webnovel

12. Teman Lama

Clara mengambil ayam yang telah dia pesan dan kini rasanya sedikit aneh. Dia seperti nya pernah mengenal pria ini dan pria ini kenal dengan nya. Setelah hendak membawa pulang ayam itu, Rio pria ini menahan Clara untuk pulang.

Clara menoleh karena nama nya di panggil dan dia segera bertanya kenapa Rio memanggil nya?

Rio hanya tersenyum lebar saja sambil menggerak gerakkan kaki nya yang tidak bisa berhenti sedari awal. Dia menatap dan melirik Clara malu malu.

"Ada yang ingin kau katakan?" Tanya Clara dengan merasa tidak nyaman.

Lalu Rio mengangguk.

"Sepertinya... Kita sudah saling kenal. Kau? Kenal dengan ku?" Tanya Rio.

Clara menggeleng dan saat tersenyum itulah Rio baru sadar. Rio teringat dengan lesung pipi yang menambahkan aura cantik dan manis dari Clara. Sungguh... Dia terkejut dengan ingatan nya sendiri.

Dia bahkan menutup mulut nya sakit kaget nya. Clara mengerutkan kening nya dan tertawa apa yang membuat Rio jadi seperti ini?

"Kita sebelum nya dekat Clara! Aduh... Aku lupa memanggil mu apa...." Kata Rio sambil lompat lompat di tengah jalanan pasar yang ramai sekali.

"Siapa?" Tanya Clara yang masih menganggap Rio sebagai pedagang ayam potong biasa.

"Itu... Kupu kupu kecil. Kita berlari di taman untuk mengambil kupu kupu kecil, dan aku memanggil mu cungkring. Karena tubuh mu kurus. Ingat?" Tanya Rio dengan berusaha membangkitkan ingatan Clara.

"Ooh!! Ya! Aku ingat sekali. Kamu anak yang buang air besar di celana kan? Hahahahaha... Jorok sekali waktu itu. Waktu kelas 2 sd." Kata Clara yang malahan membuat Rio jadi malu.

"Hey hey... Jangan bahas itu lagi..."

Sisa waktu Clara di habiskan dengan bercanda dan bertukar nomor ponsel dengan Rio. Mereka sama sama tidak punya ponsel android dan berjanji akan telepon menunggu telepon rumah.

"Kamu tinggal di mana Clara? Mau aku antar? Sebentar lagi hujan..." Kata Rio.

"Di gang sana. Kalau aku tidak merepotkan... Aku mau mau saja. Hahahaha..." Kata Clara selagi ada yang gratis? Kenapa tidak?

Clara naik ke atas jok belakang sepeda milik Rio yang terlihat baru saja beli. Rio mengaku jika dia di belikan seseorang untuk sepeda ini. Mereka terus melajukan sepeda nya hingga Rio sampai di depan rumah lusuh Clara.

Sungguh ini berbeda sekali saat Clara masih berusia 9 tahun. Bahkan dia punya rumah besar yang cukup bisa di sebut sebagai orang kaya dulu. Tapi... Kini lihat lah rumah nya bahkan sekecil itu. Dan sekotor itu. Ini lebih parah daripada kondisi keuangan nya.

"Kau mau masuk?" Tanya Clara.

"Tidak... Aku harus pergi berdagang... Nikmati hari mu Clara." Kata Rio dengan tersenyum lebar.

Lalu Clara mengangguk melambaikan tangan nya dan pada akhirnya dia masuk ke dalam rumah.

Di sana dia sudah menyiapkan bahan bahan masak namun seketika itu juga seseorang menelepon nya.

"Halo?" Panggil Clara untuk bertanya dengan siapa dia berbicara.

"Hey Cungkring. Aku sudah nunggu kamu bertahun tahun, dan kini kita bertemu. Sahabat lama ku. Ini hanya mencoba saja. Takut kamu salah masukin nomor." Kata Rio dengan tertawa lebar.

"Kamu kira aku bocil apa." Ketus Clara.

