Kita ke ruang rapat sekarang, ajak Lardo. Menghentikan Max yang siap membalas bentakan Dante.
Di ruang rapat perdebatan sengit kembali terjadi, Max yang masih kesal karena bentakan Dante membalasnya di ruang rapat dengan membantah semua saran yang diutarakan Dante. Alhasil rapat selama hampir empat jam berujung dengan keteganggan.
Dante berjalan meninggalkan ruang rapat dengan raut wajah mengerikan. Disusul Ramond yang tampak tidak berminat sama sekali dengan pembahasan rapat hari ini. Sedari tadi Ramond hanya diam tampak memikirkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan pembahasan rapat. Ramond sama sekali tidak mendengar apapun yang menjadi pembahasan rapat hari ini. Pikiran Ramond berada di lantai bawah dimana Lalita berada saat ini. Ramond hanya ingin segera berlari pada Lalita dan memeluknya erat.
Max tampak semakin kesal melihat kelakuan Dante yang meninggalkan ruangan ditengah rapat yang masih berjalan. Ada apa dengan dua bajingan itu?, pergi meninggalkan ruang rapat begitu saja.
"Hentikan sikap kekanakananmu Max tegor Lardo melihat Max yang ingin mengejar Dante. Kita sedang rapat dan kau mengacaukan semuanya.
Max menatap tajam Lardo. Apa maksudmu aku yang mengacau. Ayolah Lardo kau tidak buta, kan. Aku tidak melakukan apa-apa dan aku tidak berniat mengacau rapat kita, aku hanya kesal dengan sikap bajingan Dante yang selalu saja mendominasi rapat, ini proyek kita bersama, proyek yang sangat besar, perusahaanku mengeluarkan banyak uang untuk proyek ini dan aku tidak ingin perusahaanku mengalami kerugian.
"Kita berempat mengelontorkan banyak dana dalam proyek ini Max. Bukan hanya perusahaanmu. Kita memiliki misi yang sama Max, itu makanya kita memutuskan untuk melakukan kerja sama ini. Aku tidak melarang kau memberi bantahan tapi tadi itu sudah sangat keterlaluan. Aku bisa melihat kamu hanya ingin membuat Dante emosi. Gunakan otak cerdasmu Max jangan gunakan egomu. Berhenti memancing emosi Dante dan seriuslah dalam bekerja. Setelah mengatakan itu Lardo pergi meninggalkan Max seorang diri di ruang rapat.
Aku ingin kau ke ruang rapat nomor empat sekarang juga. Aku akan memberimu hukuman yang sangat berat kalau kamu tidak sampai disana dalam waktu 5 menit. Lardo mengetik pesan untuk Lalita dan mengirimnya melalui email. Lardo tersenyum miring saat membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk menghukum Lalita. Sedikit bersenang-senang setelah rapat itu akan menyenangkan. Lagipula aku memang sedang membutuhkannya.
Ramond menghubungi nomor Tia untuk menanyakan keberadaan Lalita. Ramond tersenyum senang setelah mendapat konfirmasi dari Tia. Aku sangat merindukanmu sayang batin Ramond. Mempercepat langkahnya, Ramond sudah tidak sabar bertemu dan menatap wajah yang sudah sangat dirindukannya beberapa minggu ini.
Lalita bergegas, meninggalkan pekerjaannya. Menatap jam tangannya ngeri untuk sampai kelantai dimana ruang rapat bernomor 4 dengan hanya waktu 5 menit adalah tidak mungkin. Tanpa pikir panjang Lalita langsung berlari tidak ingin mendapat hukuman. Lalita tidak tahu apa yang akan dilakukan Lardo untuk menghukumnya.
Tia mengernyit menatap Lalita yang berlari seperti dikejar setan. Mau kemana?!. Teriak Tia. Lalita sudah berlari cepat meninggalkan Tia yang kebingungan. Ada apa dengan Lalita? batin Tia. Apa ada sesuatu yang sangat mendesak. Kenapa wajah Lalita terlihat cemas.
Lalita menunggu lift terbuka dengan tidak sabar. Beberapa kali Lalita menekan-nekan tombol lift dengan kasar berharap lift sergera terbuka. Ayolah.....Lalita semakin panic melihat ke arah jam tanganya. Ooh tidak ini terlalu lama, Lalita berlari membuka pintu tangga darurat menarik napas panjang sebelum berlari menaiki setiap anak tangga yang akan mengantarkannya ke lantai 10 dimana letak ruang rapat nomor 4. Suara tumit hihg heells Lalita bergema setiap Lalita berlari menaiki anak tangga satu demi satu. Lalita menghela napas saat tinggal satu lantai lagi. Kaki Lalita terasa sangat sakit serasa akan patah. Berlari dengan high heells bukanlah cara terbaik menaiki begitu banyak anak tangga.
