webnovel

Rumor 1

Xiao Zhan menatap cermin. Di ruang wardrobe itu dia tak sendiri.

"Ge, apa kau lelah?" tanya Wang Yibo. Pemuda 21 tahun itu menatapnya dari pantulan.

Xiao Zhan hanya menggeleng dengan memainkan ponsel yang di tangan. Ada beberapa notifikasi dari Xuan Lu disana. Tapi sebelum jarinya membuka, Wang Yibo sudah mrengkuhnya dari belakang.

Melingkari tubuhnya. Melingkari kedua lengan bisepnya hingga dada. Dan dagu bocah lelaki itu bergelayut di bahunya.

Xiao Zhan menoleh. "Kalau kau? Apa lelah?"

"Tentu saja. Sebelum kemari aku kan take action bagian laga," kata Yibo. Manja mengalahkan kucing Xiao Zhan.

Xiao Zhan mengusap pelan kepala Yibo. "Dan habis ini kau take lagi menggendongku," katanya disertai kekehan. "Apa kau tahu seberat apa bobot tubuhku? Hh..."

"Gege meremehkanku?" tanya Yibo tak terima. Dia memicing dan menatap Xiao Zhan dari samping. "Nanti pasti kulakukan yang terbaik."

"Uuu... benarkah?"

"Tentu saja."

"Padahal Pak Produser menantangmu separah itu."

"Pokoknya lihat saja," kata Yibo. "Pasti bisa kulakukan di take pertama."

Xiao Zhan mendengus tersenyum dan geleng-geleng saja mendengarnya. "Akan kunantikan semua," katanya. "Dasar bocah."

"Hei! Apa Gege bilang?" tandas Yibo. Ekspresi protesnya tak dilirik sedikit pun. "Bukannya bulan kemarin Gege merayakan ulang tahunku ke 21?"

Senyum Xiao Zhan justru melebar setelah itu. "Ya, tapi kau tetap bocah di mataku," katanya asal. Sambil membalas pesan Xuan Lu yang entah sedang membahas apa. "Yang menangis di hari ulang tahunnya, karena dihujat netizen di siaran langsung."

Yibo merengut. Dia ingin membantah, tapi itu memang benar. Tepat setelah video berakhir, dia bahkan sempat dipeluk Xiao Zhan di ruangan ini.

Xiao Zhan tahu dari sikapnya, saat melewati para kru syuting. Pria itu bilang, cara jalannya penuh emosi. Dan saat menutup pintu disertai bantingan tegas. Padahal, sedingin-dinginnya pada situasi, tak sampai dia selepas itu.

Xiao Zhan menepuk-nepuk punggungnya saat itu. "Hei, tenang..." katanya. "Mereka hanya berani membenci di kata-kata. Coba kalau bertemu langsung di depanmu. Pasti semuanya berdiri sekeras batu karena kagum dengan tampanmu. Haha..."

Yibo meremas punggungnya yang dihiasi sabuk kostum Wei Wuxian. "Tak peduli," katanya tegas. "Aku bersumpah tak akan lakukan siaran lagi."

Xiao Zhan justru tersenyum saat itu. "Apa ini lelaki yang sama dengan yang tadi?" katanya jahil. "Yang kudoakan panjang umur, cepat dewasa, dan menjadi lelaki hebat di masa depan?"

"Ge, diam," kata Yibo. "Tolong jangan buatku kesal."

"Iya-iya-iya," kata Xiao Zhan. Dia mengelus-elus punggung itu. "Aku akan diam sampai kau tenang."

Yibo pun benar-benar hanya diam di pelukan Xiao Zhan sampai tenang. Jujur, disana nyaman. Apalagi menghirup aroma parfum khas pria ini. Kalau tak dibisiki, dia mungkin bisa tidur sambil berdiri.

"Bo Di?" panggil Xiao Zhan di telinga Wang Yibo. "Apa kau masih hidup? Sebentar lagi waktu pemotretan Yubin dan Jiejie sudah berakhir. Mereka bisa menyusul kesini."

"Aku tahu," kata Yibo. "Hanya sebentar saja lagi."

