webnovel

Ego yang tinggi.

"Kenapa semalam kau kabur ? Padahal aku datang untuk menyelamatkan mu dari para preman itu." tanya Nathan dengan di sertai senyum evil yang mengerikan.

"Apa beda nya kak Nathan dengan mereka ?" ucap Echa, entah keberanian dari mana ? kini tiba-tiba mulut nya dapat mengatakan kata-kata seperti itu.

"Wow, sudah mulai berani rupa nya ya ? Kau menyamakan ku dengan para bajingan itu ?" ujar Nathan dengan seringai yang menahan kekesalan akibat ucapan Echa barusan.

Echa yang baru saja tersadar akan perkataan nya pun langsung terdiam, kini ia benar-benar harus siap dalam menghadapi hukuman dari Nathan setelah sampai di kediaman nya nanti.

"Kenapa hanya diam saja ? Tidak mau beradu mulut lagi ?" tanya Nathan saat melihat Echa hanya diam tak berani menanggapi perkataan nya.

Beberapa saat kemudian, kini mereka telah memasuki sebuah halaman mansion yang begitu megah bak istana kerajaan. Mobil yang di kemudikan oleh Nathan kini terparkir dengan rapi di sebuah garasi.

Pria berwajah bak seorang pangeran itu pun keluar dari mobil sembari menarik pergelangan tangan Echa memasuki rumah nya.

"Non Echa, dari mana saja ?" sapa Mirna yang kini memang sangat mengkhawatir kan Echa dari semalam.

"Mirna, bawa dia ke kamar nya, jangan biar kan dia keluar." perintah Nathan pada wanita paruh baya tersebut, yang tak lain adalah asisten rumah tangga.

"Baik tuan." Mirna pun segera membawa Echa ke kamar nya, kini ia tak mau jika tuan nya sampai berubah pikiran dan kembali menyakiti Echa seperti sebelum-sebelum nya.

"Non Echa dari mana saja ? Kenapa semalam tidak pulang ? Bibi sangat khawatir, takut tuan nanti nyakitin non Echa lagi." ujar Mirna khawatir, dengan wajah di penuhi kecemasan.

"Aku gak apa-apa kok bi, semalam aku nginap di rumah Farah, bibi tidak perlu khawatir." jawab Echa santai. Namun, dari raut wajah nya tidak dapat di sembunyikan, bahwa ia seperti nya sedang menahan kesedihan dan kekecewaan akibat semua rencana nya gagal untuk kabur.

"Syukur lah kalau begitu non, lain kali jangan di ulangi lagi ya, takut nya tuan nyakitin non Echa lagi." kata Mirna tak ada henti-henti nya mencemaskan majikan yang sudah ia anggap seperti putri nya sendiri.

"Bibi tidak usah cemas, aku gak akan kenapa-kenapa, aku sudah kebal sama semua ini." ujar Echa yang mencoba menampak kan sebuah kekuatan, walau pun sebenar nya di dalam dia benar-benar rapuh dan terpuruk.

"Ya sudah kalau begitu non Echa istirahat saja dulu, bibi mau siap kan sarapan, nanti kalau sudah selesai akan bibi bangunkan." kata Mirna sembari membantu Echa untuk menutupi setengah tubuh nya dengan selimut.

"Baik bik."

Mirna pun berlalu meninggal kan gadis muda itu. Tak lama kemudian, Echa yang memang kurang enak badan karena kehujanan pun mulai terlelap dalam tidur nya.

--------------------------

Di sebuah kamar lain nya, terlihat sosok Nathan sedang bersiap untuk pergi ke kantor. Dengan setelah jas berwarna biru membuat tubuh nya yang tegap, gagah, dan tinggi terlihat sangat begitu sempurna, di tambah dengan wajah nya yang sangat begitu tampan menawan, kini telah lengkap lah sudah kesempurnaan nya, membuat siapa pun yang melihat nya akan merasa iri dan terpesona.

Setelah selesai dengan persiapan nya, kini ia melangkah keluar dari kamar sembari membawa sebuah tas berisi berkas-berkas penting yang akan ia bawa ke kantor.

