webnovel

32. Alzaky Arsyanendra Wisongko

Hari ini kepulangan Zahra dari rumah sakit. setelah Dokter menyuruhnya istirahat berapa hari di rumah sakit. dirinya tidak lagi bisa menolak keinginan Mario untuk tetap tinggal Mansion

miliknya.

"Zahra ini kamar untuk jagoanku" Mario menunjukan kamar bayi yang bernuansa biru. di dalam kamar terdapat tempat tidur bayi dan lemari baju. di sudut kamar terdapat berapa mainan khusus laki-laki dan berapa buku bacaan. Zahra melihat begitu antusiasnya Mario pada anaknya membuat Zahra bisa menahan Perasaan harunya.

"Zahra ada apa denganmu?" Mario menatap wajah Zahra yang terlihat sendu. dirinya sadar jika Zahra sedikit banyak teringat dengan Brian ayah dari anaknya. terlebih wajah Brian benar-benar tercetak di wajah putranya.

"Tidak ada Mario. aku hanya teringat dengan Nenek" Zahra menatap putranya yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. timbul rasa nyeri di lubuk hatinya saat mengingat Pria yang membuatnya menderita pria kejam yang tidak lain adalah ayah dari putranya.

"Apa kamu mengingat Ayah dari putramu? Zahra pikirkan masa depan kalian. sekarang saat kamu dan putramu menata masa depan. dan jangan lagi mengingat pria brengsek itu. buang jauh-jauh dari pikiranmu Zahra." Mario mengusap punggung Zahra yang bergetar. ada rasa sesak di dadanya, wanita yang di cintainya menderita karena Perbutan sepupunya. karena dendam yang tidak beralasan.

"Zahra sekarang kamu istirahat, jangan terlalu banyak berfikir ingat kamu belum pulih benar. satu lagi beri ASI pada putramu dia sangat membutuhkannya." Mario mengantar Zahra ke kamarnya. kembali kekamar putra Zahra, tidak lama Mario datang menggendong putra Zahra. membaringkan di samping Zahra.

"Mario terima kasih, jika bukan karena kamu. aku tidak tau apa yang akan terjadi denganku. bahkan aku tidak tau apakah aku bisa melahirkan anakku atau tidak" Zahra menatap wajah Mario lekat. dirinya sangat bersalah pada pria yang berlutut di depannya. ya pria yang mencintainya tanpa memandang siapa Zahra yang sebenarnya.

"Ssstttt....berhenti jangan ucapkan apapun, saat ini aku ingin kamu dan putraku akan tetap disini bersamaku" Mario menangkup wajah Zahra, ingin rasanya Mario menggantikan rasa sakit yang di rasakan Zahra. suara tangis putra Zahra mengejutkan Mereka Zahra dengan cepat menggendong putranya.

"Sayang kenap Nak, ini mama sayang jangan nangis ya" Zahra menimang putranya dengan lembut. berlahan tangisannya mulai berhenti.

"Zahra kenapa kamu tidak memberinya nama? apa kamu belum menyiapkannya?" tanya Mario pada Zahra.

"Aku sudah menyiapkan nama untuk putraku Mario. apakah kamu ingin memberikan nama untuk putraku?" Zahra ingin Mario yang memberinya nama untuk putranya. namun Zahra sedikit ragu apakah Mario Mei memberikan nama pada putranya.

"Katakan siapa namanya?" Mario antusias saat Zahra mengatakan sudah menyiapkan nama untuk putranya.

"Alzaky Arsyanendra putra Zahra" Mario mencerna ucapan Zahra nama anaknya tidak menyandang nama keluarganya.

"Zahra apakah boleh aku bertanya padamu?" tanya Mario pada Zahra.

"katakan apa yang ingin kamu tanyakan Mario?"

"Kenapa nama putramu tidak menyandang nama keluarga kami? apakah kamu tidak ingin putramu menyandang gelar wisongko?" Mario yang merasa tidak ingin cucu pertama wisongko tidak mengunakan nama belakang keluarganya.

"Maksud kamu apa Mario? kenapa harus menyandang nama wisongko di belakangnya? bukankah ayahnya tidak menginginkan dia lahir kedunia ini bahkan dengan kejamnya dia mengatakan jika dia tidak peduli dengan anak yang aku kandung. dan sekarang kamu ingin anakku menyandang nama keluargamu tidak Mario aku tidak akan memberikan nama keluargamu di belakang nama putraku. Alzaky Arsyanendra putra Zahra tidak ada yang lain Mario." Zahra meninggikan suaranya entah kenapa saat Mario mengatakan, jika putranya menyandang nama keluarga ayahnya.

"Zahra aku tidak ingin menyakitimu atau mengingatkan bagaimana kelakuan Brian padamu. tapi dia adalah putra Brian cucu pertama di keluarga Wisongko. Zahra biarkan putramu memakai nama keluarga ayahnya. tapi jika di depan umum gunakan nama putra Zahra bagaimana?" Zahra mencerna perkataan Mario, namun egonya menguasai dirinya.

"Aku tidak ingin keluarga kalian mengambil putraku. terutama ayahnya, aku tidak akan menyerahkannya Apapun yang terjadi Alzaky adalah putraku HANYA PUTRAKU PUTRA ZAHRA ADELIA PUTRI!!" Mario memandang Zahra ucapannya sungguh lantang dan berapi-api.

"Zahra tidak akan ada yang mengambil putramu darimu. dengarkan aku Zahra, Alzaky adalah putramu sampai kapanpun dan aku adalah Daddy Al. tapi aku ingin Alzaky tetap menyandang nama belakang keluarga kami, hanya kita saja yang tau. aku berjanji padamu siapapun tidak akan mengetahui jika Alzaky putra dari Zahra dan Brian. aku bersumpah Zahra" Zahra kembali menatap wajah Mario. ke Siman apa lagi yang dia dapatkan dari pria di

hadapannya. Mario mengendong putra Zahra dan mengangkat sedikit keatas dan menyebut namanya.

"Selamat datang di keluarga Wisongko Al. adalah nama panggilanmu sayang. Alzaky Arsyanendra Wisongko nama panjanganmu. jadinya pria yang mampu menjaga martabat keluargamu terutama ibumu. " ucap Mario pada Al yang terlihat tertawa. meski tidak tau apa yang orang dewasa katakan.

Nächstes Kapitel