih, Aoyama."

Meletakkan Bento Kazune, Nanami lalu membuka cup ramennya,

'Sudah dingin...'

"Aoyama."

Mendengar Kazune memanggilnya, Nanami melihat kearahnya, dia lalu melihat Kazune menyodorkan satu bento miliknya.

"Ramenmu dingin kau makan ini saja, nanti ramenmu biar aku yang makan."

Nanami tersenyum, berpikir kalau Kazune bukanlah orang yang buruk, namun itu membuat ada sesuatu yang mengganjal dipikiran Nanami.

"Ne, Himura-kun, kenapa kau seperti itu saat upacara pembukaan?"

"Hmmm?"

Menelan makanannya, Kazune lalu balik bertanya,

"Upacara?"

"Kau menantang seluruh murid baru di upacara pembukaan, kenapa?"

Kazune sedikit kaget, Nanami menanyakan itu langsung padanya.

'Sepertinya dia tidak canggung lagi.'

"Aoyama, apa kau percaya kalau ada yang menyuruhku untuk melakukan hal itu?"

Mendengar itu, Nanami berpikir sejenak, lalu ingat kejadian tentang Konoya-san, dia panik,

"Himura-kun, apa ada orang jahat diantara murid baru?"

"Hah?"

Kazune bingung kenapa Nanami menyimpulkan begitu, setelah itu Nanami mulai menjelaskan tentang Konoya-san pada Kazune.

'Jadi, si kampret yang melihatku itu dia.'

Kazune jengkel mengingat tatapan kagum Konoya-san saat melihatnya menanyakan warna pakaian dalam Nanami.

"Himura-kun?"

Melihat Kazune terdiam setelah dia menceritakan tentang Konoya-san, Nanami mulai khawatir.

'Apa benar benar ada orang jahat diantara murid baru...'

Tersadar, Kazune lalu menjawab,

"Uh... Tidak, hanya saja... Jika aku tidak melakukan itu aku merasa akan terjadi hal yang buruk..."

'Untukku.'

Tambah Kazune dalam hati.

"Begitu ya..."

"Kau tidak perlu khawatir, Aoyama, aku bisa saja salah.."

'Hal buruknya tidak akan terjadi karena itu hanya akan terjadi padaku...'

Kazune berusaha tersenyum saat memikirkan itu, Nanami melihat Kazune dengan aneh.

"Himura-kun, wajahmu seram."

Ekspresi Kazune menjadi kaku, perlahan wajahnya menjadi merah,

'Sialan!!! Kenapa seyuman gantengku gak keluar!!!'

Nanami tertawa melihat tingkah Kazune.

"Himura-kun, kau lucu sekali, hahaha!"

"Aku menyesal mencoba menghiburmu Aoyama."

Ucap Kazune sambil memandang Nanami dengan datar.

"Pffftt!! Hahaha!!!"

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Hajime-chan, mereka sepertinya bersenang senang."

Ucap Nana-san sambil terus mengunyah kentang.

"Nana... Bisakah kita duduk dibangku saja? Orang akan mengira kita aneh, jika melihat apa yang kita lakukan"

"Hajime-chan. Ini semua salahmu karna membuatku seperti ini. Jadi, sudah tanggung jawabmu untuk memenuhi permintaanku, benar?"

Hajime-san tak berkutik setelah Nana-san mengungkit apa yang dia lakukan, menghela napas Hajime-san memutuskan untuk menguatkan dirinya demi Nana-san dan juga anaknya.

'Aku penasaran apa dia benar benar ngidam atau hanya ingin menjadikanku pesuruh...'

Sebenarnya Hajime-san curiga karena mereka baru melakukan 'itu' kemarin malam lalu Nana-san tiba tiba berkata kalau dia hamil pagi ini.

'Semuanya terjadi begitu cepat... Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau ambil resiko dan menyakiti hati Nana jika meragukan kehamilannya, semuanya salahku karena terlalu bersemangat saat itu..."

Sambil menghina dirinya yang menyerah pada nafsu, Hajime tiba tiba merasakan berat dipunggungnya hilang.

"Nana?"

"Kalian berdua. Berani sekali melakukan itu didepan umum."

Suara dingin seorang wanita terdengar ditelinga Hajime-san, menoleh dia mendapati seorang wanita menatapnya dengan tajam.

"Kenapa kau menjadi kursi untuk wanita ini dipinggir jalan? Jika ini fetish kalian lakukanlah dirumah."

Saat Hajime-san hendak menjelaskan, Nana-san tiba tiba memeluk wanita itu.

"Maafkan aku! Hajime-chan yang memaksaku! aku sudah bilang ini memalukan, tapi dia malah berkata, 'Aku tidak mau bokongmu kedinginan duduk dibangku yang dingin, duduklah dipunggungku aku akan menjadi kursi untukmu.' Aku tidak bisa menolaknya... Hiks.. Hiks..."

Mulut Hajime-san menganga melihat yang dilakukan Nana-san.

Wanita itu lalu melihat Hajime-san dengan murka.

"Beraninya kau memaksa... Hm?"

Pukulan yang dia pikirkan tidak terjadi, membuka matanya, Hajime-san melihat wanita itu tengah fokus melihat Aoyama dan juga pemuda yang menanyakan pakaian dalam miliknya.

"Ara~"

Nana-san seperti melihat sesuatu yang menarik melihat wanita itu sangat fokus mengamati pemuda yang sedang berbicara dengan Aoyama.

Hajime-san akhirnya menyadari perempuan seperti apa yang dia pacari,

'Aku... Sepertinya... dalam masalah...'

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

'Berbicara dengan Nanami rasanya tidak buruk'

Berjalan pulang ke Sakurasou, perasaan Kazune sangat baik saat itu.

"Himura Kazune."

Mendengar ada yang memanggil namanya, Kazune menoleh, setelah melihat siapa yang memanggilnya, dia menghela napas, mood baik Kazune hancur seketika melihat Sae,

"Niijima Sae-san, kenapa kau memanggilku? Aku benar benar tidak melakukan apa apa kali ini."

Mendengar nada yang datar dari Kazune, Sae sedikut mengerutkan dahinya, tapi dia mengingat perkataan Dojima dan memutuskan untuk berbicara dengan Kazune.

"Aku ingin bicara denganmu."

"Aku tidak mau."

Melihat Kazune membalikkan badan dan pergi, Sae bingung apa yang harus dilakukannya untuk dapat menahan Kazune, dia lalu tanpa sadar menarik jaket Kazune.

"Maafkan aku..."

"Huh?"

Kazune pikir dia sedang berhalusinasi, apa yang merasuki kepala wanita keras kepala ini sampai meminta maaf padanya.

"Entah kenapa aku merasa aneh mendengarmu mengatakan itu..."

Sae lalu melihat Kazune dengan serius dan berkata,

"Kita bisa ke cafemu sekarang? Aku ingin minum kopi, ah, tenang saja, aku tidak akan menyuruhmu membuatkan kopi untukku, aku bisa membuatnya sendiri, aku bahkan bisa mengajarimu jika kau mau."

Kazune sedikit merasa aneh dengan tingkah Sae, diapun bertanya,

"Niijima-san, sebenarnya ada apa?"

Sae lalu menghela napas, memijat keningnya dengan jari, dia lalu berkata.

"... Sepertinya sikapku padamu saat itu salah sebagai polisi, jadi aku merasa harus menebusnya..."

Menaikkan alisnya, Kazune lalu melambaikan tangannya,

"Rasanya merepotkan, jangan libatkan aku dalam hal itu."

Urat mulai muncul didahi Sae, namun sebelum Sae melakukan sesuatu, dia mendengar Kazune berkata.

"Kuterima permintaan maafmu, jangan seperti itu lagi, mengerti?"

Bibir Sae berkedut saat Kazune mulai berkelakuan seperti Dojima.

'Sepertinya aku mengerti kenapa aku sedikit jengkel pada anak ini, tingkahnya mirip seperti Dojima-san.'

"Niijima-san."

"Hmm?"

"Apa pekerjaanmu?"

Kazune lalu mulai berjalan, Sae tanpa sadar mulai mengikutinya.

