webnovel

Berakhir

Langit merah itu masih bergemuruh karena ledakan beruntun akibat adanya keberadaan naga petir yang dimanifestasikan dengan sengaja.

Meski naga itu menakutkan dan memiliki kekuatan untuk menghancurkan dunia, tapi untuk Doomland yang aturan kekuatannya lebih kuat, itu masih belum cukup.

Alasan itu membuat Asheel tidak khawatir jika dia menjatuhkan serangan itu ke tanah.

Naga petir yang tampak seperti makhluk surgawi itu tidak bisa memengaruhi seluruh Doomland secara penuh!

Itu hanya mampu mengganggu sebagian wilayah kabutnya. Atmosfer di langit yang lebih tinggi itu masih berkabut, yang kabut itu merupakan campuran dari zat-zat berbahaya seperti racun mematikan dan asam korosi.

Kabut merah gelap itu menutupi seluruh planet, berdiam diri di atmosfer, menjadi garis pertahanan bagi klan Abyssal Demon. Bahkan hal itu membuat jika Doomland tampak lebih besar tiga kali lipat.

Kemiripannya seperti planet Jupiter yang penampilan sebenarnya hanya berupa badai menakutkan yang terjadi di permukaannya. Doomland juga sama, meski tidak separah jupiter dalam kekacauan badainya, tapi kabut di Doomland lebih mematikan.

Bahkan untuk Dewa Omniverse sekalipun, karena kabut ini berasal dari D, dapat dipastikan jika mereka akan mati secara perlahan dan tersiksa jika menghirup udara di sana terlalu banyak.

Adapun makhluk-makhluk di Omniverse, tidak usah memikirkannya, mereka akan langsung menguap bahkan tanpa menyentuhnya, tulangnya pun tidak akan bisa dilihat lagi.

Bahkan untuk penduduk Doomland sekalipun, para pribumi yang sudah terbiasa dengan kekejaman lingkungan di Doomland, mereka tidak akan bisa menerobos kabut dengan mudah, paling minimal, mereka harus mengorbankan sesuatu.

Hal itu juga yang menjadi penyebab utama kenapa para Iblis tidak membangun dominasinya di dunia luar. Tapi semua tindakan itu sebenarnya hanya alasan D untuk membuat Doomland selalu tersembunyi.

Bukti jika kabut itu sebenarnya sangat menakutkan adalah naga petir yang diciptakan Asheel, bahkan pengaruhnya tidak bisa menembus kabut diatasnya.

Adapaun Zerdite, alasan dia bisa menembus kabut karena dia adalah Dewa Omniverse dengan berbagai macam persiapan sebelumnya. Dia memiliki banyak artefak Dewa yang masing-masing dari mereka membawa kekuatan yang menakutkan.

Dan untuk Asheel sendiri, dia hanya mengabaikan kabut beracun itu. Bahkan tanpa mengubah fisiknya menjadi wujud iblis terlebih dahulu, dia mampu melewatinya seperti sedang berjalan-jalan di taman.

Sama untuk Sera, dia tidak akan terpengaruh karena dia memiliki «Void» untuk menghapus semua yang mendekatinya dari keberadaan.

Origin D adalah «Abyss», dan kemampuan itu sangat universal karena melibatkan misteri, kegelapan, jurang, ketidakterdugaan, dan masih banyak lainnya.

Karena dunia tertutup kabut, naga petir tidak akan bisa menampilkan dominasinya secara menyeluruh. Karena itu, dengan kehendaknya yang rapuh, dia mengambil tindakan dengan memanfaatkan Energi Kekacauan untuk membuka portal ke ruang alam semesta.

Crack!

Suara yang memekakan telinga terdengar, seperti gabus yang digosok hingga menghasilkan suara yang mengerikan, saat itu, langit juga mengeluarkan suara yang sama.

Kemudian, celah besar terbuka secara perlahan, mengungkaplan sisi lain yang tak terduga. Kehampaan ditampilkan, hanya gelap gulita dengan banyak deburan bintang jatuh ke arahnya.

Zerdite yang sudah putus asa dan enggan menerima kematian juga melihat ini. Matanya tiba-tiba menyala!

