"Kau... Kenapa begitu sembarangan membuka kain penutup pria itu?"
"Memangnya kenapa?" tanya Awan. "Aku sering memeriksa mayat, baik wanita, pria, anak-anak,"
"Tapi kan beda," kata Noey mengerutu.
Melihat ekspresi Noey yang tidak biasa membuat menghadirkan sebuah pertanyaan di pikirannya.
"Kau cemburu?" tanya Awan, membuat Noey melihat ke arahnya.
"Cem... cemburu... siapa yang cemburu pada mayat," sanggah Noey, seketika membuat Awan tertawa.
Ansel yang melihat apa yang sedang terjadi dari jarak pandangnya, seketika tersenyum.
Dia baru pertama kali melihat senyuman, dan kakaknya tertawa lepas seperti itu.
"Kau cemburu pada pria yang sudah mati?" tanya Awan lagi.
"Ku bilang, tidak. Kau seharusnya tidak membuka, atau ikut dalam otopsi," kata Noey pada Awan.
"Katakan saja jika kau cemburu," kata Awan masih tertawa.
Noey menatap gadis yang tengah tertawa itu.
"Apa itu lucu?" tanya Noey pada Awan.
"Ya, itu lucu. Kau cemburu pada pria yang sudah mati, bukankah itu lucu,"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com