"Aku seorang penyidik dibawah pimpinan Dojima-san"

"Hee... Kau bukan jaksa?"

Kazune sedikit bingung karena pekerjaan Sae tidak seperti yang dia ingat, tapi mengingat dunia ini adalah gabungan dari berbagai macam anime, Kazune berpikir itu mungkin semacam butterfly effect atau semacamnya dan memutuskan untuk tidak memikirkannya.

"Kenapa kau berpikir aku jaksa?"

"Hmmm... Kau terlihat seperti orang yang suka membuat orang lain mengakui kesalahannya."

Sae tertegun mendengar jawaban Kazune, tapi anehnya setelah dia pikir pikir, Kazune sepertinya benar, itu membuat Sae berpikir apakah dia memilih pekerjaan yang salah.

Melihat Sae terdiam, Kazune lalu melanjutkan percakapan.

"Niijima-san, apa kau suka jadi penyidik?"

"Tentu saja. Aku sudah bermimpi menjadi penyidik di kepolisian sejak lama."

Sae menjawabnya tanpa berpikir, Kazune sedikit tertawa lalu berkata,

"Mau sedikit saran dariku?"

"Saran apa?"

Sae bingung apa saran yang Kazune maksud.

"Tentu saja, saran menjadi penyidik yang baik."

Berpikir sejenak, Sae mengangguk, berpikir dia mungkin akan dapat sesuatu yang berguna dari saran Kazune.

"Niijima-san, cobalah lebih sering tersenyum."

Sae melihat Kazune dengan tatapan tajam.

"Himura-kun, tidak baik menggoda orang yang lebih tua darimu."

Kazune lalu menatap Sae dengan aneh dan menjawab,

"Maksudku, wajahmu yang serius itu seakan mengatakan 'Aku memiliki otoritas, patuhi aku' "

Sae lalu tanpa sadar menyentuh wajahnya sambil berpikir apakah itu yang selama ini dipikirkan orang orang, Kazune lalu melanjutkan,

"Jika kau keluar dengan wajah seperti itu, para kriminal akan tahu kau polisi dan lari menjauhimu"

Sae seakan mendapatkan pencerahan lalu berpikir,

'Apa karena itu buronan yang kami cari selalu dapat dengan cepat melarikan diri?'

"Niijima-san, apa kau selalu memakai pakaian berwarna gelap?"

Kazune bertanya tanya kenapa Sae selalu menggunakan warna gelap setiap kali dia bertemu dengannya.

"Un, kau benar ini untuk mempermudah saat penyamaran."

Mendengar jawaban Sae, Kazune mulai mengusap samping kepalanya berpikir kalau logika didunia ini benar benar absurd.

"Niijima-san, kau mengingatkanku pada burung unta yang berpikir dengan menyembunyikan kepalanya saja dia akan aman dari bahaya."

Sae berpikir sejenak lalu mengerutkan dahinya saat mengerti maksud Kazune.

"Jadi kau ingin bilang hanya aku saja yang berpikir kalau aku sedang menyamar saat penjahat dapat melihatku dengan jelas."

"Yep, jika aku penjahat, aku pasti dapat mengenalimu sebagai seorang polisi dalam jarak 100 meter."

Sae sedikit tidak percaya dengan perkataan Kazune, melihat wajah Sae yang tidak percaya, Kazune hanya bisa tersenyum lalu mulai menjelaskan.

"Niijima-san, kau pernah menonton film yang ada polisi atau detektifnya?"

Sae mengangguk, Kazune lalu menunjukkan jari telunjuknya pada Sae,

"Pakaian apa yang biasanya dipakai orang yang memerankan polisi?"

"Jaket kulit hitam, Jas abu abu, Mantel hitam..."

Sae lalu terdiam dan melihat pakaiannya.

"Lihat? Polisi selalu mengenakan pakaian gelap dalam film jadi orang yang menontonnya tanpa sadar akan mengaitkan warna gelap dengan polisi atau seseorang yang mencurigakan, jadi seorang penjahat tanpa sadar akan mencari orang yang mengenakan pakaian gelap saat mencari polisi, itu yang tertanam dalam otak mereka, mereka pasti terpengaruh film juga atau orang yang menontonnya."

