Selamat membaca
Jangan lupa dukungan & komentarnya ya
Loves.....love
Lardo melumat bibir Lalita dengan rakus tidak memberi waktu Lalita untuk memprotes tindakannya. Aku membutuhkanmu sayang, jangan hentikan aku Lardo berbisik serak disela-sela lumatan bibirnya.
Lardo menarik kedua tangan Lalita ke atas kepala, mengikatnya dengan dasi yang masih dikenakannya semalam, meloloskan dress biru dari tubuh mungil Lalita.
Lalita mencoba menahan gerakan Lardo. Merasa malu dengan tubuh polosnya yang ditatap Lardo dengan tatapan memuja, kau sangat indah sayang, Lardo mengecup puncak payudara Lalita, membelai payudara Lalita dengan jari-jarinya yang ahli.
Lalita tidak kuasa menahan suara desahannya yang keluar begitu saja dari mulutnya setiap kali Lardo membelai puncak payudaranya.
Lardo meneruskan mencumbuh tubuh Lalita meninggalkan banyak kiss mark dikulit putih Lalita. Memuja setiap jengkal tubuh Lalita hingga tepat didapan tubuh Lalita yang paling sensitive. Lardo menjilat, mengesap membuat tubuh Lalita mengelinjang nikmat, deru napas Lalita semakin cepat, menatap Lardo yang bekerja pada bagian bawah tubuhnya, lidah Lardo bergerak lincah menjilat milik Lalita, satu jari Lardo didorong masuk kedalam milik Lalita, memberikan kenikmatan berlipat pada Lalita.
Lalita mengerang keras mendapatkan organsme pertamanya pagi ini. Wajah memerah Lalita membuatnya tampak semakin cantik.
Lardo menjulang di atas tubuh mungil Lalita. Kau siap sayang!!. Bisik Lardo tepat di telinga Lalita yang masih tampak kepayahan mengatur napas. Lardo melumat bibir Lalita rakus dan satu tangan Lardo membawa miliknya kedapan pintu kewanitaan Lalita.
Lalita terkesiap, saat milik Lardo memenuhi miliknya.
Lardo bergerak kuat memompa milik Lalita, mengejar kenikmatan yang semalam coba ia tahan, peluh membasahi tubuh mereka yang begitu tengelam dalam mengejar kenikmatan hingga akhirnya Lardo meneriakkan nama Lalita. Kau benar-benar nikmat saying. Lardo mengecup kening Lalita lama, membawa tubuh Lalita kedalam pelukannya, tidurlah sayang. Kau pasti lelah. Lardo membelai pungung telanjang Lalita.
Lardo merasakan napas Lalita yang mulai teratur. Sebuah senyum terbit diwajah tampan Lardo. Ya jenis senyum puas dan bangga. Rasa sakit kepala yang tadi menderanya kini menghilang.
Lardo turun dari ranjang, masuk kekamar mandi untuk bersiap bekerja.
"Kopi anda tuan!",
Lardo mengangguk, menerima kopi yang diletakan Subi di meja. Apa semalam Liam yang mengantarku pulang?
"Benar tuan, Liam yang memapah anda, jawab Subi"
"Apa Liam melihat Lalita?".
Subi mengeleng. Liam hanya mengantar sampai depan pintu kamar, setelahnya saya yang memapah tuan masuk kedalam kamar.
Lardo mengangguk. Melanjutkan membaca koran. Aku tidak ingin ada yang tahu keberadaan Lalita disini, bahkan keluargaku. Pastikan semua orang tutup mulut, jika ada yang berani membuka mulut kamu tahu apa yang akan menjadi hukumannya".
Subi bergidik ngeri mendengar peringatan Lardo. Seingat Subi. Lardo bisa sangat kejam jika perintahnya di langgar. Baik tuan, saya akan memastikan tidak ada yang buku mulut tentang keberadaan nyonya Lalita di apartemen anda. "Tuan muda!!, semalam nyonya Lalita menanyakan phonsel dan tas ransel miliknya
"Phonsel, tas ransel", ulang Lardo dengan kening berkerut.
Subbi mengangguk. Tampanya nyonya ingin segera menghubungi seseorang, nyonya Lalita tampak khawatir saat menanyakan keberadaan phonselnya.
"Aku akan mengurus hal itu, siapkan sarapan untuk Lalita!, aku akan membawa ke kamar.
"Baik tuan muda"
Lardo menatap Lalita yang masih terlelap, Lardo mengecup pundak telanjang Lalita yang tersingkap selimut, "bangun pemalas!"
"Apa ini sudah pagi!, Lalita mengucek-ngucek matanya yang masih terasa berat.
"Hemm…..aku tidak tahu apakah pukul sepuluh masih pagi bagimu, Lardo meletakan nampan di atas nakas.
