webnovel

Permintaan maaf Kanaya

Sebenarnya Kanaya sangat takut untuk pergi kerumah orang tuanya angkatan bukan karna takut di usir. Kanaya hanya takut uma nya akan bertambah marah padanya dan bukanya tidak mungkin nya Kanaya tidak akan bisa bertemu dengan dengan kedua orang tua yang selama ini telah merawat dan membesarkan nya dengan penuh kasih sayang yang tulus.

"Sayang ku....., kenapa kau melamun saja dari tadi?" tanya Al yang bingung dengan sikap gadisnya itu.

"Aku hanya takut Uma dan bapak semangkin membenci ku." cicit Kanaya.

"Kau tidak perlu hawatir Sayang di dunia ini tidak ada satupun orang tua yang membenci anaknya walaupun kesalahan anaknya teramat besar. Mereka pasti memaafkan mu.. percayalah pada ku." ucap Al yang langsung mengambil kesempatan untuk memeluk Kanaya. Kananya yang memang sedang bingung pun memilih diam tidak menolah ataupun membalas pelukan hangat Al.

Sebenarnya tadi Aira sangat ingin ikut bersama mereka tapi tentunya karna keadaan nya belum begitu pilih Jalal tidak mengizinkan Aira untuk keluar rumah beberapa bulan kedelapan sampai Aira benar-benar pulih dan Arka pun juga mendukung ucapan Jalal bahkan Arka menawarkan ingin menjaga Aira 24 jam.

Jika diizinkan oleh Jalal sayangnya Jalal hanya mengizinkan Arkan beranda disamping Aira paling lama selama 5 jam saka karna Jalal tau Arkan masih sibuk dengan urusan kantor nya dan Rahma tentunya pasti akan menjaga anak kedua mereka dengan baik.

"Mama...., Kenapa Aira tidak boleh ikut Aurora dan Kak Al?" tanya Aira pada Rahma.

"Kamu belum pulih betul nak seperti apa yang telah dikatakan oleh papa dan Arka tadi kamu harus banyak istirahat agar lekas pulih dan membaik." ucap Rahma sambil membelai pelan rambut anaknya yang terlihat hitam legam sama seperti rambut nya yang sedikit bergelombang.

"Tapi Mama...., Aira kan hanya duduk dan tidak melakukan pekerjaan yang berat." protes Aira.

"Tetap tidak boleh nak, kau tau kan Mama hampir kehilangan alasan hidup karena meliat kondisi mu yang drop saat itu. Apakah Aira mengerti?" tanya Rahma.

"Iya Ma..., maafkan Aira yang sangat kerasa kepala ini, itu artinya mama telah memaafkan Papa?" tanya Aira.

"Hemmm..., sebenarnya...." ucap Rahma terpotong.

"Iya Istriku...., tolong maafkan aku.... aku tidak pernah menandatangani surat cerai itu bahkan aku telah merobek nya saat mengetahui itu adalah syarat cerai karena cinta sejati tidak akan pernah ada kata cerai." ucap Jalal yang tiba-tiba bicara entah datang dari mana.

"Iya aku akan memaafkan Papamu demi kebahagiaan mu nak." ucap Rahma yang langsung memeluk erat Aira.

"Terimakasih Mama...," ucap Aira sambil tersenyum cerah.

"Terimakasih putri Papa....," ucap Jalal yang langsung mengusap pelan pucuk kepala Aira. Aira langsung membalas ucapan ayahnya itu dengan mengedipkan sebelah matanya seolah anak 5 tahan yang sangat mengemaskan.

Arkan datang di waktu yang sangat tepatnya ini lah saatnya Aira meminta Arkan untuk mengejarnya jalan-jalan di taman sekitar komplek agar Mama dan Papanya bisa saling bicara dan hubungan mereka perlahan akan kembali membaik.

"Alhamdulilah Arkan sudah datang ayo kita jalan-jalan ke taman." ucap Aira dengan semangat.

"Assalamualaikum Om, Tante... maaf mengganggu...," ucap Arkan yang merasa datang di waktu yang kurang tepat.

"Waalaikumussalam nak, kau bisa membawa Aira jalan-jalan kan ingat kau harus menjaganya dengan baik." ucap Jalal yang melihat kesempatan untuk bicara berdua dengan Rahma.

"Tapi... nak. Aira...," ucap Rahma yang terpotong.

"Aira akan baik-baik saja jika bersama Arkan Ma.... boleh ya...," ucap Aira dengan mata yang berkaca-kaca.

Tentu nya Rahma tidak akan tega melihat putri nya sedih hanya karna persoalan kecil dan Rahma akhirnya terpaksa mengizinkan Aira untuk pergi jalan-jalan sebentar.

"Baiklah nak, Arkan tolong jagalah putri ku Aira dengan baik ya." ucap Rahma.

"Siap om, Tante.... Arka akan menjaga Aira dengan mempertaruhkan nyawa Arka." ucap Arkan dangan semangat.

Setelah Arkan dan Aira pergi meninggalkan tempat itu Rahma dan Jalal saja dan suasananya menjadi sangat canggung karna mereka memang jarang bicara karna semenjak 10 tahun terakhir ini.

