webnovel

5 Apapun Untukmu, Leon

"Leon... hei..." bisiknya pelan.

Tapi begitulah, ibarat gunung yang sudah siaga empat sejak lama. Kali ini Leon tak mampu menahan semua kerikil itu di dalam dadanya.

"Hks... hks... tahun kemarin kita udah nggak ngerayain padahal itu yang kelima. I just wanna something special diantara kita. Meskipun itu cuma sekali dua kali," katanya parau. "Apalagi sejak kakak jadi asisten dosen. Aku tahu kakak bakal lebih sibuk jadi aku udah usaha nggak terlalu sering ganggu-tapi kalau seperti ini juga susah-"

"Ssst... udah-udah... Iya aku ngerti kok..." kata Alex. "Aku juga minta maaf karena mulai nggak bisa kasih waktu banyak ke kamu. Nggak kayak dulu, okay?"

"Trust me. Aku bener-bener benci waktu kakak bilang gitu," kata Leon. "Aku justru minta maaf nggak bisa berhenti kekanakan selama ini. Aku kan memang seharusnya toleransi karena itu udah jadi tugas-"

"Udah-udah... jangan dilanjutin lagi. Kita lupain aja sebentar masalah ini, oke?" kata Alex.

"Nggak bisa..." kata Leon.

"Lagian jangan ngehibur aku gitu. Aku bukan cewek tahu." Protesnya kesal.

Alex justru mendengus pelan. "Iya... Iya... lagian siapa juga yang bilang kamu cewek sih. Nggak ada tahu."

"Tapi nggak perlu peluk-peluk begini juga, kan-"

"Jadi nggak boleh nih?" sela Alex. "Tapi kan kamu pacarku sendiri..." lanjutnya. Membuat Leon bungkam dan memejamkan mata.

Untuk sejenak mencoba kembali menghirup aroma pacarnya yang satu ini.

Ah bukan.

Satu-satunya dan yang masih bertahan selama ini.

Ya. Sesederhana itu.

.

.

Malam. Di apartemen Alex. Akhirnya Leon mau melangkah juga ke dalamnya.

Matanya masih sembab saat menatap langit malam melalui balkon kamar.

Cuma ada bulan sabit yang hampir tertutup mendung. Minus bintang.

"Hei," sapa Alex. Dari belakang dia menyusul dengan dua cangkir kopi di tangan. "Nih, white coffe..."

Leon menoleh. "Makasih."

Alex mendekat. Dia berdiri di sisi Panda-nya yang terlihat belum ingin bicara lebih.

"Soal ponsel maaf, ya," kata Alex. Sambil menoleh. Memperhatikan cara Leon meniupi kepulan hangat kopi di cangkirnya. "Lain kali kuusahakan nggak ketinggalan lagi."

"Aku justru minta maaf udah salah paham soal tadi," kata Leon. Tanpa menoleh.

Mendadak Alex melingkarkan lengan di pinggangnya. "Iya. Dimaafkan."

Kaget. Leon memekik pelan. "Ah! Panas!" serunya. Refleks menjauhkan tepi cangkir dari bibirnya.

Alex justru menyandarkan kepala di bahunya. "Happy Sweet-versarry, ya. My Panda."Katanya.

"Dan makasih banget udah mau sabar sama aku sampai sekarang."

"Apaan sih. Tiba-tiba." Kata Leon. Pura-pura kesal.

"Udah nurut aja," kata Alex. Sambil tersenyum tipis. "Di hari Anniversary aku boleh dong.... manja-manja."

Leon memutar mata. "Kakak nggak kayak Asisten Dosen aja..."

"Biarin." Kata Alex. "Aku mau jadi apapun yang kumau kalau sama Panda."

"Ih. Lebay." Kata Leon.

"Tapi seneng kan?" tukas Alex.

Leon justru diam. Minum anteng dan memandangi air mancur yang berpendar kan cahaya lampu jalan di bawah sana.

Tapi tak berselang lama, dia juga mengucapkannya. "Happy, Sweet-versarry juga ya, Kak.." katanya pelan.

"Hm..."

"Dan soal sabar, harusnya tadi itu justru kata-kataku..." kata Leon lagi. "Soalnya selama ini aku yang sering bertingkah kekanakan."

"Iya ngerti."

"Makasih juga udah bertahan sama aku sampai segede ini. Selama ini." Kata Leon.

"Iya... terus?"

Menfadak Leon mendengus. "Ck. Kakak ini serius gak sih?" tanyanya sebal.

Alex justru tersenyum lebar. "Serius kok. Lagian kupingku sedeket ini sama kamu."

"Huffft...."

Merengut. Alex pun mendongak ke sisi. Dia menatap kedua mata yang masih sembab itu. "Marah lagi, nih?"

"Nggak tuh." Kata Leon. Lalu mengalihkan pandangannya.

"Jangan lagi dong. Ini kan hari spesial..." kata Alex.

"Ck. Siapa juga sih yang marah?" kata Leon kesal. Dia balas menatap Alex tajam kali ini.

Cup

Tapi detik berikutnya tatapan itu berubah kosong.

Alex tersenyum menyeringai melihat jenis ekspresi itu.

"Kayak baru pertama dicium aja. Kaget gitu... Hahah.." batinnya gemas.

"Mau hadiah apa, hm?" tanya Alex.

