webnovel

Bab 11

Lelaki itu terpaku diam tak percaya dengan apa yang baru saja di alaminya, "OB baru itu sungguh punya nyali," ucapnya dengan geram menahan emosi.

Lelaki muda nan tampan itu pun segera mencuci tangannya kemudian keluar dari toilet umum. "OB sialan itu berani berkata buruk tentang aku, lihat saja aku tidak akan melepaskan kamu dengan mudah. Anggap saja disini adalah neraka bagimu," geram lelaki itu sambil berjalan menuju ke ruangannya.

"Pak Wibbi, ada pak Wisnu di dalam sedang menunggu bapak," ucap wanita yang tidak lain adalah sekertarisnya yang bernama Mayang.

"Hm," jawab Wibbi tanpa menoleh ke arah Mayang, kemudian Wibbi berlalu begitu saja memasuki ruang kerjanya.

Ya benar jika lelaki yang bertemu dengan Ayla di toilet tadi adalah Wibbi sang pemilik perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pasti harga dirinya terkoyak mengetahui jika seorang OB berani berkata buruk tentangnya. Bahkan seolah-olah menantangnya.

Pegawai rendahan sekelas OB yang berani memakinya, bahkan dengan berani menunjuk ke arahnya tanpa punya rasa takut sedikitpun. Tidak tahukah dia kalau Wibbi punya pengaruh begitu besar dengan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia?

Sehingga dengan kuasanya Wibbi bisa saja mempersulit sang OB untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah keluar dari perusahaan ini. "Aku tidak akan membiarkannya, tidak akan pernah," ucap Wibbi masih dengan perasaan kesal.

Dengan kasar Wibbi menutup kembali pintu ruangannya, sehingga membuat Wisnu yang sedang duduk di sofa sambil membuka MacBook terkejut. "Ada apa Tuan muda? Kelihatannya anda sangat kesal?" Tanya Wisnu dengan sopan.

"Siapa yang merekrut OB baru itu?" Tanya Wibbi tanpa basa-basi dengan amarah masih menguasainya.

Mendengar hal itu membuat Wisnu terkejut. Apa mungkin telah terjadi sesuatu dengan Wibbi dan Ayla? Sehingga Wibbi begitu marah. Atau jangan-jangan Wibbi sudah tahu siapa Ayla. "Memangnya kenapa dengan OB baru itu Tuan?" Selidik Wisnu.

Dengan segera Wibbi berbalik badan melihat tajam ke arah Wisnu, dengan berkacak pinggang. "Beraninya dia bilang padaku jika aku lelaki brengsek yang hanya bisa mengandalkan uang untuk menghalalkan segala cara, memangnya dia pikir dia itu siapa dia? sampai-sampai dia berani berkata begitu padaku, apa dia sudah bosan bekerja di sini?" Kesal Wibbi.

Degg!!

Wisnu terkesiap mendengar ucapan bosnya. 'Tidak di sangka ternyata Nona berani berkata begitu pada Tuan muda,' batin Wisnu. 'Aku harus segera mengatakan kebenarannya, sebelum semua terlambat,'

"Saya yang merekrut OB itu Tuan muda, karena dia itu adalah.." ucap Wisnu di potong oleh Wibbi dengan cepat.

"Segera pecat dia, aku tidak ingin melihat dia besok masih ada di sini, dan juga jangan biarkan dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan manapun yang bekerja sama dengan perusahaan kita," ucap Wibbi dengan emosi.

Wisnu terbelalak tak percaya dengan apa yang di dengarnya, "Tapi Tuan dia itu.."

"Kamu mau membelanya? Atau kamu juga mau ikut di pecat?" Ucap Wibbi.

Sekali lagi Wisnu terkejut mendengar ucapan Wibbi barusan. Walaupun biasanya Wibbi berkata demikian, tapi kali ini terasa berbeda. Terlihat aura penuh kemarahan di raut wajahnya.

Wisnu hanya bisa pasrah menanggapi emosi bosnya yang tidak stabil, jika semakin di lawan akan berakibat buruk pada pekerjaannya, "Baik Tuan muda, nanti saya akan segera meminta pihak HRD untuk memecat OB itu, dan segera menggantikan dengan OB yang baru," ucap Wisnu.

"Hm, bagus, dan memang sudah seharusnya," ucap Wibbi yang merasa puas dengan jawaban Wisnu. Terlihat jika Wibbi bangga telah berhasil menyingkirkan orang yang berani memakinya dengan kuasanya sebagai pemilik perusahaan. Kemudian Wibbi duduk di kursi kebesarannya.

"Dan ingat, pastikan juga jika dia tidak akan mendapat pekerjaan di perusahaan manapun,.. itu harga yang harus dia terima karena telah berani berkata buruk padaku," ucap Wibbi terlihat emosi dengan tatapan tajamnya ke arah Wisnu.

'Jika Tuan muda tahu siapa OB yang telah memaki tuan, apa mungkin Tuan akan berubah pikiran dan tidak memecatnya?' batin Wisnu menatap Wibbi yang kini telah mulai sibuk membuka lembar demi lembar berkas di depannya.

'Tapi bagaimana dengan ucapan Nona Ayla tadi yang ingin menggugat cerai? Apakah mungkin Nona benar-benar mengajukannya gugatan cerainya?' batin Wisnu yang masih dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.

