Deddy membuka mulutnya meski dia tampak ragu-ragu dan malu. Aku langsung saja menyuapinya tanpa malu atau canggung. Deddy mengunyah dengan pelan menikmati sepotong kue pemberianku. Sembari mengunyah dia terus menatapku.
"Sangat manis seperti senyuman mu."
Seketika aku menghentikan kunyahanku dan tersenyum malu menatapnya.
"Cepat habiskan, aku tidak ingin kakek dan nenek mu marah hanya karena kau pulang terlambat."
"Tsk, tenang saja. Aku bisa atasi itu semua, lagi pula kakek dan nenek sudah pasti mereka lelap dalam tidur karena sejak pagi tadi mereka sudah di sibukkan untuk acara pesta pernikahan Chot."
"Tapi tetap saja, aku tidak ingin menimbulkan pemikiran yang tidak baik dari orang lain jika melihat kau pulang terlambat di antar oleh seorang lelaki."
"Tapi kau kekasihku," bantahku.
Deddy tersenyum tipis. "Aku senang mendengarnya." Deddy kembali berbicara dengan lembut.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com