webnovel

(13) Dua pria misterius.

APA," Papi Indra berteriak kaget, wajah nya memerah.

"Maaf pa, maaf pa," Indra beranjak dari ranjang nya, dan ia bersimpuh di depan Papi nya.

Hana tidak percaya bahwa Indra ternyata sangat takut pada Papi nya. Hana dapat melihat jelas dari aura wajah kedua orang tua itu, bahwa mereka seperti nya orang yang baik.

"Cepat lah keluar dari rumah sakit, biar Papi bisa cepat memberi pelajaran padamu. Dan kamu, antar kan saya menemui gadis yang di hamili oleh Indra,"

"Baik Om, kebetulan dia juga sedang di rawat disini," tutur Nara sopan.

Kedua orang tua itu keluar dari kamar Indra dengan wajah kecewa. Hana pun mengikuti nya. Namun, sebelum keluar kamar Hana melirik ke arah Indra, ia menjulur kan lidah nya mengejek. Dan itu membuat wajah Indra memerah. Andai saja orang tua nya tidak ada di sana, mungkin Indra sudah menghabisi gadis itu. Saat ini Indra benar- benar menyimpan dendam pada Hana.

Sesampai nya di kamar Nara di rawat, kedua orang tua itu menyapa sang Bibi dengan sopan.

"Hana siapa mereka?" Tanya sang Bibi.

"Mereka orang tua Indra Bi," jawab Hana lirih.

"Oh, silahkan duduk," sang Bibi mempersilahkan.

"Terima kasih. begini, maksud kedatangan kami kemari, kami minta maaf atas kesalahan putra kami Indra, dan kami juga bermaksud untuk bertanggung jawab pada putri ibu, mungkin kesalahan putra kami memang tidak layak untuk di maafkan, karna telah merusak masa depan putri ibu, tapi kami mohon berikan restu untuk mereka," tutur Papi Indra sopan.

"Baik Pak, Buk, mari kami satukan mereka. Karna ini jalan satu- satu nya yang terbaik untuk mereka,"

"Sekali lagi kami minta maaf,"

Sang Bibi mengangguk menanggapi.

"Apakah dia putri ibu?" Mami Indra mendekati Nara yang terbaring di ranjang.

"Benar,"

"Kamu gadis yang sangat cantik, maafkan Indra ya," tangan Mami Indra mengelus pucuk kepala Nara dengan lembut.

Nara mengangguk pelan, air mata nya tumpah, ia menangis. Wanita paruh baya yang sebentar lagi menyandang status sebagai mertua nya itu memeluk Nara.

______________________

"Bagaimana jika Minggu depan? Kita percepat saja pernikahan nya," kata seorang pria paruh baya.

Di suatu malam terlihat keluarga Indra datang di kediaman Nara. Mereka melamar gadis malang itu.

"Saya terserah bapak saja, lebih cepat lebih baik," jawab Mama Nara menyetujui saran papi Indra.

"Baiklah kalau begitu, kami pamit pulang dulu,"

Sepeninggal nya keluarga Indra, Nara memeluk sang Mama, ia menangis.

"Kenapa kamu menangis sayang?"

"Nara menangis sedih campur bahagia Ma,"

"Kenapa sayang?"

"Nara sedih karna Nara harus putus sekolah, tapi Nara juga bahagia karna Nara bakalan hidup bersama dengan orang yang Nara cinta,"

"Sabar ya sayang, inilah jalan hidup mu nak,"

"Iya ma,"

"Oh iya, Hana kemana? Kok dia gak ada dari tadi sore?" tanya sang Mama yang menyadari Hana belum pulang sedari sore.

"Hana kerja Ma," Nara asal jawab.

"Apa? Kerja?" sang Mama terkejut mendengar jawaban Nara, dan itu membuat Nara menutup mulut nya. Ia telah keceplosan memberi tau Mama nya soal pekerjaan Hana. Padahal ia sudah berjanji akan merahasiakan semua itu.

"A_ itu_ itu Ma," Nara gelagapan.

"Cepat jelaskan sama Mama,"

"Maaf Ma, Nara mohon ya, jangan beri tau Bibi sama paman, kasian dia. Jangan marahin dia ya Ma, dia cuma pengen mandiri aja,"

"Heeem pantesan selama ini dia gak pernah menerima uang jajan dari Mama, Mama gak menyadari nya selama ini. Dimana dia bekerja? Kerja apa dia?"