Tersenyum puas, Kazune lalu melihat kearah Sae,

"Aku benar kan?"

"Harus kuakui logikamu itu masuk akal... Ne, Himura-kun, apa kau ingin jadi polisi?"

Menggelengkan kepala, Kazune lalu teringat nama 'Black Fox' yang diwariskan padanya.

'Jadi 'Black Fox' jauh lebih keren daripada polisi.'

Melihat Kazune menggelengkan kepalanya, Sae sedikit kecewa namun dia tetap tidak mau menyerah, dia pasti akan membuat Kazune jadi polisi.

'Aku akan menunjukkan padamu betapa kerennya jadi polisi!'

Menyerukan tekadnya dalam hati, Sae lalu tersadar dia sudah sampai didepan sebuah rumah.

"Niijima-san, ini tempat tinggalku sekarang, apa kau mau masuk?"

Sae menggelengkan kepalanya, tersenyum dia lalu pamit pada Kazune.

"Aku senang dapat bicara denganmu Himura-kun, sebaiknya kau masuk, aku akan pergi sekarang."

Kazune lalu melempar sesuatu padanya, menangkap yang dilempar Kazune, Sae lalu melihat apa yang ada ditangannya.

"Keripik kentang?"

"Untukmu, maafkan aku karena bicara kasar padamu waktu itu, aku sedikit berlebihan."

Setelah itu Kazune masuk kedalam Sakurasou, melihat Kazune langsung masuk kedalam sehabis memberinya keripik kentang, Sae tertawa kecil lalu bergumam,

"Kau sama sekali tidak punya selera hadiah yang bagus Himura-kun, mana ada orang yang memberikan wanita keripik kentang sebagai hadiah permintaan maaf."

Membuka bungkus keripik kentang, Sae mengambil sebuah keripik lalu memakannya.

'Tapi karena kau sudah susah payah memberiku ini, aku akan memaafkanmu.'

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Apa apaan itu..."

Nishikino Mayumi adalah salah satu penghuni kompleks Kawai, dia baru saja putus dari pacarnya, dalam keadaan mabuk, dia mencoba meluncur dengan pegangan tangga dan menabrak Usa bersama dengan Ritsu yang ingin menghentikannya membuat Usa pingsan, Sumiko memarahinya tapi tetap menghiburnya dengan makanan kesukaannya Oyakodon dan membiarkannya untuk minum bir sepuasnya untuk hari ini saja.

Penyebab Mayumi diluar saat ini adalah, karena dia kebanyakan minum dan ingin muntah, tapi sebelum dia melakukanya, tanpa sengaja dia melihat drama Kazune yang melempar keripik pada Sae lalu pergi masuk kerumahnya dan Sae yang setelah Kazune pergi membuka keripik kentang itu dan memakannya dengan senyum bahagia.

Mayumi melihat cincin yang diberikan pacarnya yang sudah putus dengannya lalu melihat keripik kentang yang dipegang Sae.

"Aku punya cincin seharga ratusan ribu yen... Sedangkan dia hanya punya keripik kentang yang harganya tidak sampai seratus yen... Tapi... Kenapa dia lebih bahagia dari aku? Ne, kenapa dunia sangat tidak adil padaku?"

Mayumi tidak jadi muntah dan masuk kembali ke dalam kompleks Kawai.

Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan Shiro yang berterima kasih pada brothernya atau apalah itu.

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+

"Siapa yang menyiksa Shiro malam malam begini?"

Mendengar teriakan kenikmatan Shiro, Kazune merasa jijik lalu memasang headphone ditelinganya, mulai mendengarkan lagu klasik yang dia temukan diyoutube.

---30 menit kemudian---

'Besok...'

Kazune mengatur alarmnya, melepaskan headphonenya, dia lalu perlahan menutup matanya,

'Semoga saja aku bisa melalui sekolah tanpa terlibat sesuatu yang merepotkan besok...'

3/3 <Schedule Change!!!> Author lagi mampet ide jadi jadwalnya Author ubah jadi 1 chapter tiap 3 hari. enjoy the chaps! ciao~uwu)/

Xionsama23creators' thoughts
Nächstes Kapitel