webnovel

Episode 14: Sifa? Nekad?

Aldi semakin hari semakin jarang pulang, alasannya rapat atau apalah, sementara itu Sifa terdiam sendiri di kontrakan. Tak jarang Usman datang untuk menjamah tubuhnya, Sifa sendiri sudah tidak sungkan untuk melayani nafsu birahi mertuanya tersebut.

Bahkan dia cenderung mulai menikmati apa yang dilakukan oleh mertuanya, pernah suatu hari Aldi tidak pulang selama tiga hari dan disitu juga Sifa seolah menjadi istri dari Usman.

Mulai dari memasak sampai berhubungan intim di malam harinya, segalanya mereka lakukan berdua di kontrakan itu. Lebih tragisnya Aldi sama sekali tidak memberi kabar akan keadaan Sifa selama tiga hari itu.

Barulah di hari keempat Aldi datang untuk menemui Sifa, ditangannya sudah membawa surat dari pengadilan.

"Di, kamu sudah pulang? Ini aku buatkan makanan kesukaan kamu." ujar Sifa.

"Aku datang juga gak bakalan lama, aku harus pergi lagi untuk rapat di sekolah." jawab Aldi.

Tiba-tiba saja Sifa ke kamar dan memperlihatkan sesuatu yang membuat Aldi menelan ludahnya sendiri, disana terlihat Sifa yang membawa hasil testpack yang menunjukkan hasilnya positif.

"Kamu hamil?" tanya Aldi.

Sifa hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis kepada Aldi.

Dibalik kegembiraan Aldi mendengar istrinya hamil, dia merasakan hal lain lagi karena sekarang Lastri yang merupakan selingkuhannya sedang hamil juga.

"Iya Di, tadi aku cek dan hasilnya positif. Kamu senang gak akhirnya setelah lima tahun menikah aku hamil juga?" tanya Sifa.

"Hebat juga selingkuhan Sifa, dalam waktu singkat dia sudah bisa menghamili istriku. Tapi aku akan mencari tahu siapa pelakunya." batin Aldi.

"Di? Aldi Kusuma Widiatmoko?" tanya Sifa.

"Oh, tentu saja aku senang. Kamu jaga kandungan kamu ya, duh kayanya aku sudah telat buat ke sekolah. Kamu baik-baik di rumah ya." ujar Aldi.

Dalam hati Aldi tersimpan sejuta kemarahan akan kehamilan Sifa, pasalnya dia tahu kalau Sifa hamil bukan darah dagingnya. Dia yakin kalau Lastri-lah yang mengandung anaknya kini.

Usai Aldi pergi terlihat Ranti yang ada di rumah dan tidak bekerja, nampaknya kejadian kemarin membuat dia syok berat.

Tak lama berselang Sifa menghampiri Ranti yang menatap dengan pandangan kosong, Sifa tahu kalau Ranti sedang mengalami masalah.

"Bu Ranti gak kerja?" tanya Sifa.

"Gak..." jawab Ranti dengan nada rendah.

"Pak Dadang sudah pergi kerja?" kembali Sifa bertanya.

Ranti menganggukkan kepalanya, ketika Dafi melihat Ranti dan Sifa dengan cepat Ranti menghampirinya dan memeluk Dafi begitu erat.

"Kamu anak bapak sama ibu." ujar Ranti.

Sifa tersenyum melihat kejadian itu, tapi pandangannya berubah tak kala Ranti memeluk Dafi begitu erat sampai Dafi sulit bernafas.

"Kamu bukan anak dia!" seru Ranti kepada Dafi.

Tiba-tiba saja Ranti mencekik leher Dafi dengan penuh emosi, Sifa yang melihat itu langsung kaget dan dengan cepat dia melepaskan cekikan Ranti kepada Dafi.

"Istighfar Bu, ini anak ibu!" seru Sifa.

Ranti kemudian melepaskan cekikannya kepada Dafi, lantas Dafi sendiri langsung memeluk Sifa yang ada di dekatnya. Disaat seperti itu Dafi yang sudah beranjak remaja merasakan gundukan payudara Sifa tepat di wajahnya.

Dalam seketika celananya terasa sempit karena penisnya kini telah berdiri tegak, hal itu rupanya dirasakan oleh Sifa yang sedang memeluknya.

"Sini nak, maafkan ibu!" seru Ranti sembari menangis.

"Gak mau, Dafi takut sama ibu." jawab Dafi.

"Begini saja Bu, sampai pak Dadang datang biar Dafi sama saya dulu. Lagipula saya di rumah sendirian, kan kalau ada Dafi bisa diajak ngobrol juga." ujar Sifa.

