Pagi hari, suasana di perkebunan tampak masih sepi. Haikal dan Euis saat itu, baru saja tiba di saung, setelah semalam dia menginap bersama istrinya di rumah Mak Ijah---nenek mertuanya, "Pada ke mana ini. Kok, sepi banget ya, Neng?" tanya Haikal mengarah kepada istrinya.
"Mungkin, mereka masih tidur, A," jawab Euis langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
Heri, Angga dan yang lainnya saat itu masih tidur di Musala. Tidak seperti, ketika masih ada Pak Danu mereka sangat dilarang keras tidur kembali setelah usai melaksanakan Salat Subuh, terkecuali untuk mereka yang tugas jaga di malam harinya.
Haikal merasa sedih melihat pemandangan seperti itu, ia merasakan hampa. Pagi itu, sudah tidak ada lagi gurauan-gurauan lucu yang biasa memancing gelak tawa, nasehat-nasehat bijak sudah tidak ada lagi. Saung itu seakan-akan kehilangan warna, dan kehilangan sosok pembimbing.
"Suasananya sudah tidak seperti dulu lagi," gumam Haikal mengamati suasana saung.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com