"Di toserba Ma, di sebuah toko. Ma janji ya, jangan marahin dia, jangan beri tau Bibi sama paman juga," Nara kembali memohon.

"Baiklah Mama tidak akan memberi tau Bibi dan Paman mu, tapi bagaimana dengan sekolah nya?"

"Dia pintar kok Ma, kerja paruh waktu tidak akan mengganggu sekolah nya. Dia anak yang rajin Ma,"

"Nanti pas dia pulang Mama akan nyuruh dia berhenti berkerja, apapun yang terjadi,"

Se usai marah- marah, sang Mama pergi ke dapur. sedang kan Nara bergegas mengirim pesan pada Hana.

[Han, maaf, ampunilah dosaku, kumohon ya. aku salah padamu,] begitulah isi pesan Nara.

[Apa yang terjadi Ra? Kenapa kamu Sampek segitu nya?] Balasan pesan dari Hana.

[Aku keceplosan memberi tau Mama soal pekerjaan mu, maafkan aku, i'am sorry, Mianhae, Gengo de na shazai, Ana asif] Nara mengirim pesan, dengan permintaan maaf dari beberapa bahasa, membuat isi pesan itu terlihat konyol.

[Bagaimana respon Bibi?] tanya Hana.

[Mama marah Han, maaf Han, nanti kalo misal nya Mama marah, gak usah di dengerin ya, maklumi aja ya,]

[Iya, gak apa- apa kok Ra, kamu tenang aja]

[Makasih Han, i love you,]

Melihat pesan terakhir Nara, membuat Hana tersenyum.

______________________

Setelah selesai dari Sif nya, Hana bergegas pulang. Dia mempersiap kan mental nya untuk menerima omelan dari sang Bibi tercinta.

Setelah keluar dari toserba, perasaan itu muncul lagi. seperti ada seseorang yang sedang mengikuti nya.

Ia mempercepat langkah nya. Namun, perasaan nya semakin tak nyaman.

Ia mencoba mencari jalan lain, yang biasa nya ke arah kanan, ia mengambil arah kiri.

Semakin ia jauh melangkah, semakin ia merasa kebingungan. Jalanan itu tampak semakin sepi dan gelap. bulu kuduk nya mulai berdiri.

"Toloooong, jangan bunuh saya, toloooong," ia mendengar seseorang meminta tolong dari kejauhan.

Hana melangkah mencari sumber suara itu. Sampai pada akhir nya ia melihat dengan kepala mata nya sendiri, sebuah mahluk aneh seperti sedang menghirup sesuatu dari mulut seorang gadis yang di perkirakan ber usia awal dua puluhan.

Gadis itu terlihat semakin memucat dan lemas, dan lama kelamaan gadis tersebut jatuh lunglai ke tanah.

Hana terperanjat melihat nya, apakah gadis itu mati? Hana gemetaran.

Dada Hana terasa sesak saat mahluk itu menyadari kehadiran nya. Hana mengumpulkan kekuatan dan berlari sekuat tenaga yang ia punya.

Namun, tiba- tiba mahluk itu sudah berdiri di depan nya, Hana berteriak ketakutan.

Ia dapat melihat mahluk yang mirip seperti manusia, tapi di seluruh tubuh nya di tumbuhi bulu- bulu lebat, mata nya merah, taring nya panjang, dan kuku- kuku yang sangat tajam terlihat jelas di depan mata Hana.

"Aaaaaaaa tidak, tiiidaaaak,"

Mahluk itu menarik rambut Hana, menyeret nya dengan kasar dan melempar tubuh Hana ke udara, yang kemudian terjatuh, dan terhempas ke tanah.

Hana memuntahkan darah segar dari mulut nya, kemudian ia tak sadarkan diri.

Mahluk aneh itu menyeringai, tiba- tiba wujud nya berubah menjadi seorang pria muda yang tampan.

"Maaf, seperti nya aku harus menghabisimu." Kata- kata mengerikan itu keluar dari mulut nya.

"Kau tidak akan bisa membunuh nya, selama aku masih hidup!" Seorang pria muda tampan lain tiba- tiba muncul.

"Akhir nya kamu muncul juga, sudah lama aku menunggu mu kakak, bersiaplah untuk menemui ajalmu,"

kedua mata merah itu bertemu dengan tatapan sama- sama menakut kan.

Bersambung...

Nächstes Kapitel