webnovel

GERLAD:EUWY: Misi Baru

Hari demi hari, minggu demi minggu telah berlalu dengan begitu cepat, Gina dan perjuangannya masih belum menampakkan hasil sama sekali, gadis itu saat ini tengah menopang dagunya dengan tangannya di atas meja kantin menatap kearah meja Gerald dan dua sahabatnya itu.

Gadis itu menghela nafas, "gue bingung harus gimana lagi biar bisa dapetin hati Gerald dan juga perhatiannya," kata Gina kepada dua temannya yang diam sambil menopang dagu juga.

"Gue rasa Lo harus main pake cara baru deh Gin, cara yang lebih efektif dan tentunya mantul," ujar Dinda.

"Cara apa? Udah gue coba cara-cara lain hasilnya sama aja," keluh gadis itu.

"Gue sih ada saran buat Lo Gin, tapi gue gak yakin Lo bakal bisa, secarakan Lo bucin banget sama tuh cowok," sambar Riri menunjuk Gerald dengan dagunya.

Gina langsung menoleh kearah Riri, "beneran Lo ada cara buat dapatin Gerald?"

Riri mengangguk, "ini sih lebih efisien dari semua cara Lo, tapi Lo juga harus siap-siap merasa bersalah karena Lo harus mengorbankan satu hati buat Lo permainkan," jelasnya.

"Gue harus ngorbanin satu hati? Maksud Lo gue harus cari cowok lain buat manas-manasin Gerald?" tanya Gina memastikan apa yang ia pikirkan benar.

Riri mengangguk, "iya bener, tapi Lo jangan sampe terjebak dalam permainan Lo sendiri," lanjutnya.

"Gue setuju sama Riri, Lo ganti cara lama Lo yang alay bin lebay itu dengan cara cantik, gimana sanggup gak Lo?" tambah Dinda sedikit meremehkan Gina yang tabiatnya memang anak yang bar-bar.

Gina menatap Dinda dengan sinis, ia tidak suka diremehkan apalagi direndahkan ketika ia belum memulai apapun.

"Jangan remehin gue?! Bakal gue buat Gerald bertekuk lutut depan gue?!" tekad Gina kuat.

"Buktiin kalo Lo bisa! Jangan cuma ngomong doang!" cibir Riri.

"Oke siapa tukat!" ujar Gina tertantang.

"TAKUT GIN TAKUT! BUKAN TUKAT!" koreksi Dinda lalu menoyor kepala sahabat sarap nya itu.

Gadis mungil itu menyengir didepan wajah Dinda. "Gigi Lo kuning!" hina Dinda.

"Lo ada cowok gak yang cocok buat manas-manasin Gerald?" tanya Riri serius.

Gina mengusap dagunya sembari berfikir keras siapa kah yang akan ia korbankan dengan senang hati.

"Untuk sekarang sih gue gak tau, tapi gue usahain nanti malam orang yang bakal gue kobanin bakal dapat!" kata Gina.

"Pastikan jangan sampe permainan Lo ketahuan, panjang urusannya. Saran gue kalo Lo udah dapat cowoknya, Lo harus sama temen cowok yang bener-bener deket, jangan yang baru kenal kemarin! Gak bakal mulus!" jelas Riri memperingati Gina yang hanya manggut-manggut mengerti.

Dinda merangkul Gina, "ingat ya bung! Mainnya harus syantik! Gak boleh oleng-oleng lagi tuh otak sebleng!" Tonyor Dinda pelan.

Gina tersenyum miring, "tenang, gue udah dapat siapa cowoknya dan gue rasa ini bakal cocok!" ucapnya.

"Siapa kalo boleh tau?" Dinda bertanya kepo.

"Besok pagi Lo berdua sebelum gue datang harus udah ada di gerbang! Nah nanti Lo berdua bakal liat tuh cowok," kata Gina meyakinkan.

"Awas Lo bo'ong, gue cincang terus gue jadiin sate Lo!" Ancam Riri yang sama sekali tidak membuat Gina takut.

Ketiga gadis itu lalu tertawa, Misi pertama mereka sudah dengan tersusun baik. Untuk akhir misi? Tenang ini bakal lebih efektif dari pada berlari-lari mengekori Gerald dan merecoki cowok itu hingga bosan.

"Inget kata-kata gue Gin, jadikan ini sebagai pelajaran, apapun hasilnya Lo tetep akan menang dengan versi Lo sendiri," nasihat Riri lalu di angguki oleh Gina dengan antusias.