"Pukul sepuluh!". Lalita membuka matanya lebar, menatap sekeliling mencari jam dinding untuk memastikannya sendiri. Lalita mendengus saat melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 07.00 Wib. Lalita meberengut.
"Aku membawakan sarapan untukmu, Lardo duduk di sisi kiri ranjang".
"Aku mau membersihkan diri dulu, jawab Lalita pelan, malu karena Lalita belum mengenakan apapun dibalik selimut."
"Habiskan dulu sarapanmu, setelahnya baru mandi, aku yakin kamu pasti sudah sangat kelaparan, pagi ini aku membuatmu menghabiskan banyak tenaga padahal semalam kamu melewatkan makan malammu.
Wajah Lalita memerah mendengar perkataan vulgar Lardo.
"Habiskan". Setelah itu kita ke rumah sakit , menjenguk Rita. Semalam dokter sudah memberitahuku hasil pemeriksaan Rita, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keadaan Rita.
Lardo melirik piring sarapan Lalita yang sudah kosong. "Kamu tampak bersemangat!"
"Aku ingin cepat-cepat ke rumah sakit menemui Rita. Lalita berlari ke kamar mandi dengan selimut meliliti tubuhnya, mandi dengan cepat.
"Sir..!!!", panggil Lalita dari dalam kamar mandi, aku melupakan handuk, bisakah anda membawakannya kemari.
"Dengan senang hati jawan Lardo senang,"
Lalita membuka pintu kamar mandi sedikit, untuk menerima uluran handuk dari tangan Lardo, terima kasih sir_____ ", belum selesai Lalita mengucapkannya.
Lardo mendorong tubuh Lalita masuk ke dalam kamar mandi. Lalita berusaha menutupi tubuh telanjangnya. Lardo menatap tubuh polos Lalita dengan mata berkabut, kamu tidak perlu menutupinya sayang, kamu terlihat sangat indah dan nikmat. Lardo menarik Lalita menempel ke tubuhnya. Umm….baumu terasa sangat segar saying. Aku menyukainya
"Sir…..!!!". Lalita mencicit
Lardo mengelus lembut pipi Lalita. Bagaimana kalau kita mengulangi permainan panas kita disini saying?. Aku masih menginginkanmu Lalita. Kau benar-benar membuatku tidak pernah puas untuk terus menyentuhmu
Lalita mengeleng. Tapi kita baru saja______wajah Lalita memerah mengingat pemainan panas mereka beberapa menit yang lalu. Apa anda tidak lelah sir!"
"Tidak sama sekali", Lardo mengecup belakang telinga Lalita. Menyentuhmu membuatku semakin berenergi sayang.
"Sir!!". Aku mohon______"
"Nikmati sayang, biarkan aku memberi kita berdua kenikmatan. Jari-jari besar Lardo bergerak lembut di atas tubuh Lalita.
"Sir…", Lalita mendesah, aku mohon hentikan. Kita harus bersiap-siap ke rumah sakit. Aku sangat mengkhawatirkan keadaan Rita.
Lardo membungkam mulut Lalita dengan ciuman dalam dan basah. Menghisap bibir bawah Lalita, memainkan lidahnya dengan mengeksplor mulut Lalita, saling bertukar saliva. Lardo menahan tubuh Lalita yang lemas dengan pingulnya, melancarkan aksinya, menarik resleting celana kain yang ia kenakan dan mulai memompa milik Lalita.
"Argg….Lalita megerang nikmat menerima setiap hujaman kuat milik Lardo. Lalita merasa aneh mendengar suara erangannya sendiri. Entah mengapa Lalita begitu menikmati apa yang Lardo lakukan pada tubuhnya.
Lardo mengangkat tubuh lemas Lalita. Setelah membersihkan tubuh mereka berdua usai percintaan panas mereka, membaringkan Lalita ke atas ranjang setelah mengambil handuk besar untuk mengeringkan tubuh basah mereka. Lardo menjadikan tubuhnya sebagai penyangga dan meulai mengeringkan rambut basah Lalita. Sesekali Lardo mengecup pundak telanjang Lalita.
"Sir….!, aku tidak akan kuat
"Ha…ha…", tawa Lardo pecah, aku tidak setega itu sayang. "Bersiaplah!", kenanakan ini!, Lardo menyerahkan paperbeg. Lardo meninggalkan Lalita untuk berganti pakaian. Setelahnya aku tunggu di bawah, jangan lama jika kamu tidak ingin aku kembali ke atas dan mengurung diri kita berdua di dalam kamar sampai besok pagi. Lardo mengedipkan sebelah mata. Kembali tertawa melihat ekspresi bengong Lalita yang terlihat lucu.
TERIMA KASIH SUDAH BACA KARYA BERLI
MOHON VOTE DAN ULASANNYA YA
PLEASE..... PLEASE