webnovel

Paviliun Azure Wind

Badump! Badump!

Suara detakan jantung semakin menguat, seolah memperingatkan bahaya yang semakin mendekat.

Sosok wanita yang sedang duduk bersila di posisi lotus itu membuka matanya, dengan sedikit kepanikan di wajahnya, tapi pada detik berikutnya ekspresinya sudah tenang kembali.

Wajah seperti peri, tanpa cela, dan memancarkan auro kuno yang mendebarkan. Gaun taoist yang dipakai menampilkan keanggunan seperti rubah, dengan setiap helai serat mengandung kekuatan yang sangat menakutkan.

Keindahan itu tidak bisa tidak mengerutkan kening, merasakan perasaan cemas yang luar biasa. Pikirannya berpacu dengan cepat, memikirkan sumber dari perasaan cemas ini.

Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menyebarkan indera ilahinya ke seluruh paviliun, hingga seluruh kota yang ada.

Perasaan berdebar semakin menguat, merasakan aura kacau yang membuat kulit sepucat giok itu kesemutan.

Matanya bergetar, menggambarkan teror yang tidak bisa dijelaskan.

"Benar saja, sensasi ini ... Penguasa Kekacauan!"

...

"Kalian tidak boleh sembarangan masuk ke tempat suci ini!"

Asheel dihentikan oleh dua orang penjaga.

Kedua penjaga itu mengenakan perlengkapan armor penuh, dengan tubuh kekar, wajah tegas, dengan semua perlengkapan yang dia kenakan merupakan artefak suci. Penjaga itu membanting tombaknya ke tanah, menghasilkan gelombang kejut yang menggetarkan jiwa.

Asheel menerima angin sepoi-sepoi sebagai hasilnya, membuat rambut dan pakaiannya berkibar. Saat itu, dia ingat jika semua hal di dunia kultivasi adalah tentang latar belakang dan kekuatan.

Terutama latar belakang, jika latar bekakang seseorang baik, maka dia akan diterima di setiap tempat.

Asheel dengan tidak berdaya menoleh ke Sera, menampilkan ekspresi yang menyusahkan.

Sera hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanggapannya, mengatakan secara diam jika Asheel tidak boleh membunuh sesuka hatinya.

Bagaimanapun, sikap Asheel sebenarnya sangat brutal. Jika membicarakan target dunia yang suka Asheel hancurkan, maka itu akan menjadi dunia kultivasi.

Orang-orang di dunia seperti ini sering bertindak secara tidak masuk akal, bahkan tidak tahu malu seperti seorang rubah tua. Setidaknya, itu adalah yang paling diingat Asheel jika membicarakan tentang dunia kultivasi.

Sekarang, dia menemui hal yang sama, yang mana ini seperti sudah menjadi sebuah rutinitas baginya.

Saat ini, Sera muncul dari belakang, mengungkapkan sebagian kecil pesonanya.

BOOM!

Ledakan energi tiba-tiba membanjiri seluruh ruang, membuka tekanan yang seolah-olah telah dibendung sejak lama. Itu seperti sebuah bendungan yang runtuh, menumpahkan semua air yang dibendungnya.

Sera saat ini mengeluarkan tekanan dingin yang sangat agung, membiarkan «Void» mengalir disekelilingnya.

Engah!

Kedua penjaga langsung jatuh ke tanah, kedinginan di seluruh tubuh mereka, merasa seperti akan musnah jika menatap dengan lancang keindahan salju di depannya. Mereka tidak bisa membayangkan jika pria yang tampak lusuh dengan seorang anak digendongannya, membawa seorang wanita dengan kekuatan yang sangat mengerikan.

Apalagi elemen itu jelas memengaruhi ruang dan waktu, yang membuat mereka sangat ketakutan dan tidak berani bersikap lancang kepada mereka.

"Apakah kau masih ingin menghentikan kami?"

Napas dingin keluar dari mulut Sera, membuat keduanya menggigil saat suara lembut itu tampak mengintimidasi bagi kedua penjaga itu.

"Tidak, tidak, kami tidak berani menghentikan Anda lagi ... Yang Mulia Abadi...!"

Kedua penjaga itu langsung berlutut dengan patuh di depan Sera, terlihat sangat sungguh-sungguh.

"Ayo masuk, banyak mata mulai melihat." Asheel mengajak mereka, sebelum matanya melirik ke langit, tepatnya pada puncak paviliun. "Terutama seorang rubah penguntit."

Saat ini, Asheel menggenggam tangan Sera, membuat yang terakhir menoleh dengan malu ke arahnya, yang hampir membuat Asheel memutar matanya. Tanpa banyak bicara, Asheel menyeret Sera ke dalam.

Segera, kejadian yang baru saja terjadi langsung menjadi ramai, menjadi perbincangan bagi seluruh warga di kota. Gosip akan menjadi hiburan bagi orang-orang seperti mereka, apalagi saat membicarakan sosok perkasa, mereka akan mulai menyembahnya dengan bersemangat.

Penampilan Sera jelas menjadi pusat perhatian saat ini, dan segera berita itu menyebar dengan liar, tidak bisa dibendung, menjadi topik pembicaraan seluruh kota.

Seorang wanita cantik, dengan keindahan peri dingin, dan gaun putih tanpa noda. Seluruh penampilan itu memberi perasaan transenden, dan banyak orang penasaran dengannya.

Lagipula, penjaga hanya menghentikan Asheel yang tampak lusuh, yang bahkan keberadaannya sangat tipis untuk dilihat, mereka tidak menyangka Sera akan bergerak secara tiba-tiba dan mengejutkan semua makhluk.