Musuh secara sukarela membukakan jalan keluar untuknya? Betapa murah hati!

Tapi masalahnya, dia bahkan sudah kesulitan menggerakan jari. Bagaimana dia bisa keluar dari kesulitan ini?

Sekarang, jalan keluar telah ditampilkan secara cuma-cuma, dia harus memanfaatkannya. Adapun caranya, dia sudah memikirkan ide.

Ide itu memiliki keberhasilan yang cukup tinggi, tapi pengorbanannya sangat banyak. Zerdite harus menggertakkan giginya untuk bisa terus hidup.

Bahkan Dewa Omniverse saat ini kesulitan, itu menunjukkan betapa menakutkannya Doomland dan D.

Segera, Zerdite menjalankan rencananya. Sebenarnya itu sederhana, karena dia bisa menggerakan seutas Energi Kekacauan di tubuhnya sekarang setelah beradaptasi yang membutuhkan waktu, dia bisa meledakkan kakinya dan memanfaatkan dorongan hempasan untuk membuat dirinya terlempar di atas.

BAM!

Seperti yang direncanakan, tanpa ragu-ragu kakinya meledak, yang ledakan itu menciptakan kawah raksasa di bawah kakinya. Sementara itu tubuhnya terhempas ke atas, melaju menembus kecepatan tercepat yang pernah ada.

Asheel memperhatikan tindakannya, tapi dia hanya membiarkan naga di atas mengatasinya.

Saat itu, pemandangan alam semesta di balik celah yang dibuat oleh sang naga tiba-tiba runtuh. Bintang-bintang itu bergerak sangat cepat, hingga melampaui kecepatan Zerdite saat ini. Gugusan bintang, pusaran galaksi, dan tatanan kosmik itu terpelintir, hingga meledak-ledak dalam kecermelangan.

Cahaya itu seperti kembang api, dengan setiap bintang yang meledak mewakili bunga api. Bintang-bintang dan galaski itu terus meledak, meruntuhkan kosmik, dengan seluruh alam semesta dipaksa direduksi menjadi energi untuk serangan berikutnya.

Dengung!

Mata Zerdite melebar tak percaya, wajahnya pucat pasi, kehilangan kecerahannya, dan jiwanya bergetar dalam kecemasan. Tapi dalam keadaan ini, bagaimana dia bisa mengambil jalan memutar?

Meledakkan tangannya?

Harga itu terlalu banyak!

Zerdite menggertakkan giginya dengan putus asa, tidak bisa memikirkan cara lain lagi. Dia harus mengorbankan salah satu tangannya.

Anggota tubuh yang meledak tidak bisa beregenerasi karena hasil dari Energi Kekacauan.

Dan dalam keadaannya yang sekarang, dia tidak bisa mengakses berbagai macam artefat dewa yang dia bawa untuk menyelamatkan hidupnya. Itu karena Energi Kekacauan mengacaukan segalanya, termasuk kendali energinya saat harus menggunakan artefak.

Kemudian, naga petir menyelam ke kehampaan luar angkasa, bermandikan energi yang sangat memasok kekuatannya. Itu berenang, meliuk-liuk dengan gembira.

Bagaimanapun, ruang angkasa itu adalah ruang yang terhubung ke dunia luar, yang mana dengan kehendaknya, alam semesta dihancurkan, kosmik runtuh, dan semuanya menjadi kekuatan untuk naga itu.

Naga petir membalikkan pandangannya lagi ke Zerdite yang melambung tinggi. Itu masih terbang, melawan hawa dingin yang keluar dari celah kekosongan.

Tubuhnya sangat kedinginan dan mati rasa, untuk sesaat, Zerdite tidak merasakan rasa sakit lagi. Mungkin karena saat ini dia merasa sangat dekat dengan kematian.

Untuk seorang dewa, kematian adalah samsara, reinkarnasi tak berujung. Sedangkan untuk Dewa Omniverse, kematian adalah penghapusan mutlak dari daftar keberadaan dunia.

