Mate adalah pasangan hidup antara seorang Alpha dan Omega. Pasangan yang di takdirkan tanpa bisa menolak atas atensi masing-masing. Tapi banyak kasus dimana Alpha atau Omega menolak kehadiran pasangan mereka. Bukan tanpa sebab, mereka biasanya memiliki masalah pribadi sendiri yang tidak mampu mereka katakan.
Tapi penolakan yang terjadi akan menghancurkan inner wofl yang ada di dalam diri mereka masing-masing. Mau Alpha maupun Omega, keduanya akan sama-sama terluka tanpa adanya waktu. Kecuali jika mereka yang menolak akhirnya menerima takdir Matenya.
Dalam dunia Werewolf, Mate adalah perhiasan bagi para Alpha. Sedangkan bagi Omega, Mate adalah sebuah pelengkap atas kekosongan hati dan hidup mereka. Mungkin memang benar jika Omega adalah seorang budak bagi kaum Werewolf. Tapi itu sebelum dia mendapat Mate.
Setelah bertemu seorang Mate, Alphanya akan memberikan status bagi Omega untuk menaikkan derajat pasangannya. Tapi tidak semua Omega memiliki seorang pasangan, mereka yang di takdirkan sebagai seorang budak akan menjadi budak selama hidupnya. Dan bagi Omega, Alpha adalah sebuah kesempurnaan demi kehidupan mereka.
Namun ada satu orang, bukan seorang Omega. Melainkan seorang Alpha yang membenci sebuah ikatan bernama Mate. Hukum wajib bagi Alpha untuk memiliki Mate, berbeda dengan Omega yang hanya mengandalkan takdir dari Moon Goddess.
Bukan tanpa alasan dia membenci sebuah ikatan bernama Mate itu, tentu jawabannya karena masalah pribadi. Baginya Mate adalah bentuk dari kata menjijikkan yang tidak ingin dia dengar apalagi dia rasakan. Tapi Moon Goddess memberikan Mate bagi semua Alpha di dunia ini, termasuk dengan pria Alpha itu.
Alpha dengan surai berwarna perak dan manik biru keemasan yang begitu cantik itu sangat membenci kata Mate. Walau membenci sebuah kata Mate, tapi dia tidak pernah membenci seorang Omega. Omega manapun itu, dia akan membelanya jika dia melihat Omega itu di perlakukan tidak adil.
Kehidupan para Werewolf tidak pernah berubah walau jaman sudah berubah. Bahkan perbudakan Omega semakin menjadi di beberapa tempat yang ada di dunia ini. Pria itu menghela nafas kasar merasakan dada kirinya yang terasa begitu sakit, seperti ada sesuatu yang merematnya kuat.
'Kau masih tidak berubah..'
Suara itu terdengar begitu lemah dengan nada sedu yang terdengar jelas di pikiran pria Alpha itu.
'Mau sampai kapan kau akan menolak Mate kita?'
Alpha itu berdecak dengan tangan kiri yang meremat dadanya kuat, hal ini selalu terjadi di saat dia mengatakan kata penolakan saat pembahasan Mate. Selalu seperti ini dan dia selalu menahannya walau inner woflnya mengatakan padanya untuk menyerah.
"Kau tau apa!!" pria itu berteriak menatap ke arah dimana salju mulai berjatuhan.
'Kita hidup bersama selama ini..!!'
"Diam!!"
Serigala putih itu terdiam dengan pandangan sedu memilih untuk berbaring membiarkan kaki depannya menutupi wajahnya. Ucapannya selalu di abaikan, rasa sakit itu hanyalah sebuah peringatan kecil saja. Tapi serigala putih itu tau jika akhirnya rasa sakit itu akan membakar seluruh tubuh mereka.
Dia masihlah baik dengan memberi tau untuk berhenti, tapi pria Alpha itu tidak pernah mendengarkannya. Lalu apa yang harus dia lakukan, apa dia harus membiarkan semuanya terjadi sampai Mate mereka muncul.
