webnovel

Malaikat Maut

"Hentikan, Mama! Mana mungkin papa berpikiran sejahat itu, hah?!"

Tanpa terasa cairan hangat terus menuruni pipi Tuan Yudha. Selama hidupnya ia hanya menangis beberapa kali, dan itu semua disebabkan oleh anak-anaknya.

Tuan Yudha menangis ketika melihat anak-anaknya terus keluar masuk rumah sakit. Dan kini Tuan Yudha menangis karena kepergian putra sulungnya.

"Apa papa sudah puas sekarang, heh?! Papa begitu senang karena beban hidup papa berkurang satu, 'kan?!"

"Siapa yang senang, Ma! Mana mungkin papa senang jika salah satu anaknya tiada. Papa bukan buaya yang tega memakan anak sendiri. Papa menyayangi anak-anak kita sama banyak! Kenapa mama tega mengatakan jika papa senang melihat anak sendiri meninggal di depan mata begini, hah?!"

Tuan Yudha berteriak di sela-sela isak tangisnya. Kedua lututnya jatuh menghantam lantai. Ia bersimpuh di dekat tubuh kaku Siji yang masih di dekap oleh istrinya.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel