webnovel

Malaikat

Leon menatap kearah Hana yang kini diam saja setelah memukul orang. Dari raut wajah tidak ada sama sekali wajah merasa berdosa atau bersalah.

"Hana, kau tak merasa berdosa kah setelah memukul kakak kelas?" tanya Leon dengan wajah polos. Hana hanya menggelengkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Leon.

"Hmm ternyata kata orang itu benar bahwa orang pendiam itu jauh lebih sadis dari orang yang kerjaannya marah-marah mulu," gumam Leon yang langsung ditatap oleh Hana.

"Hmm?" gumam Hana dengan raut wajah datar. Leon terdiam ketika Hana menatapnya.

"Kenapa, Hana? kenapa kamu menatapku?" tanya Leon. Hana menundukkan kepalanya lalu menatap kearah depan.

"Kenapa kelas kita dihias dengan dekorasi jelek seperti ini?" ucap Hana. Leon mengangkat bahunya ketika mendengar ucapan Hana.

"Entahlah. Tadi apa katamu? dekorasi nya jelek?" tanya Leon. Hana mengangguk pelan.

"Hmm Leon, kudengar kau sudah tahu cerita masa laluku dengan Renata ya?" tanya Hana dengan raut wajah menyeramkan membuat Leon sedikit takut.

"Ah enggak kok," singkat Leon yang langsung memalingkan wajahnya, menatap kearah lain karena Leon takut dengan Hana.

"Jawab yang jujur," ketus Hana dengan wajah datar dan nada bicara dinginnya.

"Tidak kok tidak! lagipula aku bukan tipe orang yang kepo jadi aku tidak mungkin mencari tahu tentang hal-hal seperti itu," cakap Leon yang berusaha untuk tetap tenang agar Hana tak curiga. Akan tetapi Hana yakin bahwa Leon memang sudah mengetahui yang sebenarnya.

"Hmm percuma saja kamu berbohong karena aku ada buktinya," singkat Hana. Leon menatap kearah Hana ketika mendengar apa yang dikatakan Hana.

"Apa? bukti? bukti apa?" tanya Leon dengan keringat yang mulai mengucur. Hana tersenyum kemudian menjawabnya.

"Hmm makanya jangan berbohong, jadi ketakutan kan sekarang?" tutur Hana dengan tenang dan senyum tipis diwajahnya. Melihat Hana yang tersenyum membuat hati Leon sangatlah berbunga-bunga.

"Ya Tuhan, Hana itu sangatlah perfect. Dia benar-benar seperti malaikat dalam hidupku!" batin Leon. Leon terus menatapi wajah Hana. Hana yang merasa kurang nyaman itupun langsung mengambil bukunya dan memutuskan untuk mencatat naskah episode baru salah satu novelnya.

"Hmm Hana, kau sangatlah indah seperti bidadari-bidadari di langit," ucap Leon yang membuat Hana menoleh.

"Apa? bidadari di langit?" tanya Hana yang heran. Leon menganggukkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Hana.

"Siapa yang seperti bidadari di langit?" tanya Hana lagi.

"Kamu! kamu seperti bidadari-bidadari di langit. Kamu sungguh cantik, baik dan cerdas. Buktinya saja pada saat kamu mengerjakan tugasmu di pesawat waktu itu, kamu tidak membunuh musuhmu dan justru melindungi nya," jawab Leon seraya tersenyum.

"Hmm jadi karena itu kamu menganggap ku baik?" tanya Hana. Leon pun menganggukkan kepalanya.

"Itu hanya perbuatan sepele, semua orang bisa melakukannya bahkan anak kecil pun bisa melakukannya," ujar Hana. Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba saja Hana bangkit berdiri kemudian berjalan keluar dari kelas. Melihat hal tersebut pun Leon memutuskan untuk mengejarnya.

"Hana tunggu!" ucap Leon seraya mengejar Hana. Ketika Hana berada diluar kelas, lagi-lagi Hana ditahan oleh kakak kelas sebelumnya.

"Dimohon untuk tidak keluar, Dek. Karena tadi adik sudah masuk jadi tidak bisa keluar," ucap kakak kelas itu. Hana menatapnya dengan tatapan datar kemudian ia pun menonjok wajah kakak kelas itu dengan wajah tak berdosa.

