"Jelaskan." Pinta Dhika.
Cia menoleh, tatapan mereka bertemu, jantung Cia berdetak karena dia bisa melihat jauh di dalam mata Dhika ada luka yang sulit di jabarkan. Begitupun dengan Dhika yang dapat melihat rasa kecewa dan kemarahan yang besar dari dalam mata istrinya.
"Aku jenuh dengan keadaan seperti ini. Lima tahunku yang tenang terusik karena kemunculanmu." Hati Dhika kembali berdarah.
Selama lima tahun ini istrinya hidup dengan tenang, jadi disini dirinya sendiri yang menderita? Jawabannya iya, tapi dia tidak percaya. Cia yang sekarang begitu sering berdusta.
"Lima tahun ini bibir mungilmu itu jadi mahir berdusta." Cia mengepal kuat tangannya, "tapi sayangnya tidak di dukung oleh matamu." Lanjut Dhika.
"Terserah kamu percaya atau nggak, bisa kita bicara ke intinya?" Dhika diam tanda menanti lanjutan ucapan sang istri.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com