webnovel

SSRoE 6 Lukisan yang bicara

--playlist untuk chapter ini adalah Awaken dari William Duhamel--

 

Mendengar apa yang baru saja Etter katakan kepadanya tentang pergi ke Istana Utama membuat jantung Elle kembali mencelos.

Tempat terkutuk itu adalah satu satunya yang mungkin menjadi tempat sebagai penyebab malapetaka yang menimpanya kini. Yang membuat ia hampir mati tertembak dikepala dan kemudian bertemu dengan makhluk tidak jelas apa definisinya bernama Etter.

"Istana...? Bagaimana mungkin? Sedangkan aku sudah pasti masuk dalam daftar buronan dan besar kemungkinan untuk tertangkap itu hanya menjadi satu-satunya kemungkinan yang ada. Kamu sudah tidak waras kan?" geram Elle panik. Mata Elle hampir keluar karena shock.

Tentu saja, apa yang Elle katakan adalah benar. Namun, satu hal yang tidak Elle ketahui bahwa ia sedang berbicara dengan makhluk yang bukan sembarang makhluk itu adalah pengecualian. Etter adalah entitas murni yang memiliki kekuatan tiada tara.

Dan tidak banyak yang mengetahui tentang kebenaran dari keberadaan sang Etter ini kecuali untuk mereka yang percaya akan adanya mitos alur kehidupan jagad alam semesta. Serta, bisa dipastikan jumlah mereka yang percaya tidaknya banyak dan mayoritas dari mereka sudah berusia lanjut.

Terlebih lagi...

Hanya sebatas apa yang mungkin diperlukan untuk dilakukan saja maka Etter akan mengeluarkan potensi kekutannya. Selain dalam tugas untuk menjalankan misi, Etter tidak akan berpikir dua kali untuk ikut campur dengan apa yang bukan menjadi urusannya.

Satu lagi yang Elle perlahan ketahui bahwa Etter bukanlah manusia. Sekali pun Etter menyalin wujud Elle muda tidak menjadikan Etter tergabung secara otomatis sebagai golongan manusia pada umumnya.

Karena, memang Etter bukanlah manusia.

Dan, Etter hanya mengangguk sebagai jawaban atas kesangsian Elle padanya. Etter tidak membutuhkan orang untuk mempercayai apa pun ucapannya. Yang Etter butuhkan hanya Elle yang menuruti semua perintahnya.

Demi misi.

Karena adanya misi yang harus ia selesaikan, Etter kembali datang ke alam manusia. Tidak lebih dan tidak bisa kurang. Semacam misi penyeimbangan alam semesta.

Sebuah misi mulia melalui perantara Elle. Dan kemudian sebagai gantinya Etter akan memberikan imbalan kepada Elle berupa opsi akan kehidupan baru kepada salah satu dari dua orang yang Elle cintai. Sebuah opsi untuk menghidupkan kembali manusia yang telah mati.

Lagi pula, apa hak Elle untuk menolak? Jawabannya tentu tidak ada.

Ada Etter yang selalu bersamanya. Seharusnya Elle menyadari akan hal itu jadi ia akan baik-baik saja selama menuruti perintah Etter, bukan?

"Benar. Ayo kita harus segera bergegas. Tidak ada waktu lagi untuk berdepat dan meladeni keraguanmu lagi, Elle." ajak Etter, melangkah ke salah satu sudut ruangan.

Kemudian, Elle tanpa bicara mengikuti langkah kaki Etter.

...

Mereka terus berjalan hingga tiba pada sebuah lukisan dalam ukuran besar kira-kira seukuran pintu setinggi dua meter.

Elle memandang pada lukisan abstrak tersebut. Tidak jelas mana telinga dan mana mulut atau hidung karena ada terlalu banyak coretan dengan bentuk serupa sepanjang luasan pada kanvas.

Bagi Elle yang bukan penikmat seni, pemandangan semacam itu hanya seperti goresan kuas asal-asalan yang mana pelukisnya masih belajar meletakkan proporsi gambar selayaknya mereka berada pada posisi umum.

Etter berdiri tegak didepan lukisan itu. Kemudian salah satu tangannya bergerak menyentuh kanvas yang tidak ternoda. Mengusapnya perlahan.

"Wahai lukisan yang kesepian, biarkan kami melewatimu serta antarkan kami ke Istana Utama Kekaisaran Galaksi Solar." Bisik Etter pada bidang putih tersebut.