Lalita sampai dengan napas terenggah-enggah. Tubuh Lalita sampai terbungkuk saat Lalita menarik napas dalam-dalam, "sir….!"
Lardo menatap jam tangan mahalnya. Sepuluh menit tiga puluh detik. Kau terlambat Lalita, aku sudah mengingatkanmu untuk datang tepat waktu. Aku memberimu waktu lima menit dan lihatlah kau berani mengabaikan perintahku.
Lalita masih berusaha mengatur napasnya. Lalita mengeleng saya sudah berusaha datang tepat waktu sir, tapi semua lift penuh dan saya harus berlari menaiki tangga darurat untuk bisa sampai di sini.
Lardo tersenyum tipis. Jadi kau sudah berusaha datang tepat waktu, apa benar begitu sayang?. Lardo menarik tubuh Lalita menempel ke tubuhnya. Mengecup leher Lalita yang berkeringat, apa kamu tahu Lalita betapa mengodanya kamu saat ini kamu tampak sangat mengoda dan lezat. Lardo menarik Lalita memasuki ruang rapat.
Lalita merasa was-was. Apa yang ingin ada lakukan sir?. Lalita mencoba melepaskan diri dari rangkulan Lardo.
Menurutmu apa lagi yang bisa kita lakukan di sini. Bukankah kau sudah berani mengabaikan perintahku sayang. Sekarang waktunya memberi hukuman. Lardo menyeringai menatap wajah ketakutan Lalita. Kenapa kau terlihat ketakutan Lalita?, aku tidak akan menyakitimu sayang. Lardo membelai lembut pipi Lalita. Kita akan sedikit bersenang-senang dengan lebih banyak keringat tentunya. Hari ini aku sangat penat menghadapi ketiga teman bajinganku. Aku butuh sedikit penyegaran dan yang bisa membuatku kembali segar hanya kau sayang. Aku ingin kamu menghiburku saying. Lardo menyatukan bibir mereka, melumat dengan rakus bibir Lalita.
"Sir!", aku mohon hentikan. Lalita menatap pintu ruang rapat yang tidak tertutup, siapapun yang melewati ruangan ini bisa melihat mereka.
Lardo menatap ke arah pintu, menarik Lalita masuk lebih dalam ke ruang rapat, menyudutkan Lalita ke tempok agar mereka terlindung. Kemudian kembali melumat bibir Lalita, menginvasi mulut Lalita dengan membelit lidah mereka, memberi hisapan dan terus melumat bibir Lalita membuat Lalita kehabisan napas, tangan Lardo mengelus paha dalam Lalita.
"Sir….!!, Lalita mengerang ditengah-tengah cumbuaan Lardo.
Lardo merobek lepas celana dalam Lalita. Aku lebih suka kau tanpa celana dalam Lalita. Jadi kapanpun aku menginginkamu aku tidak perlu merobek benda sialan itu.
"Sir!, Lalita terkasiap menatap celana dalamnya yang terongok menyedihkan di lantai.
Lardo tidak mempedulikan raut terkejut Lalita, menarik satu kaki Lalita melingkarkannya diseputar pingang, sebelum Lardo menurunkan resleting celana kain yang ia kenakan, menodorong kuat memasuki milik Lalita. "Shit", Lardo mengumpat merasa nikmat saat tubuh mereka menyatuh sempurna. Aarggg….Lardo mengerang ini terasa sangat nikmat sayang.
Lardo bergerak cepat menahan kepala bagian belakang Lalita agar tidak membentur dinding yang ada dibelakangnya. Milikmu benar-benar nikmat sayang menjepit milikku dengan ketat. Lardo menatap wajah memerah Lalita, milikmu membuatku candu sayang. Lado memompa tubuh Lalita semakin kuat seharusnya aku mengurungmu di kamar Lalita, menikmati milikmu sepanjang hari.
MAKASIH YA SUDAH MAMPIR BACA KARYA BERLI
NGAK TERASA LOH KITA SUDAH HAMPIR SAMPAI PADA PENGHUJUNG ALIAS END
PENASARAN KAN
AYO DONG KASIH BERLI SEMANGAT DENGAN TEKAN LOVE BIAR BERLI UP DATE MAKIN RAJIN