Dan setelah itu mereka menutup panggilan dan Clara pergi ke dapur sebelum ayah nya marah marah karena tidak ada masakan di atas meja makan.

Salah satu anak dengan nama Tuti ini terbangun dan bertanya apa yang bisa dia bantu dengan bahan bahan masakan ini. Lalu Clara menyuruh anak itu untuk mencuci piring dan mencuci berbagai sayuran yang ada disini.

"Ingat... Jangan sampai masih ada sabun seperti kemarin. Jika tidak... Ayah akan marah." Kata Clara.

Tuti mengangguk dia segera melakukan apa yang sedang di suruh oleh Clara dan ini adalah hal yang sangat menyenangkan sekali menurut nya. Hanya dnegan di temani oleh seseorang di dapur untuk memasak adalah hak yang sangat Menyenangkan sekali. Dia tidak jadi sowong dan merasa sendiri di dapur.

"Kak orang yang ada di depan tadi siapa? Pacar kakak?" Tanya Tuti yang saat ini masih berusia 13 tahun.

"Bukan. Itu teman lama kakak." Balas Clara mantap.

---***---

Randy masuk ke dalam kamar nya dia hendak tidur tapi sesuatu membuat nya terkejut. Itu adalah kepingan gelas yang jatuh dan pecah berserakan di lantai. Randy segera berlari ke sana dengan kepala nya yang miring ke sebelah kanan. Dan tak lama setelah itu seseorang datang dengan membawa pemukul base ball.

Entah siapa itu ini sudah pukul 12 malam dan ada yang aneh disini.

"Maling!!!" Teriak Pak Satpam depan.

Seluruh seisi rumah bergegas dan mereka yang ada di rumah jadi takut. Ada maling di rumah yang mewah dan megah ini, pastilah bukan maling biasa. Randy ikut berlari dan dia jadi Begitu takut sekali kini. Padahal dia tidak pernah ikut mengejar maling.

Dahlia yang sadar jika kamarnya lah yang di masuki jadi bingung sendiri.

"Ma! Itu hp iPhone nya Dahlia! Sama tas herpes nya Dahlia... Astaga...." Kata Dahlia yang ikut ikutan mengejar maling itu. Dasar maling! Menyusahkan saja.

Randy jadi berolahraga malam malam dan dia sampai di suatu gang di mana maling itu dia temukan. Terjatuh karena tersandung. Ini lah kesempatan nya.

"Tunggu!!" Teriak Randy dengan melemparkan batu yang lumayan besar dan untung nya itu tepat sasaran.

Bruk! Seketika itu juga sang maling terjatuh dengan punggung nya yang berdarah. Seluruh orang yang ada disini terkejut. Tidak menyangka dengan apa yang mereka liat.

"Astaga. Randy? Apa yang kau lakukan? Dia bisa saja mati...." Kata pembantu nya.

"Maafkan aku." Kata Randy yang langsung menolong maling itu dan memanggil kan ambulance.

Maling itu tidak sadarkan diri dan seluruh orang yang ada di sekitarnya mengejek nya karena orang autis. Tapi Randy senang meski dia harus di ejek, tetap saja dia senang jika barang barang kakak nya kembali.

"Kak aku dapat tas dan hp kakak." Kata Randy. Dan Dahlia langsung memeluk adik nya itu, meski adik nya sangatlah aneh tapi baik sekali hati nya.

Napas nya terus menderu deru hingga boros sekali.

"Randy kamu pelari yang hebat." Kata kakak nya dengan mengacungkan jempol nya tanda jika dia sangat suka dengan tindakan Randy ini.

"Iya..." Balas Randy.

Setelah itu Dahlia mengajak nya untuk pulang karena mama nya sudah khawatir sekali jika terjadi apa apa dengan Randy.

"Baiklah... Aku akan membuktikan jika anak nya ini, Randy sangatlah jago berlari." Kata Randy dengan bangga nya.

"Iya deh. Sana lari! Lari sampe rumah..." Kata Dahlia dengan tertawa lebar

Nächstes Kapitel