***

Pagi hari berikutnya, Dinda dan Riri sudah standby di gerbang sekolah yang terbuka lebar karena waktu bel masuk masih lama.

Riri yang pegal kakinya berdecak kesal, ia dan Dinda sudah menunggu sepuluh menit hanya untuk melihat cowok yang Gina pilih untuk dijadikan tumbal cinta.

Tak lama datanglah Gina berboncengan dengan seorang cowok bermotor besar yang tertutup helm fullface nya.

Gadis itu turun dan langsung memberikan helm yang ia pakai pada cowok itu.

"Bisa buka dulu helmnya?" pinta Gina lalu di angguki oleh cowok itu.

Ketika cowok itu membuka helmnya, Dinda dan Riri yang dari tadi hanya diam menyaksikan langsung terpekik heboh.

"Gilak ganteng banget!" puji Dinda menutup mulutnya masih tidak percaya.

Riri yang mempunyai sikap sedikit calm hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini dia?" tanya Riri.

Gina mengangguk lalu menoleh pada Rama. Ya cowok itu adalah Rama, ia dan Gina berteman dekat tak lama setelah cowok itu mengajak Gina untuk menjalin sebuah hubungan  pertemanan.

"Kenalin, dia Rama, temen baik gue dan juga temen gibah gue," Gina memperkenalkan Rama pada kedua sahabatnya.

Dinda mengangkat tangannya menyapa, "hai Rama!" Sapa nya.

"Hai juga?"

"Dinda! Nama gue Dinda!" sahut gadis itu sedikit teriak.

"Hai juga Dinda!" sapa Rama ramah dengan senyum manisnya.

Riri yang berbeda sifat seperti Dinda dan Gina hanya melihat cowok itu datar, tapi ia tidak bisa pungkiri jika cowok ini sangatlah tampan, bahkan Bintang kekasihnya saja kalah. Mohon maaf akang Bintang bisa tolong seret aja Riri nya, udah nakal nih.

"Yakin nih cowok?" tanya Riri pada Gina dan gadis itu langsung mengangguk.

Gina beralih menoleh lagi pada Rama yang dari tadi diam mencoba menyimak apa yang ketiga gadis itu katakan.

"Yaudah Ram gue masuk dulu ya, makasih banget udah mau anterin kesekolah gue," ucap Gina.

Rama tersenyum lalu mengangguk, "santai aja, kalo gitu gue pergi dulu, bel sekolah gue bentar lagi masuk nih," ujarnya lalu memakai helm dan pergi dengan motor besarnya.

"Anak SMA Bangsa kan?" Dinda bertanya.

"Iya, baik banget kan? Sumpah anaknya seru banget!" sahut Gina.

Ketiganya lalu beranjak jadi gerbang sekolah untuk masuk ke kelas. Sepanjang koridor Gina, Dinda dan Riri terus mengoceh panjang mengenai misi baru Gina untuk mendapatkan Gerald. Tanpa mereka sangka salah satu orang melihat mereka tadi di gerbang saat Rama mengantar Gina.

Cowok itu pastinya kaget dan langsung pergi untuk melaporkan ke temannya.

"GAWAT!!!!" teriaknya lalu menghampiri kedua cowok yang asik merokok di belakang sekolah.

"Gawat! Gawat! Dan gawat! Ini GAWAT!!" seru Alder heboh.

"Kenapa sih Al?!" tanya Vian heran dengan teman sarap nya ini.

"Gue ada berita super duper gawat!" ujarnya.

Gerald menghembuskan asap rokoknya kemudian bertanya, "apa yang gawat?"

"Lo pasti kaget kalo gue bilang Gina diantar sama siapa di sekolah."

"Biasa aja," balas Gerald tidak minat.

"Alah pasti gue yakin Lo kaget! Secara kan yang nganter tuh cewek si Rama anak SMA Bangsa sekaligus ketua geng Baja," celetuk Alder menjelaskan.

Vian terbatuk-batuk, "what?! si Rama?!" Alder mengangguk.

Siapa sangka Gerald langsung berdiri dan membuang rokoknya tapi tak lupa untuk menginjaknya agar mati. Cowok itu langsung pergi tanpa sepatah katapun, tujuannya hanya satu, temui Gina!

Alder dan Vian cengo. "Katanya gak kaget, kok malah langsung pergi?" ujar Alder telat melihat punggung Gerald yang sudah menjauh.

Nächstes Kapitel