webnovel

MEMBAWANYA KE RUMAH

"Na'er? Itu nama yang bagus. Dan suara mu juga sangat merdu." Tang Wulin membantunya berdiri.

Na'er tetap menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apapun.

"Dimana ayah dan ibumu? Dimana rumahmu?" Tang Wulin bertanya.

Na'er menggelengkan kepalanya.

"Kruukk.. kruukk..." Bunyi aneh terdengar menginterupsi mereka berdua.

Tang Wulin segera menunduk melihat perutnya, tetapi dia segera menyadari bahwa suara itu tidak berasal dari perutnya. Meskipun wajahnya tertutupi debu, rona merah muda tetap terlihat di wajah Na'er.

"Apakah kau lapar? Jika kau tidak tau dimana orang tua mu, kau bisa ikut dengan ku ke rumah. Masakan ibu ku sangat enak." Selesai berbicara, Tang Wulin menarik tangan Na'er dan membawanya ke arah rumah.

Na'er mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Tang Wulin. Dari posisinya saat ini, ia hanya bisa melihat sisi wajahnya dari samping. Wajah yang memerah penuh semangat akibat pertarungan beberapa saat yang lalu, dan memiliki bola mata hitam besar dengan bulu mata lentik.

"Bu, aku sudah pulang!" Tang Wulin berteriak bahkan sebelum memasuki rumah.

"Nak, kecilkan suara mu. Kau bisa mengganggu tetangga kita." Tegur Lang Yue saat membuka pintu.

"Bagaimana sekolah mu hari ini? Kenapa kau sangat kotor?" Lang Yue mengerutkan kening saat melihat kearah putranya yang tertutup debu. Kemudian ia melihat kearah Na'er yang tangannya digenggam Tang Wulin.

"Bu, tadi aku bertemu dengan berandalan jahat." Tang Wulin bercerita dengan penuh semangat tentang apa yang terjadi.

Setelah mendengar perkataan Tang Wulin, dengan segera Lang Yue menariknya kedalam rumah. Na'er yang tangannya digenggam Tang Wulin juga ikut masuk kedalam rumah.

"Nak, apakah kau tidak tau itu sangat berbahaya? Bagaimana kau bisa.." Menilai nari napas Lang Yue, jelas ia sangat khawatir. Ia jelas tau apa yang bisa dilakukan para berandalan itu.

Dengan keras kepala Tang Wulin menjawab, "Tapi ayah berkata bahwa anak laki-laki harus kuat dan berani melawan penjahat."

"Kau…" Lang Yue melihat sebuah tekad di mata Tang Wulin sehingga ia tidak melanjutkan argumennya. Apakah ia salah? Tentu saja tidak! Namun, sebagai seorang ibu, ia sangat khawatir atas keselamatan anaknya.

Dengan tawa kecil, Tang Wulin berlari dan memeluk kaki ibunya. "Ibu, jangan marah. Aku dan Na'er sangat lapar. Apakah ibu bisa membuat makanan yang enak untuk kami?"

Melihat putranya yang selalu penurut dan menggemaskan, Lang Yue benar-benar tidak bisa terus marah padanya. Ia hanya menggeleng pelan kemudian berjongkok di hadapan Na'er yang sejak awal tidak mengeluarkan suara. "Gadis kecil, kau dipanggil Na'er? Dimana orang tua mu?"

Seperti sebelumnya, Na'er hanya menggelengkan kepala tanpa mengeluarkan satu katapun.

Sebagai ibu yang baik, Lang Yue berkata, "Baiklah. Lihatlah betapa kotornya kalian. Kalian harus mandi dan mengganti pakaian."

Karena mereka masih berumur lima sampai enam tahun, maka Lang Yue menarik mereka berdua ke kamar mandi dan memandikan mereka.

Ketika Tang Wulin bertanya tentang mengapa ia dan Na'er berbeda, Lang Yue hanya bisa tertawa tanpa menjawab. Namun, dengan malu-malu Na'er bersembunyi di belakang Lang Yue.

"Wah! Na'er kamu sangat cantik!" Saat ini Tang Wulin duduk di sisi meja makan sambil bertopang dagu dan memandang ke arah Na'er yang duduk di sampingnya yang mengenakan pakaian miliknya.