Tapi tetap saja yang menjadi inti dari pembicaraan itu adalah keindahan peri sejati, yaitu Sera, yang tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan di seluruh kota.

Pada saat yang sama, seorang pemuda dengan linglung mengedipkan matanya beberapa kali, menatap keindahan salju yang baru saja pergi.

"Chen Yang! Chen Yang! Jangan bingung di tengah jalan!"

Suara tua dan berwibawa terdengar di benaknya, langsung membuatnya tersadar dari linglung. "Master Tua, apa kau melihatnya? Dia sangat cantik, yang paling cantik yang pernah kutemui..."

"Aku tahu, tapi aku sarankan jangan coba-coba mendekatinya, atau kau akan mati tanpa tahu penyebabnya. Aku bahkan tidak bisa melihat melalui wanita itu, jelas jika kekuatannya sangat tidak terduga."

"Apa yang kau bicarakan, Master Tua? Dia tidak akan marah jika aku hanya sedikit menyapanya, bukan?" Chen Yang tersenyum percaya diri, wajahnya penuh kebanggaan.

"Kamu....!"

Mengabaikan Master Tua yang terus mengoceh di benaknya, dia bergegas masuk ke paviliun dengan mudah karena penjaga tempat itu masih berlutut di depan.

Bukan hanya Chen Yang, banyak tuan muda lain dari berbagai kekuatan juga melihatnya, berbondong-bondong memasuki paviliun hanya karena ingin melihatnya. Jika bisa, mereka ingin mengenal keindahan peri tersebut.

Mereka semua adalah pemuda yang bangga, selalu dipuji karena bakatnya sejak kecil, dan mereka selalu mengikuti tren. Tentu saja mereka tidak akan melewatkan kesempatan manis ini.

Adapun Asheel, dia bahkan tidak dibicarakan, seolah-olah keberadaannya diabaikan.

Itu adalah pengaturan Dao Surgawi untuknya, sama seperti saat di Alam Dewa yang mengatur Abyss, keberadaan Asheel sama sekali tidak diakui, dan seseorang hanya akan mengingat teror tentangnya.

Semua itu sudah diatur, dan Asheel tidak keberatan. Nama Asheel hanya dikenang di berbagai dunia pada Low Abyss, dan di High Abyss perannya adalah Penguasa Kekacauan. Tapi tidak mungkin orang akan mengenalnya dengan mudah dengan penampilan yang dia gunakan saat ini.

Asheel juga tidak terlalu mempedulikan hal kecil seperti kedudukan dan popularitas seperti itu. Segera, mereka bertiga masuk ke paviliun dan langsung menaiki tangga ke lantai teratas. Pada saat ini, tidak ada yang berani menghentikannya.

Lantai sebelas, lantai dua belas, lantai tiga belas, .....

"Apa!? Mereka menaiki lantai ke empat belas!" Seseorang berseru dengan terkejut.

Jelas, yang memiliki kualifikasi untuk menginjakkan kaki di lantai empat belas hanya pemimpin dari berbagai kekuatan besar. Bahkan keturunan para sosok perkasa tersebut tidak ada yang berani naik sampai ke lantai itu.

Adapun lantai lima belas, itu merupakan kediaman pemilik paviliun yang misterius. Yang boleh menginjakkan kaki di lantai ini hanyalah para pemimpin besar yang menguasai dunia, penguasa yang mengendalikan hidup dan mati miliaran orang, dan seorang konstelasi penguasa para bintang.

Setidaknya, seseorang harus mencapai ranah Deity untuk bisa menerima wajah dari pemilik paviliun. Itu sudah bisa memberitahu jika sosok pemilik dari paviliun ini benar-benar tidak terduga.

Segera, banyak tuan muda yang menonton tapi tidak ada yang berani mengikuti mereka.

Kecuali satu orang.

"Apakah dia mencari kematian?" Seseorang dengan tidak percaya berkata, memandang orang itu seolah-olah idiot.

"Tidak mengetahui ketinggian langit dan bumi. Dengan pakaian lusuh seperti itu, dia bisa memiliki wajah untuk mengotori paviliun yang suci ini?!"

"Siapa dia? Sungguh bodoh pemberani!"

"Cepat cari identitasnya!"

Segera, beberapa orang ternyata tahu tentang orang yang dibicarakan, juga membuat orang itu menjadi terkenal...

... karena kebodohannya.

"Dia adalah Chen Yang, pemenang turnamen pedang yang diadakan di Sekte Jade Pure sebelumnya. Kekuatannya sangat luar biasa karena mampu bersaing dengan seseorang yang ranah besarnya berada pada satu tingkat di atasnya!" Seseorang segera memberitahu.

"Sangat luar biasa!? Bahkan jika dia terkenal dan memiliki bakat, bisakah dia tetap selamat setelah bersikap tidak sopan pada seluruh paviliun ini?" Seseorang mencibir.

Sementara itu, Chen Yang mengabaikan semua komentar tentangnya saat dia terus melangkahkan kakinya menuju tangga. Dia mengikuti kelompok Asheel tidak jauh dari belakang, karena demikian, tidak ada orang yang berani menghentikannya.

Untuk orang-orang yang terus menghinanya, mereka tidak akan pernah tahu sebelum diberi pelajaran. Bagaimanapun, dia sangat sering menerima ejekan seperti ini, tapi apa yang terjadi pada akhirnya?

Mereka yang menghina sebelumnya menderita tamparan wajah karena tindakan yang dia lakukan melampaui ekspetasi yang mereka harapkan. Chen Yang sudah terbiasa dengan kejadian seperti itu, makanya dia sudah tidak peduli lagi pada mereka sekarang.

Nächstes Kapitel