Lucas menyemburkan kopi yang baru saja ia minum. Semua orang yang ada di ruang makan itu sontak menatap khawatir pada wajah Lucas yang langsung berubah semakin dingin setelah meminum kopinya, seperti menahan emosi yang ingin meledak.
"Siapa yang meraciknya?" tanyanya dingin. Matanya menatap tajam satu persatu pelayan yang berjejer rapi di sudut ruangan.
Semua orang terdiam. Tak ada suara atau bisik-bisik antar mereka. Itu semakin membuat Lucas geram. Mereka ingin bermain-main dengannya ternyata.
"Tak ada yang mengaku?"
Dengan penuh kekhawatiran, salah satu pelayan yang berusia cukup muda maju dengan tubuh bergetar. Jari-jarinya meremas rok selutut yang ia kenakan. Ia bahkan terus menunduk dalam. Tak berani menatap tuannya sama sekali menyadari kesalahan yang mungkin ia lakukan.
Lucas tersenyum simpul. "Kemari," perintahnya. Matanya menatap tajam pada pelayan yang mulai melangkah mendekatinya.
Lucas lantas mengambil cangkir kopinya. Menyodorkannya pada pelayan itu ketika pelayan itu sudah berada di hadapannya. Pelayan itupun menerima cangkir dari tangan Lucas dengan tangan yang bergetar hebat. Ia benar-benar takut dengan tuan besar mereka saat ini.
"Minum," perintah Lucas dingin. Tak boleh ada penolakan untuknya.
Pelayan itu refleks menatap Lucas tak percaya. Apa ada yang salah dengan kopi yang ia buat? Ia pikir ia sudah benar meraciknya sesuai takaran dari catatan yang diberikan oleh ketua pelayan tapi kenapa tuannya tiba-tiba seperti ini? Ini pertanda buruk!
"Apalagi yang kau tunggu? Cepat minum!" perintah Lucas semakin dingin.
Dengan perlahan pelayan itu mulai meminum kopinya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Lehernya mulai terasa panas mencekat. Seperti ada yang sengaja mencekiknya, tapi tak rupa. Tak hanya di lehernya, pandangan matanya kini juga mulai kabur. Ada apa dengan dirinya? Ya tuhan tubuhnya terasa terbakar sekarang. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Kopi itu? Tapi ia tak memasukkan apapun pada racikannya. Astaga ... dadanya sesak sekali. Napasnya mulai memburu tak beraturan. Hingga akhirnya ...
Pyaaarr!!
Tubuh pelayan itu jatuh di lantai dibarengi kejang-kejang luar biasa. Mulutnya perlahan mengeluarkan busa putih kental yang tak berhenti. Hanya bertahan beberapa menit dan pelayan itu sudah tak bernyawa. Matanya melotot dengan mulut terbuka memperlihatkan busa yang terus keluar.
Semua pelayan yang berada di ruang itu menatap tak percaya pada kejadian yang baru saja terjadi di depan mereka. Mereka mulai berbisik-bisik tak jelas ditempatnya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Lucas masih terus menatap tajam tubuh pelayan yang sudah mati di bawahnya.
"Kalian mencoba bermain denganku?" tanyanya. Ia lantas mengalihkan tatapan mautnya pada satu persatu pelayan yang masih tersisa. Mereka tak berani menjawab. Tuannya sedang murka sekarang.
"Sepertinya aku harus mengganti semua pelayan di sini. Kalian benar-benar tak berguna," desisnya tajam.
Sontak semua pelayan menatap tak percaya pada tuan mereka. Di sini kata mengganti yang tuannya ucapkan adalah bermaksud tidak baik. Tidak ... itu tidak boleh terjadi. Mereka masih ingin hidup menikmati dunia meski itu hanya di dalam rumah orang dan harus menyelesaikan segala pekerjaan. Tapi kenapa? Kenapa hanya karena kesalahan kecil semua orang kena imbasnya? Itu hukuman. Hukuman untuk mereka yang bersalah. Kesalahan sekecil apapun itu harus dibayar dengan nyawa. Tak peduli mereka dari golongan apa karena yang salah tetaplah salah. Tak boleh ada pembelaan untuknya. Itu salah mereka karna tidak berhati-hati saat bertindak. Dan itu semua sudah tertulis jelas diotak orang-orang Lucas.
Lucas berdiri dari duduknya dengan rahang mengetat. Ia menatap semua orang di depannya yang mulai ketakutan. Cih ... beraninya mereka memulai permainan dengannya. Kita lihat saja ... siapa yang menjadi dalang diantara mereka.
"Harry."
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^