MOHAMMED'S WIVES (Part 4)
Abdullah ibn Amr al-Ass berkata; setelah Muhammad mengatakan sesuatu yang menghina keyakinan leluhur warga masyarakat Quraish, keesokan harinya kaum Quraish mendatangi Muhammad dengan marah dan berkata, "Apakah engkau orang yang mengatakan ini dan itu tentang dewa kami dan agama kami?" Muhammad merespon, "Ya, aku orang yang mengatakannya." Salah satu dari mereka menarik pakaian Muhammad dan Abu Bakr menyela orang tersebut sambil berkata, "Apakah engkau akan membunuh seorang pria karena mengatakan Allah adalah Tuhannya?" Ibn Amr berkata, "Lalu mereka meninggalkan dia. Ini adalah hal terburuk yang pernah saya lihat yang dilakukan kaum Quraish terhadapnya."
Coba perhatikan kisah yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Amr tersebut. Muhammad menghina agama orang-orang Quraish, tapi hal terburuk yang mereka (orang Quraish) lakukan kepada Muhammad hanya menarik pakaiannya.
Cerita lainnya adalah tentang Abdullah ibn Mas'ud yang sedang menghadiri upacara keagamaan kaum Quraish dan tiba-tiba melantunkan beberapa ayat Qur'an dengan lantang ditengah acara mereka. Orang-orang Quraish berkata, 'Apa gerangan yang dikatakan anak dari seorang budak perempuan ini?' Dan ketika mereka menyadari bahwa ia sedang membaca beberapa doa yang diucapkan Muhammad, mereka bangkit dan memukul wajahnya; tetapi ia terus membaca selama yang Allah inginkan ia baca."
[Sirat Rasul-Ibnu Ishaq, hal 131-141]
Apakah yang dialami Abdullah bin Ma'ud tersebut bisa dikategorikan sebagai penganiayaan agama? Orang ini (Ibnu Mas'ud) seorang pengejek. Ia menghadiri perkumpulan keagamaan kaum Quraish pagan, tiba-tiba menaikkan suaranya dan melantunkan ayat-ayat dari agama lain (Qur'an). Kita semua tahu apa yang akan dilakukan kaum muslim jika ada seseorang yang memasuki tempat ibadahnya dan lalu melantunkan ayat-ayat dari agama lain dengan lantang?
Yang tidak ada dalam ajaran Islam yang dicontohkan Muhammad dan para sahabatnya adalah 'empati'. Yaitu tidak bisa memperlakukan orang lain sama seperti mereka ingin diperlakukan. Itu karena Muhammad telah berhasil melakukan "playing victim", menggiring muslim untuk memposisikan diri mereka sebagai korban kedzoliman, bukan pelaku.
Setelah membuat kegaduhan diantara masyarakat Mekah selama bertahun-tahun, dengan mengejek agama dan keyakinan kaum pagan Quraish, maka masyarakat Quraish akhirnya tidak mau lagi berhubungan dengan Muhammad dan pengikutnya, termasuk hubungan dagang. Sikap mendiamkan dan penolakan masyarakat Quraish mengakibatkan banyak kesulitan pada Muhammad dan kaum muslim yang rata-rata mantan budak dan kaum miskin, sehingga Muhammad memerintahkan mereka pindah ke Abyssinia. Pada akhirnya untuk menyenangkan dan mengambil hati masyarakat Quraish-Mekah, Muhammad terpaksa berkompromi.
Ibnu Sa'd menulis; "Suatu hari sang Nabi berada di kumpulan orang-orang di sekitar Ka'bah dan membacakan bagi mereka Surah an-Najm, ketika sampai pada;
"Apakah patut bagi kamu Al-Lat dan Al-Uzza, dan Manat yang ketiga yang paling akhir?"
Kemudian Muhammad melanjutkan,
"Sungguh mereka wanita yang paling ditinggikan, yang doa dan perantaraannya harus diupayakan. Mereka cantik, dan ada harapan dalam ibadahnya."
Kata-kata ini menyenangkan hati masyarakat Quraish dan mereka mulai menghentikan permusuhan. Kabar ini terdengar oleh kaum muslim di Abyssinia yang lalu dengan senang mereka kembali ke Mekah.