Manik pria itu bisa melihat sebuah desa dengan beberapa orang yang berlalu lalang. Langkahnya semakin dia percepat dengan sebuah pandangan datar tanpa menunjukkan sebuah ekspresi. Seorang Beta muncul mendekati dirinya yang masih di ambang pintu desa.
"Lord"
Alpha itu terdiam menatap bawahannya yang membungkuk tidak berani menatap maniknya. Semua orang ikut membungkuk, mereka berhenti dari kegiatan yang tengah mereka jalani demi menyambut pemimpin desa mereka.
Pria Alpha itu hanya berjalan dan langsung mendekati sebuah rumah tempat dimana dia bekerja dan tinggal selama ini. Tubuhnya dia jatuhkan di atas kursi kayu dengan mata yang tertutup. Beta di sebelahnya kebingungan tapi dia tidak berani bertanya akan masalah Alphanya.
"Siapkan air hangat" ucap Alpha itu tanpa menatap ke arah bawahannya.
Beta itu mengangguk dan langsung pergi meninggalkan sang Alpha yang mulai membuka matanya. Pikirannya sangat kacau hari ini, semua karena Jennifer yang mengatakan omong kosong. Rasanya dia ingin menyumpal mulut wanita itu sekarang juga.
Tapi yang membuat dirinya makin pusing adalah ucapan Jennifer soal Mate-nya yang berada dekat dengannya sekarang. Apa mungkin jika yang di katakan Jennifer benar, bahwa Mate-nya sudah muncul. Tapi kenapa dia tidak merasakannya, seharusnya dia bisa merasakan keberadaan Matenya sebelum Jennifer.
Bukan berarti dia akan menerima kehadiran Mate-nya, dia hanya merasa penasaran akan siapa Mate-nya.
'Kau menginginkannya bukan?'
Suara itu kembali hadir dan Alpha itu langsung menyingkirkan semua pemikiran soal Mate-nya.
'Kenapa? Aku benar bukan! Bahwa kau menginginkan Mate kita sekarang?'
"Diam kau!!"
'Frey.., jangan bohongi dirimu hanya karena ego. Akhirnya kau yang akan terluka, jika terus menolak kehadiran pasangan takdir kita!!'
Pria Alpha itu menggeram marah dengan manik biru keemasan yang bersinar membuat serigala di dalam dirinya menatapnya tajam.
'Tapi semua itu adalah keputusanmu, jika kau mati maka aku juga mati'
Ucapan inner wofl Frey benar, jika dia terus mengikuti egonya dengan menolak Mate-nya. Maka akhirnya dia akan mati dengan rasa sakit yang amat besar dan menyiksa. Tapi Frey tetap pada egonya, dia langsung memukul mejanya dengan nafas memburu.
Alpha tetaplah Alpha, dia mempunyai sisi tegas dan kejam tapi setiap Alpha juga memiliki sikap yang berbeda. Termasuk dengan Frey, walau dia baik dengan para Omega yang lemah tapi tidak bisa di pungkiri jika sikap seorang Alpha ada dalam dirinya.
"Diam!!"
Pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang terlihat berwibawa. Wanita Alpha yang menjadi ibunya selama ini, ibu yang sangat dia benci.
"Frey.. kau kenapa?" wanita itu bertanya dengan wajah panik menatap anaknya yang tengah menatapnya tajam.
"Jangan mendekat!!" nada suara Frey naik dengan tubuh mudur berniat menjauh dari sang ibu.
Wanita itu menghela nafas, menunjukkan tatapan sedu menatap sang anak yang begitu membencinya. Semua itu terjadi bukan tanpa alasan, itu semua karena dirinya yang begitu tamak akan kekuasaan dan status. Walau begitu dia tidak menyesali perbuatannya dulu, baginya ini adalah takdir dan dia tidak akan berharap mendapatkan maaf dari Frey.
"Frey.." suara wanita itu begitu lirih membuat Frey berteriak dengan manik biru keemasan yang semakin bersinar terang.
"Kau pembunuh!! Jangan mendekat!!"
Wanita itu terdiam, dia memang pembunuh tapi itu adalah bagian dari masa lalu. Membunuh adik perempuan Frey yang berstatus Omega. Adik kesayangan putra suaminya dulu hingga saat ini.