webnovel

Rahasia Besar Terungkap

Anton masih belum bisa tidur hingga waktu menunjukkan pukul empat pagi. Di dalam pikirannya, hanya ada nama Rasyid Hartono. 'Apa benar itu adalah ayahku?' bagaimana bisa Anton mencurigai ayahnya.

Pagi pukul tujuh, Pricilla bangun dan melihat Anton masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan ia mengangkat tangan Anton yang sedang memeluknya lalu beranjak pergi dari tempat tidur. Pricilla pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Dengan hati gembira, ia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Pricilla pun menyuruh asisten nya untuk mengerjakan pekerjaan lain. Biar Pricilla yang memasak. Setelah hampir setengah jam ia membuat sarapan untuk ayah dan suaminya itu, Pricilla bergegas kembali ke kamar untuk mandi. Ia tidak ingin terlihat kusam saat suaminya bangun nanti.

Secara perlahan ia membuka pintu kamar, ternyata Anton masih tidur. Hingga akhirnya Pricilla selesai mandi, Anton masih juga tertidur lelap. Pricilla sudah berdandan dengan cantik dengan memakai gaun pendek berwarna putih. Ia sangat cantik dengan tatanan rambut yang dibiarkannya terurai.

Pricilla membangunkan Anton dengan lembut. "Sayang ...." Anton susah untuk dibangunkan, apa lagi ia baru tidur pukul empat pagi tadi. Namun Anton malah menyikut Pricilla yang hendak menepuk pundaknya. Sontak hal itu membuat Pricilla terperanjat ketakutan.

"Mas ... Ini aku, Pricilla." Anton membuka matanya dengan samar-samar menilik wajah cantik Pricilla yang menyejukkan hatinya yang gundah gulana. Senyum manis yang terpancar di wajah sang istri pagi ini membuatnya hilang daya ingat kejadian semalam. Anton mencium kening Pricilla dan mengelus-elus perut istrinya dengan menyapa calon bayinya.

Pricilla dan Anton berkelakar tentang impian mereka jika nanti sudah menjadi orang tua. Mereka tertawa terbahak-bahak karena tidak sabar menunggu kelahiran bayi yang sedang dikandung oleh Pricilla.

Disaat mereka tertawa, suara ketukan pintu terdengar nyaring. Itu ayah, kata Pricilla. Anton menyeka wajahnya lalu Pricilla membuka pintu kamar. Pak Rudy menanyakan Anton apakah sudah bangun atau belum. Ayah angkatnya itu menitah Anton agar segera menemuinya di meja makan. Pricilla pun menyampaikan pesan ayahnya kepada Anton. Kemudian Anton bersiap, sedang Pricilla menyiapkan baju untuk dipakai Anton.

Setelah selesai mandi, Pricilla menggandeng Anton untuk pergi ke bawah menemui Pak Rudy yang kini menjadi ayah mertuanya. Mereka duduk bersamaan di depan meja makan yang mewah. Hidangan untuk di santap pun sudah disiapkan oleh Pricilla sejak pagi tadi. Mereka mulai makan dan tidak ada yang aneh pagi itu. Hanya saja terasa canggung bagi Anton yang baru pertama kali duduk akrab dengan Pak Rudy.

Mereka pun menyantap habis makanan yang berada di atas piring masing-masing, Pak Rudy meneguk segelas air putih dan mengelap mulutnya dengan selembar tisu yang ada di sampingnya. Ia mulai percakapan dengan memberikan sebuah agenda yang berisi tugas Anton selama satu bulan ke depan. Baca dan lakukan tugasmu dengan sebaik mungkin, kata Pak Rudy seraya menyodorkan buku agenda kepada Anton. Menantunya itu hanya bisa mengangguk dengan pasrah.

Anton bekerja pada ayah mertuanya dan Bobby si bandar narkoba. Satu bulan dengan Pak Rudy, satu bulan dengan Bobby. Pricilla mengajak Anton duduk di halaman depan rumahnya. Pak Rudy pun pergi beraktivitas seperti biasa.

Pak Rudy tidak pernah puas dengan apa yang telah ia capai. Menjadi seorang CEO dari perusahaan PT. Rudy Dharma Setya di bidang bisnis kelapa sawit, ia juga menjadi orang yang selalu meraup keuntungan di bidang lain. Pak Rudy juga kerap kali menjadi orang yang selalu dibutuhkan oleh para teman dan sahabatnya karena ia telah sukses kembali.

Para teman dari Pak Rudy ini sering meminta bantuan dalam bentuk uang kepadanya. Termasuk seorang Rasyid Hartono. Salah satu rekan bisnisnya yang dulu sangat berpengaruh di perusahaannya yang telah bangkrut ternyata Hartono adalah dalang di balik bangkrutnya perusahaan Rudy terdahulu. Ia juga membawa sejumlah uang perusahaan dalam jumlah yang besar. Maka dari itu, Rasyid Hartono menjadi buron bagi seorang Rudy.

Pak Rudy mau pun Pricilla belum mengetahui bahwa Anton adalah anak dari Rasyid Hartono. Rekan bisnis dan seseorang yang telah meniduri Pricilla ketika usianya 18 tahun. Begitu juga dengan Anton, ia belum tahu pasti, apakah Rasyid Hartono yang dimaksud Pricilla adalah ayahnya atau bukan.

Anton dan Pricilla duduk di halaman depan rumah, mereka melihat ayahnya yang pergi meninggalkan rumah. Anton membuka agenda itu dan membacanya dengan saksama. Anton mendapat sebuah tugas yang memberinya jawaban atas pertanyaannya sejak malam tadi.

Ia membaca profil seseorang yang bernama Rasyid Hartono. Ia terkejut karena apa yang ia duga ternyata benar adanya. Rasyid Hartono yang dimaksud Pricilla adalah ayahnya. Dan, Pricilla adalah wanita yang pernah membuat hubungan orang tua nya berantakan. Astagaaa .... Anton mengepal keras jarinya. Ia menatap Pricilla penuh dengan amarah.

Anton berlari ke atas kamarnya untuk mengambil ponsel. Mas .... Teriakan Pricilla tidak di hiraukan oleh Anton. Lalu ia turun kembali dan pergi meninggalkan Pricilla.

Anton pergi ke Bandung untuk menemui ayahnya. Kini ia tahu kenapa ayahnya selalu bersembunyi dari satu tempat ke tempat yang lain. Anton pergi ke Bandung dengan naik kereta. Ia tidak bilang sepatah kata pun pada Pricilla saat ia pergi.

Setelah menempuh perjalanan panjang kurang lebih 8 jam, Anton tiba di Bandung. Ia tidak membawa baju apa pun, hanya ponsel dompet yang selalu ia andalkan. Ia pergi menuju tempat persembunyian ayah dan ibunya.

Tiba lah Anton di salah satu rumah kontrakan kecil yang jauh dari keramaian. Untung saja, ibunya pernah memberi tahu alamat ayah dan ibunya di Bandung. Ternyata ini rumah kontrakan yang ibu bilang sangat mewah padahal berbalik dengan keadaan yang sedang ku lihat.

Anton menanyakan kepada penjaga kontrakan dengan menyebutkan nama ibunya. Pintu demi pintu Anton lewati, penjaga itu bilang, orang tua Anton berada di rumah nomor 9. Satu pintu rumah lagi Anton akan segera bertemu dengan ayah dan juga ibunya.

Lalu Anton melihat wanita paruh baya ke luar dari pintu rumah nomor 9. Ya, itu ibunya Anton. "Ibu ...." Anton berlari dan memeluk sang ibu. Tangis haru menjadi saksi tentang pertemuan mereka di depan pintu rumah kontrakan yang sederhana. "Anton ... Kamu sedang apa di sini, Nak?" tanya ibu Anton seraya memegang ke dua pipi anak lelakinya itu. Anton mengucurkan air mata dan mencium tangan ibunya. "Ayo masuk, Nak." Anton dan ibunya pun masuk.

Di dalam rumah kontrakan kecil, Anton melihat sudut demi sudut di rumah itu. Ia melihat sebuah kursi roda terpajang menghadap ke arah jendela. "Kursi roda siapa, Bu?" tanya Anton dengan perasaan cemas. Lalu ibu nya membawa Anton masuk ke dalam kamar kecil berukuran 2x2 cm.

Anton melihat ayahnya yang tengah tidur di atas ranjang yang sudah sedikit rapuh. Amarah Anton hilang ketika melihat kondisi ayahnya yang sedang terbaring lemah seperti itu. Ia tidak tega membangunkan ayahnya. Anton dan ibunya berbicara empat mata di ruang tamu dengan suara yang sangat pelan. "Ayah kenapa, Bu?" tanya Anton yang memegang ke dua tangan ibunya.

 

Nächstes Kapitel