[Tabaqat, Ibnu Sa'd, Vol l, hal 191 & 362]
Tak lama kemudian, Muhammad menyadari bahwa mengakui putri-putri Allah sebagai Dewi-dewi telah merusak reputasinya sendiri sebagai satusatunya perantara bagi Allah dan manusia. Maka dia menarik kembali kedua ayat yang mengakui putri-putri Allah (yang kemudian disebut sebagai gharanic atau populer juga disebut ayat setan). Setelah itu meralatnya dan menambahkannya dengan;
"Apakah patut bagimu anak laki-laki dan untuk Allah anak perempuan? Tentu itu suatu pembagian yang tidak adil!" [An-Najm, Ayat 21-22].
Setelah tiga belas tahun berlalu semenjak ia menyatakan kenabiannya, Muhammad hanya punya pengikut sebanyak kurang dari 80 orang. Posisi sosial yang lebih baik semenjak ia menikah dengan Khadijah adalah setelah Abu Bakar, Umar, Usman bergabung. Selain dari mereka pengikut Muhammad yang lain mantan budak dan budak milik orang-orang kaya Quraish dan beberapa pemuda yang tak punya pengaruh.
Khadijah wafat di usia 65 tahun bertepatan di tahun ke-10 kenabian Muhammad.
2. SAUDAH BINT ZAM'AH
Saudah adalah satu-satunya istri Nabi yang menurut riwayat tidak cantik, usianya sekitar 35 tahun ketika dinikahi Muhammad, tetapi banyak ulama muslim menggambarkan bahwa Saudah sebagai seorang yang baik dan cantik didalam hatinya.
Tidak lama setelah Khadijah meninggal, Khaula bint Hakim mendatangi Muhammad dan bertanya padanya; "Apakah engkau (Muhammad) menginginkan seorang perawan atau janda? Yang perawan adalah anak perempuan Abu Bakar sedangkan yang janda adalah Saudah."
[Hadis Imam Ahmad, dalam kitab 'Musnad', 6/211].
Ternyata Muhammad menginginkan keduanya. Namun Muhammad terkejut setelah mengetahui pada malam pernikahannya bahwa ternyata Saudah tidak cantik. Muhammad memarahi Khaula karena menyodorkan Saudah kepadanya.
Ibnu Hajar Asqalani menulis tentang Khaula; "Untuk memperbaiki kesalahannya, Khaula menawarkan dirinya sendiri kepada Muhammad dan Khaula tinggal bersama Muhammad sebagai layaknya suami istri. Itu terjadi hanya dua bulan setelah pernikahan Muhammad dengan Saudah."
[Al-Isaba fi tamyis al-Sahaba, Vol lV, hal 284]
Dr. Bint al-Shati mengatakan; "Ketika suatu hari Muhammad memberitahukan tentang keputusannya untuk menceraikan Saudah. Dia (Saudah) sangat terkejut mendengar berita itu dan dia merasa seolah-olah dinding-dinding sedang roboh menimpanya. Saudah memohon kepada Muhammad, "Tolong simpan aku, wahai Rasul Allah." Muhammad menjawab, Dengan satu syarat, bahwa kamu memberikan jatah malam-malammu kepada Aisyah." Saudah sepakat, sambil mengatakan, "Mulai sekarang saya tidak akan mengingini apa yang diinginkan oleh seorang wanita, karena saya memberikan jatah malam saya kepada Aisyah." Akibatnya Muhammad mempertahankan Saudah sebagai seorang istri tetapi tidak lagi mengunjunginya.
[Bint Al-Shati-The Wives of the Prophet, hal 66-67]
Sahih Muslim, Buku 008, No 3451;
"… Ketika dia (Saudah) menjadi tua, dia telah memberikan jatah harinya bersama Rasulullah kepada Aisyah.."
Sahih Bukhari, Vol 3, Buku 47, No 766;
Diriwayatkan oleh Aisyah: "Manakala Rasulullah ingin berpergian, dia akan mengundi siapa isterinya yang akan menemani dia. Dia akan membawa isteri yang namanya terundi. Dia biasanya menetapkan kepada setiap dari mereka satu hari dan satu malam. Tetapi Saudah bint Zam'a melepaskan (gilirannya) siang dan malam dia kepada Aisyah, isteri Nabi, demi untuk mencari kesenangan Rasulullah (dengan perbuatan demikian)."
