webnovel

Teror

Sera sama sekali tidak bangga saat melihat putrinya dapat membantai ribuan makhluk dengan mudah. Bagaimanapun, itu sudah wajar sejak Phina merupakan seorang Dewa Omniverse.

Alasan dia khawatir adalah karena diri Phina sendiri. Memiliki kekuatan yang begitu menakutkan, apalagi dia belum dewasa. Bahkan hal-hal sepele bisa memengaruhi pertumbuhannya, yang pada akhirnya akan merubah pendiriannya yang selalu acuh tak acuh.

Untuk Asheel yang sikapnya bahkan lebih keterlaluan, dia sudah tidak peduli. Tapi Phina berbeda, dia adalah putrinya. Sera yang terlalu terbiasa dengan Asheel memang memiliki toleransi yang buruk, tapi dia tahu batasannya jika itu menyangkut dirinya saat mendidik Phina.

Dia tidak akan membiarkan Phina mengikuti jalan yang sama seperti Asheel. Dia tidak ingin putrinya disembah karena keburukannya.

Bagaimanapun, keberadaan Asheel merupakan sasaran kebencian banyak orang, terkumpul dari banyak sekali era, bahkan tidak ada yang bisa menghitungnya berapa banyak orang yang membenci dirinya.

Seluruh dunia bisa membenci Asheel, tapi Sera masih tidak peduli. Namun sebagai seorang Ibu, dirinya tidak akan tahan jika Phina menjadi sasaran kebencian massa.

Beberapa hal lain juga membuatnya khawatir, tapi sepertinya masih berjalan dengan baik saat dia menyaksikan perubahan pada ekspresi putrinya. Hal itu membuatnya sangat lega dan terharu, menyebabkannya meneteskan air mata.

Air mata kekhawatiran dan terharu karena pertumbuhan Phina yang melampaui ekspetasinya.

Asheel secara alami juga merasakan hal yang sama, tapi dia dapat dengan tenang menahan semua perasaan itu dan menekannya baik-baik dalam hatinya. Ekspresinya hanya tersenyum dari waktu ke waktu, matanya menampilkan kerinduan dan kasih sayang.

Sekarang, dia sama sekali tidak menyesali perjalanannya ke High Abyss. Bahkan jika mereka pulang sekarang, dia masih sangat puas.

Tapi sejak kepergian mereka dijanjikan dengan musnahnya seorang Outer God, maka mereka akan menyelesaikannya sampai akhir.

Selesaikan apa yang telah kamu mulai.

Mungkin seperti itu, kemudian, Sera membutuhkan waktu beberapa menit lagi untuk tenang. Phina juga bijaksana saat dia membiarkan Sera melakukan apapun yang dia mau pada dirinya.

Menepuk kepalanya, mengelus rambutnya, membelai pipinya, memeluknya, dan lain sebagainya.

Phina sekarang juga memahami jika selama ini kedua orang tuanya khawatir karena dirinya. Seorang anak seperti dirinya sangat dipengaruhi oleh orang tua mereka.

Memikirkannya hanya membuat senyum tipis di wajahnya, tapi itu dengan cepat menghilang dan tidak ada yang menyaksikan. Ekspresinya kembali ke wajah penuh kebosanan dan memandang rendah segala sesuatu di sekitarnya.

"Ayo selesaikan dengan cepat, aku sedang dalam mood yang bagus."

Asheel menghampiri mereka dan mulai berkata.

Sera mengusap matanya terlebih dahulu sebelum mengangguk. "Ya, kali ini aku akan menyelesaikannya sendiri."

Kemudian matanya bersinar kemerahan saat haus darah yang kuat membanjiri tempat itu, hampir membuat takut sampai mati semua makhluk di sekitarnya.

Ekspresinya dingin, matanya menyipit saat dia mengalihkan pandangannya ke langit. Sudut mulutnya naik saat dia kemudian tersenyum.

"Ketemu."

...

"Drama keluarga macam apa ini?"

Kruchuroze yang selalu mengawasi keluarga kecil itu sejak mereka masuk ke dalam wilayahnya, agak terpana dengan perkembangannya sejauh ini.

"Apakah mereka benar-benar Dewa Omniverse? Kelakuannya seperti para manusia rendahan, mudah terpengaruh oleh emosi yang sangat tidak berguna." Kruchuroze meragukan identitas mereka.

Tapi setelah melihat kekuatannya, dia tidak akan berani meragukannya lagi. Gadis kecil yang tampak imut yang selalu memasang wajah bosan di gendongan Ayahnya sebenarnya memiliki kekuatan seperti itu.

Apalagi kekuatannya sangat merepotkan karena berhubungan dengan ruang. Dia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada para bawahannya.

Saat dia menyaksikan kekuatan gadis kecil itu, bahkan dia terserang oleh keringat dingin karena ketakutan. Metode itu sangat kejam, tapi mulus dan terselesaikan dengan indah.