Segera, naga petir dan peluru tubuh Zerdite bertabrakan, menciptakan titik cahaya yang sangat menyilaukan. Bentrokan itu memicu satu peristiwa yang mengakibatkan bencana bagi dunia.

Langit bergetar hebat, seolah-olah tidak mampu menahan kekuatan dari dua tumbukan itu. Meski energi yang dikandung oleh naga lebih banyak, Zerdite menghasilkan lebih banyak gesekan, seolah tubuhnya masih tidak menyerah untuk menerobos keluar dunia.

Meteorit humaoid berjuang di langit, menepis segala rintangan yang menabraknya, yang pada akhirnya menghancurkannya.

Jiwa dan Origin Zerdite membawa beban yang mengerikan, itu sudah retak oleh tekanan tak berujung, seolah semua siksaan tidak pernah berakhir.

Kesadarannya bahkan sudah menyerah, seolah dipaksa tidur ke dalam kegelapan abadi. Saat ini, Zerdite sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi.

Zerdite sejak awal seperti peluru yang menembus lautan, melawan energi seluruh alam semesta, sementara dia hanya diijinkan untuk mengakses sedikit kekuatannya.

Keluar dari Doomland memang mustahil karena ini adalah teritori D. Zerdite malah mengira jika yang mengunci wilayah ini adalah Supreme One.

Itu adalah kesalahpahaman.

Bahkan sampai sekarang, kekuatan D masih tidak terduga, sulit dijangkau, seolah-olah keberadaannya sendiri merupakan sebuah misteri.

Zerdite hanya dengan putus asa menerobos keluar, bahkan saat gelombang tsunami menabraknya, dia masih melaju. Sayangnya hanya sampai situ saja.

Lonjakannya semakin lambat dan tidak bisa melawan arus lagi dalam menghadapi ombak besar itu. Sebelumnya, jatuhnya naga petir disertai dengan manifestasi dari kekuatan alam semesta bahkan sempat terdorong mundur oleh Zerdite sejenak.

Itu adalah harapan kecil, tapi dengan cepat sirna. Dia tidak mampu melawannya.

Yang lebih tidak terduga lagi adalah kekuatan Penguasa Kekacauan, hanya dengan meremas tangannya, sebuah keberadaan tercipta, yang keberadaan itu akhirnya mengorbankan dirinya menjadi senjata untuk memusnahkan musuhnya.

Keberadaan naga petir dalam sekejap berakhir setelah baru saja tercipta. Itu memang singkat, tapi tujuan hidupnya sudah terpenuhi.

Secara perlahan, tubuh Zerdite semakin menguap dan tereduksi menjadi abu. Ditenggelamkan oleh energi yang sangat panas itu dengan mudah merusak tubuhnya yang sudah rapuh.

Itu menunjukkan jika Energi Kekacauan bahkan sangat berbahaya bagi Dewa Omniverse sekalipun.

Setelah Zerdite musnah, sisa serangan berlanjut, menghantam tanah dengan keras.

BOOM!

Gempa bumi hebat tercipta dari dampak guncangan, seluruh dunia bergetar, dan suhu di Doomland langsung memanas seketika.

Para Iblis yang memiliki kesadaran untuk kabur hanya bisa melihat kota mereka berubah menjadi kawah besar. Dampaknya sangat menakutkan, semua orang ketakutan, sebelum berubah menjadi kegembiraan.

Sorakan kemenangan terdengar, memuja sosok Penguasa Kekacauan.

Di sisi lain, Asheel sendiri dengan acuh tak acuh menyilangkan tangannya di bagian depan tubuhnya. Dia sudah meminimalkan dampaknya, sehingga hanya satu kota yang hancur, jika tidak, seluruh daratan lah yang akan menjadi korbannya.

Kemudian, dia memandangi para Iblis itu dari kejauhan, tatapannya tampak tenang dan kuno. Kemudian, dia membuka mulutnya: "Karena masalah disini sudah selesai, aku akan menemui Istriku."

"Yang Mulia...."

Awalnya, aku ingin Asheel lebih kesulitan, tapi aku terlalu malas untuk memikirkan apa masalahnya, huh...

Nobbucreators' thoughts
Nächstes Kapitel