Perkelahian antara Fahira dan wanita itu semakin memanas. Tidak ada satu pun di antara mereka mau mengalah, Fahira berusaha untuk mendesak wanita itu agar bisa jatuh ke tangannya. Terlihat di matanya, titik kelemahan wanita itu yang bisa digunakan untuk menjatuhkannya.
Fahira melayangkan pukulannya dan diakhiri dengan menendang kaki bagian kanan yang terlihat sudah melemah. Wanita itu terjatuh, dengan cepat Fahira mendekatinya lalu mengunci tangan wanita itu lalu mengeluarkan belati yang ada di sepatu boots.
"Lepaskan Hinata!" teriak Akira.
"Hinata—nama yang bagus tetapi memiliki hati yang busuk!" ucap Fahira dengan nada menghina.
Hinata tidak terima dengan hinaan yang dilayangkan padanya. Dia berteriak dan berkata, "Aku Hinata bukan wanita murahan—kau dengar itu hah! Kaulah yang wanita murahan! Cepat lepaskan aku!"
Zetta yang mendengar Hinata memperkenalkan dirinya langsung tahu apa yang harus dilakukan olehnya. Dia mengatakan padanya membutuhkan waktu tiga menit saja.
"Dan kau Fahira—berapa menit yang kau butuh kan untuk pergi dari sana?!" tanya Zetta dengan nada menantang.
"10 Menit!" jawabnya singkat.
Semua orang yang mendengar perkataan Fahira dengan rekannya yang di seberang earpeace merasa tidak senang. Karena itu berarti jika mereka dianggap lemah.
"Serang!" ucap Akira pada para pengawalnya.
Seketika semua pengawal menyerang Fahira, mereka tidak memikirkan sandera. Menurut mereka penyusup itu tidak bisa melakukan apa-apa yang bisa melukai Hinata. Begitu pula cara berpikir Akira.
Otomatis Hinata terlepas dari cengkeramannya, Fahira menghindar lalu menekan jam tangannya dengan waktu 10 menit. Itu adalah waktu yang dijanjikan pada Zetta dan dia akan pergi dari rumah ini dengan waktu 10 menit itu.
Pukulan demi pukulan diterima oleh Fahira tetapi dia berhasil menghindar dan menangkisnya. Tidak satu pun di antara mereka berhasil melumpuhkannya. Tendangan terakhir dilayangkan oleh seorang pengawal tetapi Fahira berhasil memegang kaki lalu menariknya dengan sekuat tenaga.
Brugggg! Pengawal itu seketika terjatuh, semua pengawal mengelilinginya. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu yang sudah di setting olehnya tadi.
"5 menit lagi!" gumam Fahira.
Dia harus segera menyelesaikan mereka semua, matanya menyapu untuk mencari celah untuk bisa lepas dari kepungan mereka. Senyum tipisnya muncul, dia mulai menghitung mundur. Dari angka 5, 4, 3, 2, 1 dia melewati satu per satu para pengawal dan berhasil melumpuhkannya.
Dia berlari dengan cepat menuju motor yang sudah disiapkan olehnya tadi sore. Hinata tidak rela jika wanita yang sudah menghinanya lepas begitu saja.
Hinata mengambil senjata yang tergeletak di atas lantai. Dia membidik Fahira dengan sorot mata kebencian.
Dor! Tembakkan itu meleset, dengan senyum tipis Fahira berbalik lalu melemparkan belati yang baru diambilnya dari pahanya.
Belati itu melayang dan tepat mengenai lengan Hinata. Terdengar rintihannya, dia merasakan rasa sakit yang begitu besar ditambah dengan rasa malu karena kalah dari wanita penyusup itu.
Fahira berpikir sudah tidak akan ada masalah lagi, rupanya dia salah. Saat berlari keluar dari rumah, dia masih di hujani oleh tembakan dan pukulan dari pengawal yang menghadangnya.
Dentuman peluru yang keluar dari senjata api terdengar begitu nyaring. Namun, itu tidak menyurutkan hati Fahira. Dia masih bergerak dengan lihainya, mengelak dari peluru dan serangan pengawal yang menghadang.
Di depan ada seorang pengawal yang bertubuh besar, jika dilihat kekuatannya lebih besar dari pada Fahira. Sorot mata yang tajam dan hawa membunuh keluar dari pria bertubuh besar itu. Dalam benaknya dia akan menghabisi wanita penyusup itu dengan mudah.
"Maju kau wanita murahan!" teriak pria dengan tubuhnya yang besar itu.