"Makasih ya Sifa, hari ini Dafi gak perlu sekolah dulu biar nanti ibu yang minta izin ke sekolahnya." imbuh Ranti.

Dafi pun dibawa ke rumah Sifa, disana Dafi langsung mencium aroma tidak seperti di rumahnya. Aroma parfum nampak tercium di area kontrakan Sifa.

"Hmm... Dafi, mbak mau tanya. Kenapa tadi anunya kamu bangun?" tanya Sifa sambil menunjuk ke arah selangkangan Dafi.

"Gak tahu mbak." jawab Dafi.

"Sini mbak peluk." ujar Sifa.

Sifa kembali merasakan kalau penis Dafi sudah berdiri tegak lagi.

"Apa kamu sering melihat ibu sama bapak kamu melakukan hubungan badan sampai seperti ini, nak?" tanya Sifa dalam hatinya.

Tiba-tiba saja gairah birahinya Sifa bangkit karena bibir Dafi terus menggesek payudaranya, vaginanya mulai gatal karena hal itu. Dafi sendiri begitu menikmati apa yang dilakukannya, dia tahu kalau payudara Sifa semakin mengeras saja.

"Mbak, kenapa jadi keras?" tanya Dafi..

Tapi Sifa tidak sanggup menjawab dan hanya bisa mendesah akibat yang dilakukan oleh Dafi.

"Mbak boleh lihat anunya kamu?" tanya Sifa.

Dafi tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh Sifa, tapi Sifa yang terbakar birahi langsung membuka celana Dafi.

Terlihat penis yang masih kecil dan sudah ditumbuhi bulu-bulu halus, maklum saja Dafi sendiri sudah menginjak kelas 1 SMP.

"Ahhh.."

Dafi mengerang karena Sifa mulai mengocok penisnya, vaginanya semakin gatal saja. Hanya saja dia tahu kalau penis sebesar itu tidak akan sanggup memuaskannya, dia butuh Usman yang gagah perkasa untuk bisa membuatnya puas akan hasrat seksual yang sedang dia alami.

"Mbak Sifa!"

Tiba-tiba saja teriakan dari arah luar, hal itu jelas mengejutkan Sifa yang sedang asyik dengan Dafi. Segera Sifa memakaikan celana Dafi yang sudah melorot.

"Ada apa?" tanya Sifa ketika keluar rumah.

Sifa kaget karena melihat Aldi digotong warga, terlihat darah mengalir di pelipis kanan Aldi.

"Astaghfirullah Aldi!" histeris Sifa.

Dengan segera warga yang menggotong Aldi membawa masuk Aldi ke rumah Sifa, disaat itu juga Usman berada disana. Gelar haji yang disandangnya terlihat istimewa di depan para warga yang ada disana.

"Pak Usman memang orang tua luar biasa." ujar salah satu warga disana.

Sifa memandang sinis dengan pujian dari warga kepada mertuanya tersebut, dia tahu kalau Usman sangat bobrok ketika di belakang mereka.

"Begini Sifa, tadi bapak melihat kalau Aldi melamun ketika membawa motor. Bahkan ketikan berhadapan dengan bapak saja dia seolah tidak melihatnya, sampai ketika bapak berbalik melihat Aldi sudah menabrak tiang listrik dan jatuh ke selokan." ujar Usman.

"Kamu kenapa Di, apa keputusan aku hamil adalah salah? Percayalah Aldi kalau anak yang sedang aku kandung adalah anak kamu dan bukan anak Usman." batin Sifa.

Usai membantu Aldi para warna akhirnya pergi meninggalkan Usman, Sifa dan Aldi. Sementara itu Aldi sendiri masih tak sadari diri dan pakaiannya sudah diganti oleh Sifa.

Melihat Aldi yang memakai celana dalam saja membuat birahi Sifa kembali bangkit dan ingin berhubungan badan, Usman yang tahu akan hal itu segera memanfaatkannya untuk bisa mengeluarkan sperma yang sudah sering masuk ke dalam lubang vaginanya Sifa.

Usman mulai menepuk pundak Sifa dan mengisyaratkan kalau dia siap untuk memberi kepuasan birahi kepadanya, jelas Sifa menolak akan hal itu terlebih disana ada Aldi yang notebene suaminya.

"Gak pak." tolak Sifa dengan halus.

Tapi Usman bukan orang tua bodoh yang tidak bisa melancarkan rencananya, Sifa hanya mainan kecil baginya dan mudah untuk ditaklukkan.

Bersambung

Nächstes Kapitel