Tidak sampai tiga detik, lukisan itu berderak hingga akhirnya mengeluarkan bunyi-bunyian sumbang layaknya pria tua yang terbangun karena terganggu oleh lingkungan sekitar yang berisik.

"Etter..." ajaib, lukisan itu bisa bicara.

Dengan suara serak dan parau, lukisan itu mengeluarkan suara yang cukup keras hingga membuat tangan kiri Elle menutup salah satu telinga tanpa ia sadari.

"Iya ini aku." Jawab Etter enteng. Ketenangan luar biasa terus Etter tunjukan.

"Sudah berapa tahun aku tidur dan sudah berapa tahun kamu menghilang?" erang lukisan itu semakin serak nadanya berbicara.

"Seribu tahun. Apa kamu ingat terakhir kali ketika aku memintamu menyimpan bungkusan itu?" tanya Etter tetap memandang sang lukisan seperti tatapan pada kawan lama.

"Oh...ternyata sudah waktunya. Lagi dan lagi, Etter. Semoga kamu kembali padaku secepat yang kau bisa." Ucap sang lukisan.

Lalu, setelah ada jeda cukup lama tanpa ada tanda-tanda lukisan itu akan berbicara lagi, Elle dikejutkan dengan tingkah aneh sang lukisan yang bergerak naik turun seperi sebuah mulut raksasa ingin muntah.

Benar dugaan Elle.

Sang lukisan yang tadi berbicara itu telah memuntahkan sebuah bungkusan persegi panjang berbalut kain beludru warna merah maroon mengkilap. Elle memandangnya penuh tanda tanya pada bungkusan tersebut.

"Apa itu?" selidik Elle, bertanya kepada Etter yang berdiri satu meter didepannya.

"Ambil dan bukalah. Itu adalah sebuah hadiah dariku untukmu. Oh iya, selamat datang kembal ke dunia." Ucap Etter.

Secepat kilat, Etter berbalik arah menghadap Elle yang masih kebingungan. Anehnya, Etter tersenyum manis kepada Elle. Mau tidak mau, Elle ikut tersenyum demi membalas kelakuan Etter tersebut.

"Untukku? Tetapi aku merasa ada yang tidak beres disini." Gerutu Elle, ia tidak ingin dikelabuhi atau apa pun seperti kejadian yang biasa terjadi pada April Mop. Tipu muslihat.

"Benar. Ada yang tidak beres. Dan itu ada pada keningmu, Elle. Pertanyaanku adalah apa kamu yakin akan baik-baik saja dengan sebuah peluru yang masih menancap dikening seperti saat ini?" tanya Etter masih dengan senyum yang sama.

Jawaban Etter membuat Elle seakan kembali tersadar kalau ia masih dalam kondisi badan yang cukup mengenaskan jika saja ada sebuah cermin yang tersedia untuk menunjukkan penampilannya. Sayangnya, hanya ada Etter didekatnya.

Wajah Elle memucat karena malu dan kebingungan bagaimana ia seharusnya bersikap. Apakah ia harus menangis atau tertawa? Elle tidak bisa memilih satu diantaranya.

"Ouwh, tentus saja aku tidak menyadari betapa ini seperti aku yang konyol." maki Elle pada dirinya sendiri.

Tangan kanan Elle kembali meraih keningnya. Detik berikutnya, ia bisa merasakan sedikit rasa nyeri disekeliling tempat peluru itu menancap.

"Kemarilah, akan aku perbaiki supaya kamu bisa merasa lebih baik" decak Etter.

Dua langkah Etter maju tepat di depan Elle berdiri. Dengan gerakan lambat, tangan kanan Etter bergerak menuju kening Elle dimana peluru itu masih berada.

Kemudian, seperti ada tenaga dalam Etter mendorong peluru itu masuk lebih dalam pada kepala Elle. Sayangnya tidak ada rasa sakit yang Elle terima. Lebih seperti desakan halus membelai permukaan kulitnya.

Meskipun tidak melihat, Elle merasa sangat yakin jika peluru tersebut masih bersarang dikepalanya. Dalam tengkoraknya dan tanpa mengganggu sistem kerja otak sedikit pun.

"Apa yang kau lakukan?" pekik Elle menuntut penjelasan.

...

-tbc-

Terima kasih telah membaca cerita ini. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Silahkan tinggalkan komen paragraf atau komen chapter atau saran dan kritik kamu. Jika berkenan bisa

berikan power stone kamu untuk mendukung cerita ini menjadi lebih baik lagi.

Terima kasih dan salam sayang.

Ningsih_Nhcreators' thoughts
Nächstes Kapitel