Mengingat kejadian sebelumnya hanya memicu getaran teror di tulang punggungnya yang disebabkan oleh kekuatan gadis kecil itu.

Tiba-tiba!

Swoosh!

Getaran dingin yang bahkan lebih dingin membuat seluruh punggungnya membeku, dia hampir mati karena niat membunuh yang meledak dan terfokuskan padanya.

Keberadaannya diketahui dengan begitu cepat!

Lagipula, sejak awal dia sudah memata-matai, jika Sera tidak repot-repot serius untuk mencarinya, mungkin dia bisa bertahan lebih lama lagi.

Tapi aura haus darah itu sudah menguncinya, dia bahkan tidak bisa bergerak karena tekanan yang sangat menakutkan. Seolah-olah dirinya yang selemah manusia ditekan oleh sebuah gunung, dan belum cukup sampai disitu, dia dipaksa itu menyangga langit yang runtuh dengan mengandalkan kekuatan kecil itu.

Tulangnya terus berderit dan mengancam akan hancur, tapi dia dibiarkan tersiksa oleh rasa sakit diantara garis yang memisahkan kehancuran tulang miliknya.

Itu semua hanyalah niat membunuh, tapi dampaknya begitu mengerikan, seperti kematian sudah ditetapkan kepadanya dari Yang Tertinggi. Dia tidak menyangka Dewa Omniverse akan sekuat ini.

Apalagi, niat membunuh ini berasal dari wanita yang harus menjadi Ibu dari gadis kecil itu. Gadis kecil itu bahkan tidak terluka dan malah pasukannya yang kena bantai, tapi dia yang harus menderita pada akhirnya.

Sejak awal, dunia tidak pernah adil.

Keadilan hanyalah sebuah garis batas wajar yang dimiliki setiap individu. Tidak ada keadilan yang nyata, semua omong kosong keadilan itu hanyalah sebuah kepalsuan.

Kruchuroze menderita karena ketidakadilan, tapi dari sudut pandang lain, mungkin ini adalah karmanya karena pernah berbuat jahat selama ini.

Tapi siapa di dunia ini yang belum pernah berbuat jahat? Tidak ada.

Bahkan jika ada, mungkin dia adalah seorang nabi ataupun orang suci.

Kruchuroze mengetahui dirinya dengan baik, dia memang pernah berbuat sesuatu yang sangat merugikan seluruh Omniverse, tapi dia bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya saat itu.

Benar, sebagian ingatannya telah terhapus!

Selama ini, dia terus berada di wilayahnya sendiri, bagaimana seseorang mengambil ingatannya tanpa dia sadari?

Itu sangat menakutkan!

Bukankah dia bisa mati kapan saja tanpa tahu penyebabnya? Pengkhianat? Dia bahkan tidak pernah memikirkan itu.

Semua entitas di istananya merupakan makhluk ciptaannya, termasuk para makhkuk kolosal sebelumnya.

Siapa yang berani mengkhianatinya?

Pada saat-saat kritis seperti ini, dia hanya bisa memikirkan sebuah sosok Dewa Omniverse yang keberadaannya sudah menjadi mitos.

Awal dari segalanya, Supreme One.

Hanya sosok seperti itu yang bisa memengaruhi semua makhluk! Dia hanya tidak tahu jika yang melakukan semua ini adalah pemimpin mereka sendiri, Administratror D!

Segera, banyak kenangan melintas sebelum kematiannya, tapi dia masih tidak tahu kenapa semuanya berakhir seperti ini. Kesadarannya semakin memudar, kendali tubuhnya kian menghilang, dan rasa sakit akan terus terasa menyakitkan.

Ditatap oleh makhluk yang bahkan tidak berani dia bayangkan sudah membuat kematiannya sedemikian rupa. Bagaimana jika Sera mengangkat tangannya?

Dengung!

Tiba-tiba, sebuah fluktuasi ruang terbuka di depannya, dan sebuah portal muncul. Keluarga kecil yang baru saja dia awasi keluar dari sisi lain portal.

"....."

"Kenapa, katamu? Aku membutuhkan jiwanya untuk kutelusuri."

"Oh, tidak. Jiwanya mungkin sudah rusak parah karena tekananku..."

"Tidak masalah, aku hanya ingin memeriksa ingatannya."

Pasangan suami istri berbincang-bincang seperti tidak ada tempat lain lagi. Kemudian, tatapan Asheel jatuh pada sosok menyedihkan di depannya.

"Kondisinya sangat buruk? Pasti dia sangat tersiksa." Asheel terkekeh, sebelum maju mendekatinya, dan mengulurkan telapak tangannya ke arah Outer God itu.

Kekuatan menghisap yang sangat mengerikan meledak dari sana, tidak hanya menelan jiwa Kruchuroze, bahkan sampai ke tubuhnya hingga tidak tersisa.

"Omong-omong, aku membutuhkan banyak esensi untuk menciptakan tubuh versi sempurnaku yang selanjutnya."

Nächstes Kapitel