Di belakang beberapa pengawal sudah hampir dekat, Fahira tersenyum samar. Dia melihat celah untuk menghindar dari pria bertubuh besar itu.
"Kau jangan menangis jika tidak berhasil menangkap diriku yang cantik ini!" ucap Fahira dengan tersenyum dan berlari ke arah pria itu.
Fahira menggunakan kedua lututnya untuk berseluncur di atas lantai yang mengkilap putih. Kecepatan seluncurnya berhasil melewati selangkangan pria bertubuh besar itu.
Pria itu tidak menyangka jika penyusup itu akan melewati selangkangannya. Dia yang membuka selangkangannya dengan lebar karena berniat untuk menangkap penyusup itu.
Fahira berdiri lalu berlari tanpa berbalik melihat kekesalan pria bertubuh besar itu. Dia langsung menutup pintu lalu mengeluarkan sebuah tali yang diberikan oleh Zetta. Tali itu sangat kuat hingga membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskannya. Di depan sudah menunggu dua pengawal yang sedang menodongkan senjatanya.
"Kalian begitu merepotkan!" gumam Fahira.
"Bagaimana? Ini sudah 8 menit!" ucap Zetta dengan nada mengejek dalam earpiece.
"Shut up!" Fahira berkata dengan kesal.
Nisrina dan Rosmalia terkekeh mendengar kedua orang yang saling mengejek. Akhirnya Zetta berhasil membuat Fahira merasa kesal dengan celotehnya. Nisrina pun akhirnya ikut bicara, dia mengatakan agar Zetta harus siap-siap jika Fahira kembali.
Waktu untuk dirinya sudah menipis, Fahira mengambil dua buah belati yang di simpan di bagian belakang pinggangnya. Dengan cepat dia melemparkan belati itu pada kedua pengawal yang berjalan mendekatinya dengan senjata di tangan.
Terdengar suara rintihan kedua pengawal itu, senjatanya pun terjatuh. Melihat mereka yang fokus dengan rasa sakit, Fahira dengan cepat mendekati mereka lalu memukul tengkuk leher mereka.
Brugggg! Mereka berdua jatuh tak sadarkan diri, mata Fahira menyapu seluruh halaman. Dia memeriksa apakah masih ada pengawal yang akan menyerangnya. Tidak ada satu pun pengawal, mungkin semua pengawal sudah berkumpul di dalam rumah.
Fahira berkata dalam hatinya, pantas saja Kazumi berhasil di culik. Rupanya semua pengawal ini tidak memiliki kemampuan untuk melindungi tuannya. Matanya tertuju pada sebuah motor berwarna hitam, senyumannya kali muncul. Motor itu adalah motor yang sudah dia siapkan, entah itu motor siapa yang penting bisa membantunya keluar dari rumah ini.
Fahira bergegas menunggangi motor hitam yang terlihat gagah, menyalakan mesin motornya. Dengan seketika motor melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah itu. Sekarang di hadapannya ada gerbang besi yang masih terbuka. Mungkin penjaga tidak mengetahui keributan di dalam. Meski suara senjata api begitu nyaring karena jarak antara gerbang depan dan rumah itu sangat jauh.
Seorang pria sudah menghadang di depan pagar besi yang menjulang tinggi, secara perlahan mulai tertutup. Fahira menghentikan motornya, dia memainkan gas motornya sehingga terdengar suara knalpot dan asapnya yang menyembul keluar.
Pria yang menghadangnya mengeluarkan senjata dari sarungnya lalu mengarahkannya pada Fahira. Sedangkan Fahira masih senang memainkan gas motornya, dirasa sudah tepat waktunya untuk dia menerobos keluar dan tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikannya.
Fahira berhasil mengelak saat pengawal itu menarik pelatuknya dan peluru pun melesat ke arahnya. Dia menambah kecepatan motornya, sekarang tidak peduli jika harus menghantam pria yang ada di depannya.
Pria itu berusaha bersikap jantan dengan menghalangi motor Fahira. Dia merasa yakin jika wanita itu tidak akan berani menghantamnya. Namun, yang dipikirkannya salah karena Fahira tidak peduli malah semakin menambah kecepatan motornya.
Secara refleks tubuh pria itu langsung menghindari motor Fahira yang sudah sangat dengan dengannya. Pagar mulai tertutup, Fahira langsung menarik gas motornya sehingga dia melesat menerobos kedua gerbang besi yang hampir tertutup rapat.
Dor!
Peluru melesat ke arah Fahira yang sudah berada di luar pagar yang menjulang tinggi itu.
"Fahira ...," pekik Zetta.