"Istri ku..... apakah mungkin sekarang kau bisa memaafkan ku?" tanya Jalal dengan lembut.

"Maaf aku, aku akan melakukan semua ini hanya demi anak-anak." ucap Rahma dengan tegas.

"Apakah alasan mu itu asalkan kau masih menjadi istri ku..." ucap Jalal yang merasa sangat senang dan refleks memeluk tubuh Rahma yang semangkin cantik saja di usianya yang ke 35 tahun.

"Apa yang kau lakukan?..., bisakah kau sedikit menjauh aku..... rasa..... aku.....sedikit memerlukan waktu sendiri...," ucap Rahma dengan gugup.

"Aku tidak mau menunggu lagi..... aku sangat merindukan mu..., padahal aku selalu mentransfer uang untuk biaya kehidupan mu dan Ray tapi kau tidak pernah mengunakannya. Kau sangat mandiri dan perkerja keras istri ku....," ucap Jalal yang telah mendep hangat tubuh mungil istrinya yang sedikit berisi dan memiliki body hot mom.

"Tapi....., Aku....belum.... siap, aku takut akan kembali kehilangan dan dikecewakan." cicit Rahma dengan suara yang sangat pelan .

"Maafkan aku..., Aku berjanji tidak akan melakukan kesalah yang sama.... aku memang belum bisa menjadi suami yang baik dan papa yang baik untuk anak-anak kita tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik atas izin Allah aku akan menjaga kalian dengan nyawaku." ucap Jalal dengan tegas dan yakin.

Dilain tempat tepatnya dirumah Shopia Kanaya sedang mondar mandir di depan pekangan rumah oranga tua angkatnya itu bersama Al tentunya. Al hanya menatap pujaan hati itu dengan heran dan kemudian keluar dari mobil untuk menemani Kanaya yang sebelum menolak nya untuk ditemani.

"Sayangku..., kenapa kau malah mondar-mandir disini ayo kita masuk?" ucap Al yang menarik pelanggan tangan kanannya.

Tok tok tok....(suara Al mengetuk pintu)

"Assalamualaikum...," ucap Al dengan percayalah diri. Al masih terus menggenggam tangan Kanaya.

"Waalaikumussalam..." ucap Shopi yang membukakan pintu.

"Uma...." ucap Kanaya dengan mata berkaca-kaca.

"Rara..." ucap Shopia yang juga sepertinya merindukan Putri nya yang telah dirawatnya dari kecil itu.

"Uma...., Rara minta maaf....." ucap Kanaya sambil menunduk karna merasa sangat bersalah.

"Ayo masuk nak, kita bicara didalam." ucap Shopia.

Al langsung masuk bersama dengan Kanaya, bahkan Kanaya masih menggenggam tangan Al karna hal itu membuatnya nyaman dan sadar bahwa Al tetap berada disampingnya.

"Maaf bu saya Al, saya hanya ingin menggentarkan calon istri saya ini yang sangat merindukan Umanya dan merasa sangat bersalah pada ibu." ucap Al.

Al sengaja bersuara karna meliat Kanaya yang sedari tadi hanya diam dan menunduk sedangkan Shopia seperti terlalu ngengsi untuk mengakui bahwa dia sangat merindukan putrinya itu.

"Uma...., Rara minta maaf...." ucap Kanaya yang telah melepaskan genggaman tangannya pada Al dan bersimpuh di depan pempuan yang telah membesarkan dan merawatnya selama ini.

Rahma tidak kuasa menahan tangisnya dan kemudian memeluk putranya itu sambil berjongkok agar tinggi mereka sejajar.

"Maaf Uma... juga....nak... Uma hanya sedang emosi pada saat itu....," ucap Shopia menangis sambil memeluk Kanaya bengan penuh kasih sayang.

"Terimakasih Uma.... telah memaafkanku. Rara..... sangat merindukan Uma...." ucap Kanaya yang memeluk Umanya dengan erat sambil sesenggukan.

"Anak Bapak sudah pulang?" ucap Sopian yang baru pulang dari kebun.

"Bapak sehat...?" tanya Kanaya menghawatir kondisi bapak angkatnya itu yang terlihat sangat kelahan.

"Alhamdulilah sehat nak, kamu apakabar? eh bahwa... siapa nie...., udah gede masih aja cengeng gak malu dilihatin cowoknya." ucap Sopian dengan jail.

Kanaya seakan tersadar ke alam nyata ternyata benar Al sedang tersenyum manis pada kedua orang tua angkatnya.

"Dia...., cuma..." ucap Kanaya yang terpotong karna Al menyerobot.

"Perkenalan Pak, Buk saya calon suaminya Kanaya." ucap Al yang tersenyum manis.

"Wah.... benar-bener ni...., anak bapak baru ngilang beberapa minggu aja udah bawa calon mantu kerumah." ucap Sopian yang takjub pada putrinya.

Bismillahirrahmanirrahim tolong jangan lupa simpan keperpustakaan, komentar, review dan vote terimakasih.

Chesi_putricreators' thoughts
Nächstes Kapitel