"Hei..."

"Apa nama parfum milik Gege?" tanya Yibo. Dia mendongak dan menatap Xiao Zhan sedekat itu.

"Blue Moon? Twilight? Hazardous?"

"Yang pasti itu milik Channel."

Yibo merengut lagi. "Nanti pasti kucari di toko parfum."

"Oh... kau nekad sekali kali ini."

"Tentu saja. Aku ingin memakainya bersama Zhan Ge."

Kening Xiao Zhan mengernyit. "Maksudmu?"

"Kupakai ya kupakai," kata Yibo. "Karena Zhan Ge sepertinya sangat menyukai aroma ini."

Xiao Zhan berpikir sebentar sebelum tersenyum kecut kepada Yibo. "Hei, kau bisa membuat semua orang jadi curiga," katanya cemas.

"Memang harus jadi begitu."

"Apa?"

Pelukan Yibo malah mengerat. "Zhan Ge milikku," katanya. Dengan intensitas ada di mata. "Kalau tidak bisa dikatakan, kenapa tidak bisa ditunjukkan?"

"Apa lagi kali ini?"

"Aku akan memakai parfum itu banyak-banyak, kemana pun Zhan Ge pergi bersamaku," kata Yibo yakin. "Kita liha saja nanti."

"Hei, Bo Di... apa kau tidak berpikir itu kelewatan?"

"Tidak samasekali," kata Yibo. Dengan senyuman lebar di wajah. "Dan lagi. Zhan Ge pernah bilang aku itu icon fashion bukan? Jadi mulai sekarang, kutantang Gege untuk memakai semua yang kupakai selama ini."

Xiao Zhan pias. "Tidak." Katanya tegas.

"Iya."

"Tidak."

"Harus kembaran dengan aku."

"Tidak, Lao Wang," kata Xiao Zhan tak kalah tegas dengan Wang Yibo. "Kembaran denganmu? Kau pikir dunia itu buta? Mereka bia melihat yang terlalu jelas seperti itu."

"Meskipun dipakai di waktu dan tempat yang berbeda?"

"I-YA!" tegas Xiao Zhan lagi.

"Kamera dimana-mana... mereka pasti berpikir yang tidak-tidak."

Wang Yibo justru tertawa kecil melihat ekspresi panik di wajah Xiao Zhan.

"Bo Xiao Gui," celutuk Yibo. "Aku punya firasat suatu hari nanti akan ada istilah itu."

"Apa?"

"Hanya insting," celutuk Yibo dengan seringai. "Pokoknya aku tidak mau tahu. Zhan Ge sudah tega mentertawakan nasib burukku hari ini, dan mengataiku masih bocah.."

"Lao Wang!"

Yibo melepaskan Xiao Zhan tapi juatru mendekat ke leher jenjang itu. "Kalau begitu, baiklah baik aku terima," kata Yibo. Dengan nafas berat di kulit tipis sekitar sana. "Aku memang bocah yang sangat manja. Karena itu, yang lebih tua yang wajib menjad pengertian. Bukankah bocah suka meminta yang aneh-aneh?"

"Kau ini..."

Wajah Xiao Zhan semakin masam, tapi Yibo justru meninggalkan kecupan di sana.

"Kalau kita menunjukkan sikap teman yang sangat akrab, memang mereka bisa apa?" kata Yibo dengan santainya. Dia menatap Xiao Zhan tepat di mata. "Dan kalau kita tidak konfir, memang media bisa menulis apa? Mereka akan terus mengira-ngira seenaknya. Dan mungkin lebih dari yang Zhan Ge bayangkan."

"Itu... bukankah itu lebih bahaya?"

"Bahaya? Kalau menurutku malah menyenangkan," kata Yibo. "Fans itu rata-rata suka mengkhayal. Kalau mereka menemukan suatu hal yang menarik, pasti akan tak berhenti sampai mereka memuaskan rasa penasaran itu—dan toh... itu sepertinya akan bagus untuk perkembangan film ini? Kudengar novel aslinya sudah memiliki penggemar sendiri sejak dulu."

Nächstes Kapitel