Zayn masih memantau rumah mewah itu dari jauh. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu. Mau menyusup juga tidak akan bisa mengingat rumah itu tertutup oleh pager dimana di dalamnya terdapat orang yang berjaga-jaga di dalamnya. Dalam hati dia sangat mengkhawatirkan nasib dari cewek malang itu.
Bagaimana kalau telfon polisi? Ini jelas tidak mungkin, mengingat dia belum tahu pasti apakah gadis itu ada di rumah itu atau tidak. Dia tida memiliki cukup bukti untuk melaporkan. Lantas dia harus bagaimana?
Tiba-tiba sebuah mobil keluar dari rumah itu dan berbelok ke arahnya. Zayn segera masuk ke dalam gang supaya tidak ketahuan. Begitu mobil itu lewat sekilas dia melihat Rangga dan Yuda di jok depan. Dia tercenung sesaat, mereka tidak biasanya pergi naik mobil. Kalau pun menggunakan mobil pasti akan bepergian jauh. Tapi pergi kemana?
Zayn pun segera naik ke motornya dan membututi mobil itu. dia merasa heran karena arah dari mobil itu adalah menuju ke desa sukolilo. Prakiraannya meleset. Tapi mereka tidak melewati desa sukolilo, melainkan perkebunan tebu yang mengarah ke hutan. Zayn menduga-duga kemana mereka pergi.
Ternyata benar. Tepat di kaki bukit, mobil itu terhenti. Zayn mematikan cahaya motornya supaya bisa mengamati apa yang mereka lakukan dari kegelapan. Terlihat dua brengsek itu tengah keluar dari mobil dan membuka jok tengah. Betapa terkejutnya dia saat melihat mereka mengeluarkan tubuh seorang gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mirna.
Mereka menggotong jasad yang tidak berdaya itu menaiki bukit. Sementara Zayn menyembunyikan motornya di semak-semak dan mengikuti mereka. cahaya Bulan yang temeraman menguntungkannya untuk bisa melihat situasi sekitar, sehingga dia tidak kehilangan jejak.
"Yuda, kamu serius mau membawa Mirna ke rumah itu?" ujar Rangga dengan nada gemeteran. Dia melempar pandangan kesekitar yang hanya dinaungi kegelapan saja. Dia teringat dengan kematian tragis dari Rozak di dekat rumah Belanda itu. Bulu kuduknya merinding seketika saat mengingat betapa mengerikannya kondisi Rozak kala itu.
"Kamu jadi cowok kok cemen banget! udah santai saja enggak ada hantu di sana! kalau sampai ada aku biar aku yang hadapi." Tukas Yuda sambil membusungkan dadanya yang bidang.
"Lagian, kalau kita membuang mayat Mirna di rumah itu pasti tidak ada orang yang tahu. karena orang-orang takut untuk pergi ke sana!" Imbuh Yuda. Rangga menelan ludah. Kakinya gemetar. Pandanganya nanar melihat kesekitar seolah-olah sedang merasa di awasi.
Langkah mereka berganti ke padang yang cukup luas dimana banyak ditumbuhi ilalang. Dua laki-laki itu bersusah payah membawa jasad Mirna yang tidak berdaya. Niat awal mereka adalah membunuh gadis itu dan meletakan di rumah belanda itu.
Sesampainya di rumah itu, mereka meletakan Mirna di lantai. Yuda terlihat melepas celananya sendiri yang membuat Rangga keheranan.
"Eh, mau ngapain kamu?"
"Mau menikmati tubuhnya untuk terakhir kalinya, hehe." Kelakar Yuda enteng.
"Gila ya kamu! masih sempet-sempetnya kamu mengerjai Mirna di saat seperti ini! ingat bro rumah ini angker." Pekik Rangga yang kesal dengan sikap temennya itu. Sesekali dia melihat ngeri ke arah dalam rumah itu. ketakutan menyelimuti jiwanya.
"Sudah tenang saja? lagian kita tadi kan belum sempat mengerjainya. Makanya sebelum dia mati, aku ingin menikmatinya. kamu mau ikut enggak?" kata Yuda santai. Rangga menggeleng-gelengkan kepalanya, dia sama sekali tidak bernafsu. Pikirannya sudah dipenuhi oleh perasaan yang mencekam.
Melalui cahaya center yang dipegangnya, dia menyoroti yuda yang sibuk bersenggama dengan Mirna. Gadis itu ternyata sudah sadar. Die mengerang kesakitan karena merasakan sodokan di dalam liangnya.Yuda yang menyadari Mirna sudah sadar langsung mempercepat memompanya sehingga tubuh Mirna tersentak-sentak.
"Tolong hentikan!" lirih Mirna yang sudah tidak bertenaga yang justru membuat Yuda semakin beringas.
Rangga terpaku pada satu titik. Tubuhnya gemeteran begitupun dengan cahaya senter yang ikut bergoyang-goyang. Pandangannya tidak lekat ke arah seluruh penjuru ruangan. Tanpa Yuda dan Mirna sadari, Sudah banyak hantu berwujud menyeramkan yang sedang menyaksikan persenggamaan mereka. ada yang arwah Rozak dan Paijo juga yang menatapnya dengan pandangan menyeramkan Tapi yang paling mencolok diantara mereka adalah Hantu Noni Belanda yang sangat cantik. Tapi tatapannya dingin dan tajam. Tenggorokan Rangga tercekat. Ingin rasanya dia memberitahun yuda, tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu.
Tiba-tiba Rangga menjatuhkan senternya. Hal itu sontak saja membuat Yuda menghentikan aktifitasnya karena kegelapan yang menyergap. Dia menghardik Rangga dengan kasar-kasar.
"Eh, pegang senternya yang bener tolol! Gelap nih! Kamu kalau pengen nanti setelah aku."
Rangga tidak bergeming. dibawah kegelapan, Yuda bisa melihat Rangga yang mematung dengan pandangan terbelalak ke arah depan. Yuda pun bangkit sembari berjalan santai ke arah temannya itu.
"Woi! kamu kenapa!" bentak Yuda sambil menepuk pundak Rangga dengan keras sehingga dia tersadar. Lalu dengan suara bergetar, dia berkata.
"Ada hantu, yud." Tukasnya sambil menunjuk ke depan. Pria bertubuh sixth pack itu menaikan alisnya satu lalu menoleh mengikuti arah telunjuk Rangga. Betapa terkejutnya dia saat melihat puluhan demit sedang memperhatikannya. Kini ganti Yuda yang mematung. Tanpa membuang waktu lagi, Rangga menarik paksa tangan Yuda untuk segera keluar dari rumah angker itu. Tapi Naas ketika akan sampai ke pintu, pintu itu tertutup dengan sendirinya seperti ada angin yang mendorongnya.
Mereka berdua lantas menjerit ketakutan. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berteriak minta tolong. Tentu di tengah bukit seperti itu mana ada yang mendengar suara mereka. tapi suara jeritan mereka semakin histeris tatkala para demit itu menghampiri mereka. Seperti ada kekuatan ghaib, suara teriakan mereka tidak terdengar lagi bersama hilangnya mereka ke alam lain.
Sementara di belakang, Zayn kehilangan jejak mereka. tiba-tiba ada kabut yang turun menghalangi jalannya. Menyadari hal itu, Dia pun menengadahkan tangan untuk berdoa. Tiba-tiba awan menghilang dan kini Zayn menemukan jalan setapak itu lagi. Dia menuruti jalan setapak itu sampai ke tanah lapang dimana rumah Belanda itu berada.
Pemuda itu berlari membelah ilalang untuk sampai ke rumah itu. sesampainya di depan rumah itu, dia tertegun dengan pintunya yang terbuka. Samar-samar terdengar suara tangis dari dalam. dia pun bergegas masuk ke dalam rumah itu.
"Mirna," panggil Zayn sembari menghampiri gadis itu. dia meraih sebuah senter yang tergeletak di lantai dan menyoroti gadis itu.
Terlihat gadis itu beringsut mundur dengan mata membulat. Dia mengenakan kembali pakaiannya. Wajahnya tampak sangat ketakutan. agaknya dia trauma dengan apa yang dilakukan oleh Temen kampusnya yang biadap itu.
"Jangan takut, aku disini karena ingin menyelamatkanmu. Ayo aku bantu kamu berdiri." ujar Zayn secara tulus. awalnya gadis itu menolaknya. Tapi karena sepertinya Zayn menunjukan iktikad baiknya, akhirnya dia mau di dekati oleh Zayn. Pemuda itu langsung menggendong tubuh Mirna untuk keluar dari rumah itu.
Tapi, sebuah pertanyaan menggelayuti batinnya. Kemana perginya Rangga dan Yudha.