Karena Tang Wulin lebih tinggi dari Na'er, sehingga pakaian yang dikenakannya terlihat kebesaran. Namun, hal ini sama sekali tidak mempengaruhi kecantikan Na'er.

Kulitnya bahkan lebih putih dari Tang Wulin. Seolah-olah air dapat menetes saat dicubit. Apalagi setelah mandi, aroma menyegarkan tercium dari tubuhnya. Dia sangat mirip dengan boneka porselen dari potongan giok merah muda terbaik.

Na'er mengangkat kepalanya tetapi tetap diam seperti sebelumnya. Sepertinya ia sangat tidak suka berbicara.

Karena belum waktunya makan malam, jadi Lang Yue menyajikan dua piring kecil biskuit dan dua gelas susu pada mereka.

Seseorang seharusnya tidak menilai Na'er terlalu cepat karena ia tidak suka berbicara. Karena pada saat makan, ia tidak akan ragu-ragu melahap semuanya. Dalam waktu singkat, biskuit dan susu telah berpindah ke dalam perut Na'er.

Meskipun Tang Wulin lapar, tetapi rasa ingin tahunya terhadap Na'er melebihi rasa laparnya. Saat melihat piring Na'er telah kosong, ia tahu bahwa Na'er masih ingin lebih.

"Makan ini juga." Tang Wulin dengan murah hati memberikan biskuitnya.

Na'er menatapnya kemudian menggeleng.

"Tidak apa-apa. Kau bisa memakannya. Aku sudah makan banyak tadi siang." Tang Wulin berkata dengan ceria.

Untuk sejenak Na'er terlihat ragu, tetapi daya tarik biskuit terlalu besar baginya. Akhirnya ia mengambil biskuit tersebut dan memakannya.

Lang Yue juga mengambil tempat duduk di meja makan. "Na'er, apa kau tau dari mana asal mu atau di mana rumah mu?"

Na'er menggelengkan kepalanya.

Lang Yue terus bertanya, "Apakah kau tau cara menghubungi orang tua mu? Cara apa pun yang bisa dilakukan?"

Na'er masih menggelengkan kepalanya.

Lang Yue bertanya, "Lalu berapa umur mu?"

Sekali lagi Na'er menggelengkan kepalanya, tapi akhirnya membuka mulut. "Lima setengah."

"Wah! Berarti aku lebih tua darimu karena aku berumur enam tahun." Tang Wulin berkata dengan penuh semangat.

Lang Yue langsung melototi putranya. "Ibu akan membawa Na'er ke kantor pemerintahan untuk memeriksa. Ibu akan mencaritahu apakah kita dapat menemukan keluarganya atau tidak. Kau tetap disini dan bersikaplah yang baik, mengerti?"

"Baiklah." Dengan patuh Tang Wulin menganggukkan kepalanya, tetapi pada saat melihat kearah Na'er, entah mengapa ia merasa enggan. Mungkin karena dia terlalu cantik.

Lang Yue mengajak Na'er keluar, dan Na'er mengikutinya dengan patuh.

Setelah mereka pergi, Tang Wulin memasuki kamarnya. Ia memikirkan tentang apa yang telah diajarkan guru di kelas hari ini dan memutuskan untuk mencoba berkultivasi.

Tang Wulin duduk tegak dan tenang. Kultivasi membutuhkan ketenangan untuk merasakan energi dalam tubuh dan juga alam. Ini merupakan langkah pertama.

Karena pada awalnya Tang Wulin tidak memiliki masalah, sehingga dengan cepat ia tenang dan fokus. Ia bisa merasakan Martial Soul miliknya tidak kuat tetapi masih memiliki kekuatan. Saat pertama kali berkultivasi, ia diminta untuk mengikuti langkah yang telah diajarkan. Pertama-tama ia harus merasakan Martial Soulnya, kemudian memusatkan pikirannya. Setalah langkah ini selesai, ia bisa memasuki kultivasi yang sesungguhnya.

Dalam pikirannya, Rumput Perak Biru bergoyang, dan tanpa terasa Tang Wulin memasuki dunia Rumput Perak Biru.

Lembut namun kuat, kemulian terpancar saat angin musim semi berhembus.

Nächstes Kapitel