Usai menghajar kakak kelas tersebut, Hana kembali berjalan menuju halaman belakang sekolah. Ia ingin menenangkan diri disana. Ketika Leon berada diluar, ia sempat menatap kearah kakak kelas itu akan tetapi Leon tak melakukan apapun dan justru malah mengejar Hana.

"Aduhhh kenapa hari ini aku sial sekali sih? lebih baik aku tidak ikut-ikutan membantu kegiatan-kegiatan seperti ini," ucap kakak kelas tersebut seraya bangkit berdiri. Kemudian iapun berjaga lagi didepan pintu kelasnya Hana.

Beberapa menit kemudian...

Hana pun sampai di halaman belakang sekolahnya. Iapun duduk di bangku yang kosong lalu membuka sebuah buku yang dipinjam nya dari perpustakaan. Ketika Hana baru saja mau membuka buku pinjaman dari perpustakaan, tiba-tiba saja Leon datang dan langsung mengambil buku tersebut dari genggaman Hana.

"Buku apa ini?" tanya Leon seraya menatapi buku yang dipinjam Hana dari perpustakaan. Hana pun diam mematung ketika Leon mengambil bukunya.

"Hu jadi kamu suka membaca buku tentang fantasi? kupikir tidak karena cerita-cerita fantasi itu tidak nyata," ucap Leon dengan wajah polos.

"Ya, cerita fantasi itu tidak nyata. Tetapi bukan berarti aku tidak boleh membaca cerita-cerita seperti itu, kan?" ujar Hana dengan dingin.

"Iya sih tapi lucu aja, orang seperti mu masa suka membaca buku tentang cerita fantasi seperti ini. Biasanya orang-orang seperti mu itu sukanya baca-baca buku..." belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Hana langsung merebut bukunya yang ada di genggaman Leon.

"Lebih baik kau diam saja. Aku kesini ingin membaca bukan ribut denganmu," ketus Hana seraya membuka buku berceritakan fantasi. Setelah itu iapun membaca buku tersebut.

"Ckckck Hana, Hana. Kenapa sih kamu sangat dingin banget seperti suhu di kutub Utara? bahkan lebih dingin kali," batin Leon yang merasa geram dengan sikap dinginnya Hana.

Ketika Leon baru saja membatin, tiba-tiba datang Renata yang langsung menghampiri mereka berdua. Renata berdiri tepat dihadapannya Hana dan Leon.

"Cie...Cie...Cie...ada yang sedang pacaran nih, sepertinya aku mengganggu," ucap Renata seraya tersenyum. Hana tidak menjawab sedikitpun. Tetapi ia mendorong Leon dengan kencang hingga Leon jatuh dari kursi lalu ia menarik tangan Renata dan Renata duduk disampingnya.

"Aduhhh Hana, kenapa kamu harus mendorong ku seperti ini? sakit tahu," ucap Leon seraya bangkit berdiri. Hana tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Leon. Ia tampak serius membaca buku tentang cerita fantasi. Sedangkan terbalik dengan Renata. Renata justru menertawakan Leon yang jatuh karena di dorong oleh Hana.

"Ish, kenapa kamu menertawakan ku Renata? seharusnya kamu membantuku!" ketus Leon seraya merapihkan bajunya yang sedikit berantakan.

"Habis kalian lucu banget sih kalau lagi berduaan. Biasanya kalau orang lagi berduaan itu romantis ini justru malah kocak," ujar Renata yang terus tertawa.

Leon memanyunkan bibirnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Renata. Disaat ia mau menjawab tiba-tiba...

"Adik! Adik! Adik!" datang kakak kelas yang menghampiri mereka bertiga. Renata dan Leon langsung menatap kearah kakak kelas itu sedangkan Hana sibuk sendiri dengan bukunya.

"Ada apa, Kak? kenapa kakak terlihat panik?" tanya Renata yang heran begitupun dengan Leon.

"Ah anu, dikelas kalian ada yang ribut tuh. Kakak sudah coba melerainya tetapi sayangnya tidak berhasil! jadi kakak minta bantuan kalian bertiga," ungkap kakak kelas itu.

"Ha? serius, Kak?" tanya Renata. Kakak kelas itu mengangguk pelan.

Nächstes Kapitel