webnovel

Hujan Pagi

Pagi yang cerah mendadak diserang mendung, padahal Mbah Tresno sudah berpakaian rapi dan bersiap hendak menemui, Mak Jinny.

 

"Yah, gagal lagi deh," keluh Mbah Tresno sambil bertopang dagu.

Mbah Tresno duduk di depan pintu sambil memandangi rintik hujan yang kian deras.

Dia tak habis pikir kenapa cuaca hari ini cepat sekali berubah, tadi saat bangun tidur masih cerah, tapi setelah selesai mandi, berpakaian rapi dan hendak menghampiri, Mak Jinny, mendadak hujan turun.

 

 

Mbah, gak jadi ngapel?" tanya Martina.

"Kamu gak lihat lagi hujan begini?" cantas Mbah Tresno.

"Eh, hujan mah gak apa-apa atu, Mbah! Kan sekalian biar lebih mesra," ujar Martiana

"Mesra bagaimana?"

"Ya, mesra, karna kalau hujan itu hawanya dingin, terus kalau dingin, 'kan bisa saling berpelukan gitu, Mbah!"

 

 

Seketika pikiran Mbah Tresno langsung melayang ke awang-awang setelah mendengar ucapan dari Martiana.

 

"Jinny, Tresno, kedinginan,"

"Kedinginan? Emang kamu habis ngapain?"

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel