webnovel

Egois.

Di suatu malam yang kelam, kini terlihat Nathan memasuki garasi dan memarkirkan mobil nya. Ia baru saja pulang dari kantor, seharian pikiran nya tidak bisa fokus akan pekerjaan, ia selalu memikirkan gadis kecil nya. Sebenar nya di dalam lubuk hati Nathan yang terdalam, tersirat goresan luka saat melihat Echa tersiksa. Namun, sifat ego nya selalu menjadi penghalang.

Nathan memasuki rumah dengan langkah nya yang gagah, ia menghampiri seorang ART nya untuk menanyakan keadaan Echa saat ini.

"Bagaimana keadaan Echa sekarang ?" tanya Nathan dengan nada datar.

"Non Echa masih murung di kamar nya tuan." jawab Bi Mirna.

"Beri dia makan, jika tidak mau biarkan saja, tidak perlu kamu paksa." ucap Nathan datar dengan wajah tanpa ekspresi. Kemudian ia melangkah menaiki anak tangga menuju kamar nya.

Tak lama kemudian, ia keluar lagi, setelah selesai mandi dan mengganti pakaian nya.

Ia mengambil ponsel di saku celana nya, untuk menghubungi Ricard.

"Ricard, kita ketemu di bar sekarang." ujar Nathan pada teman nya di seberang sana.

"Oke." jawab Ricard menyetujui nya.

Kini Nathan melajukan mobil nya untuk pergi menenangkan pikiran nya yang di penuhi oleh Echa.

Tak lama kemudian, kini ia telah sampai di tempat tujuan, di sana Ricard telah duduk santai dengan di kelilingi beberapa wanita berpakaian sexy, di atas meja telah tersedia beberapa piring berisi kacang dan beberapa botol minuman beralkohol.

Nathan menghempaskan tubuh nya di atas sofa, dan secara otomatis datanglah beberapa wanita mendekati nya.

"Jangan mengganggu ku, pergi." hardik Nathan dengan nada tinggi, membuat para wanita itu menjauh dari nya.

"Hey Bro, ada apa dengan mu ?" ujar Ricard yang menyadari kekesalan Nathan.

"Entahlah, aku hanya ingin mabuk, aku tidak mau ada wanita yang mengganggu ku saat ini." kata Nathan sembari meneguk segelas minuman keras.

"Kalian para wanita, tolong pergi saja, aku ingin berdua dengan teman ku." usir Ricard pada para wanita yang sedari tadi mengelilingi nya.

Para wanita sexy itu pun perlahan-lahan mulai meninggalkan mereka berdua.

"Ada apa Nathan ? Seperti nya kau sedang ada masalah." tanya Ricard.

"Benar, Echa sekarang kembali membenci ku." jawab Nathan dengan wajah lesu nya.

"Lah kenapa ? Bukan nya kemarin kalian sudah baikan ?" ucap Ricard.

"Entahlah, seperti nya kita tidak akan pernah bisa damai untuk selama nya, kami berdua sama-sama menyimpan dendam di dalam diri kami masing-masing." kata Nathan yang sudah mulai putus asa.

"Kamu bersikap kasar lagi pada nya ?" tanya Ricard curiga.

"Begitulah, aku sangat membenci mulut nya yang pedas, dia sama sekali tidak dapat menjaga ucapan nya." ujar Nathan kesal ketika mengingat betapa pedas nya ucapan-ucapan Echa yang begitu membuat nya tak dapat lagi menahan amarah.

"Dia masih kecil, kamu harus mengalah, kamu harus bisa memaklumi nya." ucap Ricard membela Echa karena memang saat ini dia masih di bawah umur.

"Aku tidak bisa diam saja ketika dia menyalahkan keluarga ku atas perselingkuhan yang terjadi di keluarga kami." ungkap Nathan.

"Jangan begitu Nathan, dia baru 17 tahun, anak se usia nya memang sering ceroboh ketika berbicara, Alfaro adik ku juga begitu, tapi aku selalu memaklumi nya, karena di sini akulah yang lebih dewasa." kata Ricard dengan begitu bijaksana.

"Jangan pernah menyebut nama Alfaro di hadapan ku." ujar Nathan emosi, ketika mengingat bahwa masalah di antara dia dan Echa terjadi karena Alfaro.

"Lah emang nya kenapa dengan adik ku ?" tanya Ricard tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Nathan.

"Lupakan saja, jangan lagi membahas masalah itu, mari kita nikmati minuman ini hingga mabuk." ucap Nathan sambil terus meminum minuman beralkohol di depan nya.

Beberapa saat kemudian, kedua nya telah mabuk berat, Nathan yang merasa tak dapat mengemudi dengan keadaan seperti itu pun segera memanggil taxy.

Nathan pulang dengan tubuh yang berbau alkohol, ia bejalan sempoyongan.

Tanpa sadar kini ia memasuki kamar Echa, Echa yang kini telah terlelap tidur pun terbangun, karena Nathan yang tiba-tiba ambruk di samping nya.

"Echa, apakah tidak bisa kita berdamai saja ? Aku lelah bertengkar setiap hari dengan mu." ucap Nathan sembari menatap wajah Echa dengan tatapan memelas.

"Kakak mabuk, kembalilah ke kamar mu." usir Echa yang merasa tak nyaman dengan posisi tersebut.

"Kenapa kamu membuat ku seperti ini Echa ? Kenapa kamu selalu membuat hati ku sakit ?" ucap Nathan lagi.

"Pergilah, sebelum aku berteriak." ujar Echa mulai kesal.

"Kamu milik ku, selama nya adalah milik ku." kata Nathan yang kemudian bangkit, dan melangkah keluar dari kamar Echa.

Echa segera berlari untuk mengunci pintu kamar nya. Sedangkan Nathan terus melangkah dengan sempoyongan menuju kamar nya.

______________

Ke esokan hari nya, seperti biasa, Nathan akan segera pergi ke kantor setelah sarapan pagi. Ia masih bersikap acuh tak acuh pada Echa, walau pun sebenar nya ia sangat merasa rindu pada adik tiri nya itu.

"Bi, aku berangkat ke kantor, jika Echa ingin pergi ke sekolah biarkan saja." kata Nathan, yang telah mengizinkan Echa untuk pergi ke sekolah.

"Baiklah tuan."

Dengan gembira nya, Bi Mirna berlari ke kamar Echa, ia memberi tahu bahwa Nathan sudah memberi nya izin untuk pergi ke sekolah lagi. Namun, Echa menolak, ia sudah tidak ingin pergi ke sekolah, ia merasa kotor dan tak pantas berada di sekolah tersebut.

"Non, ada kabar baik, tuan Nathan sudah mengizinkan anda untuk pergi ke sekolah, ayo cepat siap-siap." kata Bi Mirna dengan semangat nya.

"Echa udah gak mau sekolah lagi Bi, Echa malu, Echa udah gak pantas ada di sekolah, Echa kotor." jawab Echa dengan raut wajah yang begitu muram.

"Kok gitu sih non, semua akan mereda seiring berjalan nya waktu, lagian teman-teman non Echa gak ada yang tahu soal ini kok." ungkap Bi Mirna mencoba membujuk Echa.

"Tapi tetep saja Bi, Echa kotor, Echa udah gak pantes." jawab Echa masih sangat terpuruk.

"Baiklah kalau begitu, Bibi mengerti, mungkin non Echa sekarang sedang dalam masa-masa berat, tapi non Echa jangan pernah menyerah dan putus asa ya, bagaimana pun non Echa berhak untuk bahagia, penderitaan ini pasti akan berakhir suatu saat nanti, non Echa yang kuat ya, Bibi akan selalu ada di samping non Echa kok." ujar Bi Mirna yang selalu memberi arahan, dan selalu ada untuk Echa di saat Echa membutuh kan seseorang untuk bersandar.

"Iya Bi, terima kasih." ucap Echa.

"Kalau begitu Bibi siapkan sarapan pagi ya, mau Bibi antar kemari atau non Echa yang turun ?" tanya Bi Mirna.

"Antar kemari saja Bi, Echa malas keluar."

"Baiklah kalau begitu."

To Be Continued...

Nächstes Kapitel