Apa kesalahan Saudah..? Kesalahan Saudah adalah karena dia tidak cantik dan berbadan besar. Karena Saudah tidak menarik, ia diancam cerai oleh Muhammad agar yang bersangkutan dapat terbebas dari kewajiban untuk memenuhi hasrat sang istri dan berpaling ke istri lainnya yang jauh lebih muda. Selain tidak cantik, Saudah digambarkan oleh para ulama sebagai janda tua. Dari dua hadis diatas saja, pendapat ulama yang mengatakan bahwa Muhammad menikah bukan karena nafsu seks, sudah terbantahkan.
Dalam sebuah acara, Senin 11 December 2017 (Kompas TV), semacam acara kuliah subuh yang dipandu seorang artis wanita. Seorang ustadz mengatakan bahwa setelah Khadijah wafat Muhammad mengawini Saudah, yang pada saat itu Saudah adalah seorang janda berumur 70 tahun. Darimana sang ustadz tersebut mendapat referensi tentang umur Saudah adalah 70 tahun ketika menikah dengan Muhammad? Saya sudah membaca banyak buku hadis dan buku-buku sirah yang ditulis oleh penulis yang hidup pada abad ke 8-9. Tidak ada satupun penulis sirah itu atau periwayat hadis yang menyatakan secara eksplisit tentang umur saudah saat di nikahi oleh Muhammad. Mari kita chek berapa usia saudah ketika dinikahi Muhammad menurut catatan Ibnu sa'ad.
Ibnu Sa'ad menulis bahwa Saudah wafat pada masa pemerintahan Muawiyah pada tahun 54 Hijriah. Mari kita hitung, jika Muhammad menikahinya sekitar sebulan atau dua bulan setelah kematian Khadijah, yaitu tiga tahun sebelum Hijrah. Maka Saudah wafat 57 tahun kemudian setelah menikah dengan Muhammad, dan Hijrah terjadi 3 tahun setelah Muhammad menikahi Saudah dan juga menikahi Aisyah. Berapa kira-kira usia rata-rata manusia? Saudah adalah seorang wanita yang bertubuh besar. Seringkali orang yang kelebihan berat badan tidak berumur panjang. Tapi katakanlah ia wafat pada usia 85 tahun. 85-57= 28 tahun. Jadi Saudah berusia kira-kira 28 tahun ketika ia dinikahi oleh Muhammad yang waktu itu telah berusia sekitar 50-51 tahun.
Ini masuk akal karena ketika suami pertama Sauda wafat, ia masih belum memiliki anak. Jika Saudah wafat pada usia 95 tahun-pun, maka saat dinikahi Muhammad, ia berusia tidak lebih dari 38 tahun. Masih muda untuk ukuran seorang janda jika dibandingkan dengan Khadijah (istri pertama Muhammad). Apakah kaum muslim ada yang memperdebatkan ketika seorang ustadz mengatakan umur saudah 70 tahun ketika dinikahi Muhammad? Tidak akan ada! Mereka tidak mungkin saling mempermalukan. Apalagi ujung-ujungnya bisa membuat malu nabinya dan agamanya sendiri.
Jadi klaim bahwa Muhammad mengawini janda-janda tua hanya hiperbola untuk menutupi, agar tidak ada kesan buruk dari Muhammad yang bisa mencoreng status kenabiannya. Demi mengangkat citra atas status kenabian yang sudah terlanjur dijunjung tinggi sebagai manusia mulia, maka pemujanya akan melakukan apa saja.
Ternyata, dari belasan istri Muhammad, yang tertua justru Khadijah 40 tahun, dan yang tertua setelah Khadijah adalah Hindun, 36 tahun. Bila mengacu pada catatan Ibnu Sa'ad, bisa diperkirakan usia Saudah tidak lebih dari 38 tahun. Jadi belasan istri-istri lainnya walaupun berstatus janda, tapi masih sangat muda. Pendapat umum para lelaki dewasa mengatakan; Wanita (janda) di usia 30-an bukanlah perempuan tua, tapi matang. Matang secara fisik, mental dan seksual.
Bersambung.... "Aisyah, Sang Pengantin Cilik"