Saat kaki jenjang nya melangkah pas di depan pintu kamar adik tiri nya, kini ia menghentikan langkah nya, melihat ke arah pintu tersebut.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tangan kekar nya memutar knop pintu dan membuka nya perlahan. Mata tajam nya melihat ke arah ranjang, di mana ada seorang gadis muda sedang berbaring di atas nya dengan menenggelam kan tubuh mungil nya ke dalam selimut tebal dan lembut.

Setelah berada tepat di dekat nya, kini ia melihat sosok manusia cantik itu telah menggigil dalam tidur nya, keringat dingin membasahi wajah nya. Nathan menyentuh kening Echa pelan, dan merasakan bahwa adik tiri nya itu sedang demam tinggi.

"Dia sakit," batin Nathan sembari merogoh ponsel di saku celana nya, yang kemudian menghubungi seorang dokter pribadi yang sudah terbiasa merawat nya ketika diri nya sedang sakit.

Setelah selesai menghubungi dokter, ia melangkah dengan kaki panjang nya keluar dari kamar Echa, entah ia hendak kemana ? yang pasti saat ia kembali, kini tangan nya sudah membawa sebuah baskom yang berisi air hangat dan handuk kecil.

Nathan membasahi handuk tersebut dengan air hangat yang baru saja ia bawa, kemudian dengan hati-hati ia meletak kan handuk tersebut di atas kening Echa.

Pria dewasa tiga puluh tahun itu, yang biasa nya selalu kasar dan arogant pada adik tiri nya, kini terlihat berbeda, ia benar-benar merawat Echa dengan baik dan lembut, terlihat seperti orang yang berbeda.

"Andai kamu bisa melupakan semua yang terjadi di antara keluarga kita, mungkin aku tidak akan memperlakukan mu dengan jahat selama ini." batin Nathan dengan ada nya sebersit penyesalan dalam diri nya.

Ditengah-tengah merawat gadis kecil itu, tiba-tiba bibir Echa mengucap kan sesuatu yang lirih dengan nada lemah nya.

"Mama," ucap Echa dalam tidur nya.

Mendengar bibir Echa menyebut nama ibu nya, membuat hati Nathan merasa sakit, kini ia merasa bersalah karena selama ini telah melampiaskan semua dendam nya pada Echa, walau pun ia tahu bahwa Echa di sini juga adalah anak yang menjadi korban dalam perselingkuhan orang tua mereka.

Namun, rasa bersalah nya tak dapat mengalah kan ke egoisan Nathan, ia masih enggan untuk meminta maaf dan mengakui semua kesalahan yang telah ia perbuat. Di dalam lubuk hati nya yang terdalam, masih tersimpan sejuta dendam yang belum bisa ia lupakan, dalam ingatan nya masih tersimpan sebuah memory, di mana sang ayah yang di selingkuhi oleh Grace, sehingga membuat hidup nya dan hidup ayah nya hancur.

Berbeda dengan Echa, kini ia sudah bisa memaafkan sang ayah yang telah tega membuang diri nya dan ibu nya karena perselingkuhan tersebut. Namun, ia tidak dapat memaafkan Nathan, yang selama ini hanya menyalah kan ayah nya saja, dan malah melampiaskan semua kemarahan itu pada Echa yang di sini juga sebagai korban.

Hati Echa seperti nya telah mengeras. Ia benar-benar telah mati rasa, hidup nya seolah-olah sudah tiada guna nya lagi. Jika bukan karena Alfaro dan Farah, mungkin Echa telah mengakhiri hidup nya sejak lama, ia benar-benar sudah merasa kehilangan semangat hidup akibat perlakukan Nathan.

To be continued...

Sebelumnya Author ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena cerita ini mungkin akan Hiatus dulu sampai author menyelesaikan novel yang satunya lagi.

Agar tidak bosan menunggu, para pembaca bisa mampir ke novel Author yang lain ya ^_^

Tiana_Mutiaracreators' thoughts
Nächstes Kapitel