webnovel

Arisan Part2

Suasana mendadak senyap tak bergeming, karna Juju dan Mak Jinny menatap nanar ke arah Ce Mimin dengan mulut menganga.

"Ja-ja-di, selama ini, Ce Mimin, itu ...?"

"Juju, ssssttt... jangan di lanjutin, please ...." Ujar Mimin.

Lalu Mak Jiny pun langsung menatap Mimin dengan seksama dan memperhatikan setiap lekuk dan sudut wajah Mimin, hingga memeriksa lubang hidungnya.

"Jadi, kamu itu, Roy Suparmin? Yang suka ngamen di taman lawang dulu?" tanya Mak Jinny.

"Iya, Mak ... tapi jangan-jangan keras-keras dong ngomongnya," bisik Ce Mimin di telinga Mak Jinny.

Tapi meski Ce Mimin sedang berbisik-bisik namun Patria dan Wans sudah terlanjur mendengarnya.

Karna diam-diam mereka berada di belakang Mimin dan mengupingnya.

"Jadi selama ini, Ce Mimin, itu adalah ...." Ucap kompak dua pria lajang yang gak laku-laku itu.

"Astagfirullah! Kenapa hamba selalu mencintai wanita yang salah ya Allah?!" teriak Juju sangat drama.

"Sabar, Juju," Mak Jinny pun langsung merangkul putra semata wayangnya yang selalu saja gagal dalam percintaan itu

Juju yang dulunya terkenal sebagai seorang Playboy itu nampaknya mulai mendapatkan karma atas perbuatannya.

Juju yang sudah terlanjur taubat dan hanya ingin setia kepada Marpuah alias Salsa, tapi ternyata malah saudara satu bapak, dan di tambah lagi wajah asli Marpuah juga kelewat antik hingga tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Dan sekarang saat dia sedang memperjuangkan Ce Mimin sebagai wanita terakhir dalam hidupnya, ternayata malah Ceimin adalah seorang ....

Ah, ya sudahlah ... mungkin memang takdir.

Dan waktunya kita beralih, ke sisi warung Ce Mimin, di bagian depan.

Hawa aneh mulai terasa, aroma kemenyan kental tercium begitu menyengat.

Dua orang berpakaian serba hitam mulai memasuki warung Ce Mimin.

Dua pria misterius yang beraura angker itu adalah Mbah Treno dan asistennya yaitu Martiana Cemani.

Dan saat mulai memasuki ruangan, semua mata tertuju ke arah mereka.

Dan seketika Juju, langsung menghampiri Mbah Tresno dan mencium tangan sang maha guru, yang sempat memberinya ilmu pelet itu.

"Mbah, apa kabar, Mbah?" sapa Juju dengan sopan.

"Baik!" jawab Mbah Tresno singkat.

Lalu Juju beralih ke arah sang asisten. "Eh, Kang Martiana Cemani, gimana kabarnya? Perasaan kulitnya makin glowing dan mentrelet aja," puji Juju.

"Ah, Kang Juju, bisa aja mujinya, hehe, kabarnya baik, Kang," jawab Martiana, sambil merapikan polem (poni lempar) yang kebetulan model rambutnya juga di samakan dengan Mbah Tresno.

"BTW, gimana dengan gadis pujaan hati kamu yang bernama Salsa itu, apa sudah berhasil kamu pacarin?" tanya Mbah Tresno kepada Juju.

"Udah, sih, Mbah, tapi ...."

"Tapi kenapa?"

Lalu dari kejauhan tiba-tiba, Mak Jinny memanggil Juju sambil koprol dan mendarat tepat di samping Juju.

"JUJU!"

Plak!

Pletak!

Platak!

"Wadaw! Kenapa, Juju, di aniaya?! memangnya Juju salah apa?!"

"DIAM!" Mak Jinny langsung menjewer telinga Juju.

"Sudah, Emak, bilang jangan main dukun-dukunan! Musrik tahu!" oceh Mak Jinny.

"Gak Dukun-dukunan, Mak, ini dukun beneran!" jawab Juju.

Pletak!

Kembali Mak Jinny menjitak kepala Juju.

"Ngelawan mulu ya sama, Emaknya!" teriak Mak Jinny.

Dan perlanan Mbah Tresno pun mendekat kearah Mak Jinny, yang kebetulan sedang memunggunginya.

"Permisi, maaf, anda siapa?" tanya Mbah Tresno yang sok ramah ala-ala sales panci.

Dan perlahan-lahan pula Mak Jinny menoleh ke arah Mbah Tresno, seketika angin spoi berhembus pelan menerpa poni Mbah Tresno yang separuhnya tertutup oleh blangkon.

Mendadak seperti ada yang berbisik dan bernyanyi merdu di telinga Mbah Tresno.