Leon melengos dan pura-pura tak peduli.

"Nggak usah. Lagipula udah semalem ini." Katanya.

"Yakin?"

"Iya. Lagian hadiahku udah kejadian kok." Kata Leon pelan.

"Heh? Apa?" bingung Alex.

"Kan udah kubilang..." kata Leon, suaranya semakin pelan saja dari sebelumnya. "... kalo aku Cuma pengen kita bareng hari ini..."

"Hm... baik sekali sih pacarku satu ini..." kata Alex senang.

Leon justru hampir menjatuhkan cangkirnya setelah itu. "Hei... hei... ngapain pegang-pegang ke dalem segala-" protesnya. Merasakan sesuatu mulai masuk ke dalam kausnya dari bawah sana. Merambat ke atas. Meraba dada dan ruasnya yang mulai diketuk-ketuk debaran dari dalam.

DEG-DEG-DEG

"My Panda..." bisik Alex.

"Ih.. Jijay," protes Leon lagi.

"Woy! Udah dibilang juga. Tu tangan kemana sih?!" paniknya. Saat melihat resleting depannya mulai ditarik turun.

"Diem aja nggak bisa ya... Hahah," tawa Alex. "Kayak baru pertama kali aja kupegang-pegang..."

Berhenti sebentar. Leon meletakkan cangkirnya dan menundukkan kepala. "Ugh... terserah deh." Katanya.

Setelah itu, Alex justru berhenti mempermainkan pacarnya satu itu.

Tangan yang jahil di dalam sana berganti memeluk erat. "Hmnn... senengnya... bisa ngejahilin orang paling kusayang di dunia..." katanya senang.

Leon mendengus pelan. "Kakak seneng, aku sebel." Katanya. Lalu menatap pantulan potret mereka berdua di permukaan air kolam di bawah sana.

"Sebelnya sekarang, tapi senengnya nanti pas udah nggak ada aku kan..." goda Alex.

"Apaan. Jangan nuduh yang nggak-nggak deh." Tandas Leon.

"Dasar Uke Tsundere..."

"Apa?! Siapa juga yang Tsundere?!" Protes Leon.

"Nggak. Nggak ada kok."

Leon mendengus lagi. "Dasar manusia yang satu ini..." desahnya sebal.

Sebal di muka, beda lagi dengan debaran dalam dadanya yang seperti tak mau berhenti.

"Ceritain kejadian ini ahh... ke Roi." Kata Alex.

"Heh?! Buat apa coba?!" kaget Leon seketika.

"Ya kan kalo diceritain dia bakal bikin story-ya. Hehe..." cengir Alex. "... biar kalo kamu lagi jauh... aku bisa baca ulang sebagai obat kangen."

DEG

Kalau ini komik, pasti sudah ada rona merah yang merambat di pipi Leon.

Serius.

"MENDING MINUM PIL ANTI-GILA SANA!" teriaknya malu. Tanpa sadar.

Tapi tawa Alex justru pecah setelahnya.

"HAHAHAHAHA..."

.

.

.

Semalam bercanda. Semua beban hilang setelah kata Sweet-versarry dan maaf dimuntahkan dari dalam dada. Dan ya... Leon sudah merasa hal ini akan terjadi.

Dia membuka mata dan menatap langit-langit kamar. Ada lampu gantung. Cat warna seawind dan coretan ala kotak aklirik.

Apartemen Alex.

Kamar Alex.

Kasur Alex.

Selimut Alex.

Dan ketika menoleh ke samping Alex ada. Seperti yang diharapkan.

Yah walaupun Alex curang. Dia sudah mandi, harum, rapi, dan memakai kaus gambar keroppi warna hitam.... sementara dirinya dibiarkan nyenyak sampai sekarang baru bangun.

"Pagi, Sayang..." sapa Alex. Dia memberikan senyum tipis sekilas sebelum kembali mengetik sesuatu di laptopnya.

"Hmm..." gumam Leon. Lalu kembali memejamkan mata.

Mendadak ada rasa tepukan di pucuk kepalanya. "Mau bangun sampe kapan, hm?" tanya Alex.

"Ntar aja. Masih males." Sahut Leon tanpa membuka mata.

"Emang nggak kuliah hari ini?" tanya Alex.

"Hari apa emang?" tanya Leon.

"Sabtu?"

"Nggak. Mau bolos aja." Kata Leon. Dia lalu membalik posisi. Tidur memunggungi.

"Serius? Emang nggak ada tugas ntar?" tanya Alex.

Leon mendengus. "Hufft... emang ini gara-gara siapa? Main tusuk sembarangan gak inget jadwalku dulu."

Alex terkekeh. "Yaudah... mau aku tebus pake apa nih?" tanyanya.

"Nggak butuh."

Mendadak ada suara log off laptop di belakang sana. Disusul deritan ranjang, sebelum sebuah lengan melingkar di pinggangnya perlahan-lahan.

"Kalo gitu mandi sana gih," kata Alex. Aroma sabun mandinya mulai menguar sedikit demi sedikit.

Leon jadi lupa caranya terpejam.

Jangan lupa baca karya LGBT+ ku yang lain ya :") Terutama yang berjudul "MIMPI" Terima kasih

Om_Rengginnangcreators' thoughts
Nächstes Kapitel