Wisnu menghela nafasnya, "Baik Tuan muda, sesuai dengan perintah dari anda," jawab Wisnu pasrah.

Tidak tahukah Wibbi jika OB yang di bencinya itu adalah istrinya? Jika di pikir-pikir apa yang di katakan oleh Ayla ada benarnya juga. Wibbi memang menggunakan uang dan kuasanya untuk menghalalkan segala cara.

Termasuk saat ini yang ingin memecat Ayla dan membuatnya kesulitan mendapat pekerjaan di luar sana. Kata yang tepat untuk Wibbi yaitu kejam dan tidak punya perasaan. Mungkin jika Ayla adalah saudara perempuan Wisnu, mungkin Wisnu tidak akan membiarkan Ayla menikah dengan lelaki brengsek seperti Wibbi.

Wisnu masih terfokus akan pemikirannya sendiri, hingga Wisnu lupa akan tujuannya kenapa ada di ruangan sang bos saat ini.

Di meja depan Wibbi telah menumpuk berbagai berkas yang siap menunggu tanda tangannya. Wibbi pun mulai melakukan tugasnya, di raihnya pena yang tersedia di atas meja, lalu Wibbi memulai membubuhkan tanda tangannya di lembar kertas yang telah ia baca sebelumnya.

Dengan tatapan mata yang masih fokus dengan banyaknya dokumen, Wibbi menanyakan maksud Wisnu mencarinya, "Tadi kamu mencariku ada apa? Apa meeting dengan klien dari Jepang sudah di jadwalkan ulang?" Tanya Wibbi mengagetkan lamunan Wisnu yang masih asyik dengan pemikirannya.

"Oh soal itu, saya sudah menjadwalkan ulang meeting dengan klien dari Jepang besok siang sesuai instruksi dari anda," jawab Wisnu sigap.

Melihat Wibbi yang masih fokus dengan kesibukannya, Wisnu ragu untuk mengatakan soal keinginan Ayla bercerai dengan bosnya itu, di tambah lagi mood bosnya yang buruk saat ini. "Tuan muda, Nona.." ucap Wisnu ragu-ragu.

"Nona kenapa? Jika ada masalah dengan Nona, itu sudah jadi tugas kamu menyelesaikannya," ucap Wibbi.

"Anu Tuan muda, Nona.. Nona ingin menggugat cerai Tuan muda," ucap Wisnu dengan berhati-hati, karena melihat suasana hati sang bos yang tidak baik.

Wibbi mengerutkan keningnya, kemudian Wibbi sejenak menghentikan aktivitasnya. "Menggugat cerai? Kenapa tiba-tiba dia ingin menggugat cerai? Apa uang bulanannya kurang? Makanya dia berpikir untuk bercerai denganku?" Tanya Wibbi. Dengan tatapan bingung, karena selama 6 bulan ini semua berjalan sesuai keinginannya.

"Saya sudah mentransfer jumlah uang sesuai dengan yang tuan muda perintahkan," ucap Wisnu. "Saya rasa bukan itu alasannya,"

Wibbi semakin tidak mengerti dengan apa yang di katakan Wisnu, "kalau bukan karena uang, lalu karena apa? Ternyata wanita kampung itu semakin berani sekarang, ah sudahlah... tambahkan saja nominal uangnya, dia pasti akan mengurungkan niat bercerai denganku," ucap Wibbi yang kemudian melanjutkan aktivitasnya.

Lagi-lagi Wisnu menghela nafasnya, 'Seandainya saja Tuan muda tahu jika bukan karena uang Nona muda ingin bercerai,' batin Wisnu menatap Wibbi.

"Baik tuan muda, besok akan saya transfer uang yang lebih pada Nona muda," jawab Wisnu.

"Bagus, dengan begitu dia pasti akan diam dan tidak banyak menuntut, lagi pula dia tidak tahu siapa aku, maka kecil kemungkinan dia bisa menuntut cerai padaku," ucap Wibbi seolah meremehkan semua masalah ini.

Wisnu mengerutkan keningnya melihat Wibbi, seolah Wisnu ingin bertanya maksud dari perkataan sang bos yang kini ada di depannya.

Wibbi menautkan jari jemari kedua tangannya, kemudian menopang dagu, "Kalau bukan karena kakek membuat surat wasiat itu, aku tidak akan sudi menikah dengan wanita kampung yang bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana wajahnya," ucap Wibbi.

Terdengar dari ucapannya Wibbi terlihat menyesal telah menikahi Ayla, "Wisnu, apakah kamu sudah menghilangkan jejak dengan rapi di kampung itu?" Tanya Wisnu yang kemudian menurunkan tangannya dan melihat ke arah Wisnu.

"Soal itu sudah saya lakukan dengan rapi Tuan muda, tidak mungkin rahasia Tuan muda bocor," jawab Wisnu.

"Kerja bagus, dengan begitu gadis kampung itu tidak akan bisa menemukanku," ucap Wibbi terlihat lega.

Mereka berdua larut dalam pemikiran masing-masing, Wibbi yang berpikir jika semua berjalan sesuai apa yang dia inginkan. Sedangkan Wisnu berpikir sebaliknya, bagaimana cara menghentikan Ayla agar tidak menggugat cerai bosnya.

Bersambung ...

Nächstes Kapitel