webnovel

158. Peringatan Kematian

"Boy, kenapa sih kaya gitu sama Irul?" tanya Alea, ia kesal pada Sullivan yang berdebat dengan Irul.

"Loh, apa salah Boy? Kamu tahu bukan, kalau Boy tidak suka rasis," jawab Sullivan dengan santainya.

"Siapa yang rasis sih, Irul kan cuma tanya kenapa Boy nggak ikut salat. Terus dia tanya emang agama Boy apa!"

"Itu rasisme Alea!"

"Ih, tapi kan nggak parah tau!"

"Up to you!" seru Sullivan, ia pergi meninggalkan Alea.

"Boy! Alea belum selesai!" teriaknya.

Sullivan malah mengejek dengan menggoyangkan pinggangnya. Pria tua itu melenggang kangkung menuju kebun. Ia sedang ingin merenung si saung kecil yang ada di sudut kebun kentang milik mereka.

Belakangan ini entah kenapa ia begitu sangat merindukan istrinya, Kanaya. Bahkan saking terlalu terpikirkan seringkali ia bermimpi masih hidup dengan istri dan anaknya. Sullivan bertanya-tanya, apakah ini akhir hidupnya?

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel