"Waktu berburu berjalan selama satu bulan, waktu ini ditambah menjadi dua kali lipat oleh Ayah saat mengetahui para Siluman menyerang desa bahkan kota di Kekaisaran Yang." Han Xiao berkata dengan sedikit malas, dia ingin bersantai di Istana Kekaisaran dengan Ren Yanyu dan Ne Zha tapi tidak bisa karena harus membantai para siluman.
"Setidaknya itu akan mempermudah jalan kita nanti," balas Ne Zha seraya menyesap teh miliknya.
Kini Han Xiao dan Ne Zha berada di penginapan tempat Han Xiao bertemu dengan Ren Yanyu dan Bing Xing.
"Ya, aku sebenarnya tidak terlalu ingin bercampur tangan tentang dunia ini, tapi..." Han Xiao menggantung perkataanya.
"Tapi setelah banyak hal yang kau lalui disini membuatmu berpikir lebih baik hidup di dunia ini, kau merasakan apa yang tidak kau rasakan di dunia sebelumnya," kata Ne Zha melanjutkan perkataan Han Xiao, dan itu memang tepat dengan apa yang ada di kepala Han Xiao.
Pemuda riang itu menatap kearah jendela dengan segelas teh pada tangannya.
"Setelah dipikir, hidup di dunia ini tidak begitu mengerikan. Berbekal ilmu pengetahuan dari Harimau Suci dan peninggalan mereka, walau harus kita ambil sendiri peninggalan tersebut. Aku merasa senang.
Di dunia ini aku merasakan sebuah kasih sayang orang tua yang belum pernah kurasakan, rasa diberi perhatian lebih oleh seorang kakak." Han Xiao tersenyum saat mengingat Kaisar Yang Qian dan Yang Shui yang sangat perhatian padanya.
"Dan aku menemukan sosok yang telah meninggalkan kita." Sampai disini suara Han Xiao menjadi sangat rendah, terdengar sedih jika diperhatikan.
Ne Zha juga terdiam, dia memiliki pemikiran yang sama seperti Han Xiao, walaupun Patriark Hong melakukannya sebagai alat tapi tidak bisa dipungkiri bahwa orang tua itu menyayanginya dengan tulus. Karena dia hidup di dunia sebelumnya yang tidak mengenal rasa percaya selain pada Han Xiao dia selalu memiliki pikiran dan penilaian buruk pada Patriark Hong.
Belum lagi sosok yang barusaja dia temui, sosok gadis kecil yang sangat dia rindukan setiap malam, sosok gadis kecil yang membuat dia menjadi Penguasa di dunia sebelumnya dan mengamuk hingga menghancurkan orang-orang yang menghilangkan sosok tersebut.
"Dia hanya mirip," ucap Ne Zha singkat.
"Ya mungkin hanya mirip, tapi jika kau mengenalnya lebih dekat. Bukan hanya wajahnya yang mirip, tapi sifatnya, prilakunya. Belum lagi hal yang sangat spesial yang aku rindui darinya, sepotong kue buatannya sangat sama dengan rasa buatan Leyra." Han Xiao tanpa sadar mengalirkan air matanya.
Sosok Leyra, adik dari Ne Zha terbayang di kepalanya, Leyra sangat mirip dengan Ren Yanyu.
Dulu ketika Ren Yanyu membuatkan kue untuknya, ketika menyicipi kue tersebut, Han Xiao menahan tangisnya ketika merasakan rasa yang hilang sejak lama.
"Jangan memancing itu Han! Leyra sudah tiada!" Ne Zha tiba-tiba membentak Han Xiao.
"Ya, itu memang benar. Leyra sudah tiada, tapi apakah kau percaya sebuah reinkarnasi? Di dunia ini aku mau tidak mau mempercayainya, kita bahkan bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan di dunia sebelumnya.
Kultivasi? Di dunia kita dulu itu hanya sebuah cerita fantasy, kekuatan mengendalikan elemen? Mengendalikan binatang? Kita hanya bisa mendapatkannya di sebuah film. Tentu itu hanya editan belaka.
Semua hal mustahil bisa terjadi disini, walau kau tidak percaya tapi aku ingin percaya pada Reinkarnasi," ucap Han Xiao panjang lebar.
"Aku merasakan perasaan yang dekat dengan Ren Yanyu, seolah itu memang orang terdekatku. Aku tidak mengetahuinya tapi aku yakin hatimu berkata seperti itu. Ingat Zha, hati tidak akan bisa berbohong." Han Xiao menutup ucapannya dengan mengelap airmata yang menetes pada pipinya, senyumnya kembali mengembang riang seperti sebelumnya.
Ne Zha hanya terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Biasanya dia yang akan menceramahi Han Xiao, tapi kini malah terbalik.
Semua yang dikatakan oleh Han Xiao sungguh bagai petir di siang bolong padanya, saat dia pertama kali bertemu dengan Ren Yanyu hal yang pertama dia tahan adalah air matanya.
Dia menutupi hatinya yang menangis dan menjerit melihat sosok yang sama persis dengan adik yang sangat dia sayangi, adiknya yang telah meninggal beberapa tahun silam. Kini sosok adik itu kembali hadir, di dunia lain dengan nama lain.
Bohong jika dia tidak mempercayai kata-kata Han Xiao, pemuda riang itu adalah orang yang dia percayai dengan mutlak, bahkan di dunia sebelumnya dia lebih percaya pada Han Xiao dibandingkan dengan orang tuanya. Begitupula dengan Han Xiao yang sangat percaya pada Ne Zha.
Saat Han Xiao mengetuk tentang kue dia ingin meledak marah, dia sungguh tidak ingin ada orang lain yang menggantikan sosok adiknya, tapi hati sekali lagi berkata lain. Pemuda itu ingin merasakan kue buatan adiknya yang telah kama tidak dia rasakan.
"Reinkarnasi?" gumam Ne Zha pelan setelah melihat Han Xiao tertidur dengan posisi duduk dan kepala yang mengadah keatas langit-lagit kamar.
Ne Zha ingin percaya pada hal bernama Reinkarnasi tersebut, melihat sosok adik yang telah lama hilang membuat dia ingin percaya pada hal tersebut.
"Aku harus memastikan bahwa itu Leyra atau bukan, jikapun bukan..." Ne Zha mengarahkan pandangannya pada jendela luar.
"Aku akan menerimanya dan menjaganya dengan baik sebagai bentuk permintaan maaf padamu Ley," lanjutnya dengan sangat pelan, air matapun tidak bisa dia tahan.
Kenangan lama tentang bagaimana Leyra terbunuh tepat dihadapannya dan Han Xiao selalu membayangi mereka berdua, gadis kecil itu harus terlibat dalam masalah karena mereka berdua yang mengakibatkan kematian gadis kecil itu.
Ne Zha dan Han Xiao selalu menyalahkan diri mereka, mereka melakukan balas dendam bukan hanya untuk membalaskan rasa semata, mereka ingin mendapatkan rasa tenang karena terbunuhnya Leyra oleh orang-orang sialan itu.
"Abang Haaan," suara yang diiringi ketukan pintu terdengar di telinga Ne Zha.
Pemuda itu tersadar dari lamunannya dan menghapus jejak air matanya, segera bergegas berjalan dan membuka pimtu.
Sosok gadis kecil berambut emas sedang tersenyum kearah Ne Zha.
"Kemana Abang Han?" tanya Ren Yanyu.
"Dia sedang tertidur," jawab Ne Zha lembut.
"Aku membuatkan kue untuk Abang Han dan Abang Zha, makan yah." Ren Yanyu memberikan piring yang ada di tangannya lalu tersenyum lebar.
Ne Zha mematung melihat kue yang ada pada piring tersebut.
"Abang Zhaa?" Ren Yanyu melambaikan tangannya.
Ne Zha tersadar, "Ah ya ada apa?"
"Makan kue nya yah! Aku akan beristirahat, dadah." Ren Yanyu berkata sebelum pergi dan melambaikan tangannya.
Ne Zha menutup kembali pintu setelah gadis kecil itu pergi hilang dari pandangannya.