'Terpesona, ku pada pandangan pertama

Dan tak kuasa menahan rinduku

Senyumanmu selalu menghiasi mimpiku

Ingin ku peluk dan ku kecup keningmu

Oh, indahnya....' (by: Glenn Fredly Feat Audy)

"WOY! NGAPAIN NGELIATIN GUE BEGITU?!" teriak Mak Jinny.

pletak!

Pletak!

Jitakan barbar tangan Mak Jinny kini beralih mendarat di kening Mbah Tresno hingga benjol.

Juju dan Martiana Cemani, hanya bisa diam dan menatap nanar ke arah Mbah Tresno sembari membayangkan betapa ngilunya.

Selain itu Juju juga merasa takut jika Mbah Tresno akan mengutuk Emaknya jadi, batu, patung, atau ketonggeng, karna sudah berani menghina Mbah Tresno yang sakti itu.

Sedang pandangan berbeda terlihat dari wajah Mbah Tresno.

Bukannya marah karna di jitak hingga benjol, tapi Mbah Tresno malah tersenyum manis dengan hati seakan mulai tumbuh bunga-bunga setaman karna terpesona melihat kecantikan dari Mak Jinny.

"Bidadari ...." Celetuk Mbah Tresno sambil mengelus dada karna jantungnya berdegub kencang dan sepertinya mau lompat keluar.

"Bidadari?" tanya Mak Jinny mastikan, dan Mbah Tresno menggangguk cepat masih dengan senyuman yang tidak jelas.

"WACICAAAUUU! DASAR CABUL!"

pletak!

Pletak!

Pletak!

Mak Jinny kembali menyerang Mbah Tresno karna merasa kesal dengan senyuman Mbah Tresno yang membuatnya menjadi merinding.

"Stop! Mak! Kasihan, Mbah Tresno! Udah tua, Mak! Kalau mati gimana?!" teriak Juju sambil menahan tangan Emaknya, agar mau berhenti menyerang Mbah Tresno.

Di saat masalah yang satu belum selesai, tapi nampaknya masalah yang lainnya akan segera muncul.

Karna dari kejauhan tampak keluarga Rene juga mulai memasuki warung Ce Mimin.

"Papi! Mami! Doain Marpuah ya, hari ini biar dapat calon suami!" teriak Marpuah penuh percaya diri.

"Iya! Pu'ah!" jawab Rene.

"Iya, Pu'ah, permata hati, Mami! Semoga kamu dapat jodoh di sini ya! Sebenernya Mami meles banget datang kemari, karna pasti di sini ada si Jinny!" gerutu Oktaf yang tampak kesal.

Dan seketika Mak Jinny yang baru saja, di sebut namanya oleh Oktaf, mendadak telinganya langsung berdengung.

"Siapa, yang sebut-sebut nama gue?!" teriak Mak Jinny.

Lalu Mak Jinny meninggalkan Mbah Tresno dan yang lainnya begitu saja, kemudian berjalan menghampiri keluarga Rene, si mantan suaminya itu.

"Eh, Rene! Elu kan sudah bukan warga sini lagi, ngapain lu kemari?!" tanya Mak Jinny sambil bertolak pinggang.

"Jinny, maaf, ya tapi di KTP saya masih, Kampung Rawa Goceng kok," jawab Rene dengan dengkul bergetar.

"Terus, ngapain lu ajak anak bini lu?! Mereka bukan warga sini, 'kan?!" tanya Mak Jinny lagi sambil melirik ke arah Jeng Oktaf.

"Eh, suka-suka gue dong! Gue kan ikutan laki gue!" jawab Jeng Oktaf yang tak terima.

"Eh, kok lu nyolot sih?!" tanya Mak Jinny.

"Eh, lu duluan yang nyolot, dasar, Nenek Gayung!" hina Jeng Oktaf.

"Eh, lu tuh, yang, Nenek Lampir!" hina balik Mak Jinny yang tak terima.

"Dasar, Genderuwo!"

"Dasar lu, Kuntilanak!"

"Dasar! Kuyang!"

"Dasar! Pocong terbang!"

"Ape lu bilang?!"

Dan pergulatan sengit dua wanita sakti itu pun kini akan segera di mulai.

Mak Jinny si Lady Koprol, sudah mulai koprol-koprol dan memasang kuda-kuda.

Sedangkan Jeng Oktaf, mulai menggelindingkan badan dan berakhir pose ala Kim Kadarsian.

"Mami, pasang kuda-kuda dong? Jangan malah pasang pose begituan, Papi ngilu lihatnya," bisik Rene.

"Oh iya, Pi, Mami lupa," Dengan segera Oktaf mengagganti pose ala-ala menajdi pose kuda-kuda.

"Wah, kayaknya bakalan seru ni!" teriak. marpuah penuh antusias.

Dan di sebelahnya ternyata sudah ada Jamillah.

"Eh, kamu, kan, tetangganya Bang Qimons, yang mukanya ngeselin itu,'kan?" tanya Jamillah sambil menunjuk ke arah tompel Marpuah.

JE... DIENG....!

To be continued

Nächstes Kapitel