webnovel

Bab68. Sebuah cerita?

Ne Zha sudah mendapatkan tenaga untuk berdiri sehingga dia segera bangkit dari pangkuan Su Lihwa, dia merasa nyaman namun canggung, sebuah rasa yang menyeruak dalam dadanya membuat dia kebingungan.

Wajah Su Lihwa yang memerah kini kembali normal saat Ne Zha sudah tidak berada dalam pangkuannya lagi.

Mereka berlima segera pergi menuju rumah Kepala Desa, tidak banyak percakapan setelah Ne Zha menghabisi Raja Siluman. Wu Long yang hanya diam dan tidak berbicara karena masih terkejut dengan kekuatan yang dimiliki oleh Ne Zha. Sedangkan Xia Shiva tidak memiliki lawan bicara sehingga memilih diam, beberapa kali gadis itu mengajak Wu Long untuk mengobrol rapi berujung dengan sebuah keheningan, yang bisa dilakukan gadis itu sekarang hanya mengigit makanan-makanan yang ada di tangannya.

Dengan kecepatan mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah kepala desa, ketika mereka berempat sampai disana mereka disambut sangat hangat oleh Kepala Desa, bahkan kepala desa sampai sujud kepada Ne Zha.

"Terimakasih sudah menyelamatkan desa kami pendekar muda!" seru Kepala Desa dengan penuh syukur, jika saja Xia Shiva dan kelompoknya tidak datang besar kemungkinan Desa ini akan hancur.

Ne Zha mengangkat kepala Desa agar tidak terus bersujud, bagaimanapun Kepala Desa lebih tua darinya, walau secara status Ne Zha lebih tinggi tapi pemuda itu tidak merasa nyaman.

"Kemana Han Xiao?" tanya Xia Shiva.

"Han Xiao?" mulut Kepala Desa bergetar keras, tentu dia mengetahui siapa itu Han Xiao. Pangeran ketiga Kekaisaran Yang!

"Ya pemuda riang yang menonton pertarungan dari lantai dua rumahmu," terang Xia Shiva.

Kepala Desa yang tadinya sudah berdiri kini ambruk dengan lutut sebagai topangan, walaupun dia mengetahui Han Xiao tapi itu sebatas nama, dia belum pernah melihat sosok Han Xiao dengan mata kepalanya sendiri.

"Tenanglah, aku ingin tahu kemana dia sekarang," ucap Xia Shiva.

Kepala Desa mengatakan bahwa Han Xiao berada di salah satu kamarnya bersama wanita yang datang ditengah pertarungan, pemuda itu mengatakan ingin beristirahat setelah berteriak kesakitan dengan sangat parau.

Tidak ada yang mengganggu pemuda itu disana, itu karena disekitar kamar tempat pemuda itu beristirahat mengeluarkan aura yang membuat Kepala Desa takut dan memberikan nafsu binatang serta nafsu membunuh. Jika saja Kepala Desa diam lebih lama kemungkinan dia akan terbawa oleh aura tersebut.

"Anak ceroboh," desis Ne Zha.

"Biarkan dia beristirahat, jangan ada yang mendekati kamarnya," kata Ne Zha.

Kepala Desa mengangguk, dia bukan orang bodoh yang akan membantah perkataan Ne Zha, melihat kekuatan pemuda itu dengan mata kepalanya sendiri tentu membuat Kepala Desa ketakutan. Hanya butuh mengangkat jari telunjuk untuk Ne Zha membunuhnya, tidak bukan jari telunjuk sudah cukup bagi Ne Zha menggerakan jari kelingking nya.

"Apakah Pendekar muda serta Tuan Putri dan lainnya bersedia istirahat di tempat hamba yang sangat sederhana ini? Hari sudah larut juga kalian telah bertarung pasti itu melelahkan," tawar Kepala Desa.

Ne Zha mengangguk ringan, dia tidak peduli dengan kondisi tempat tidur seperti apapun, dia bahkan sering tidur di jalanan dengan Han Xiao saat di dunia sebelumnya karena kejaran dari para Mafia yang menginginkan nyawa mereka.

Xia Shiva yang mulai beradaptasi dengan dunia luar juga menerima tawaran dari Kepala Desa, setidaknya rumah ini lebih baik daripada tidur beratapkan langin di hutan.

Kepala Desa mengantar mereka menuju kamar, rumahnya cukup besar untuk ditinggali oleh keluarga kecilnya yang hanya berisikan tiga orang, sedangkan rumah ini memiliki enam kamar, satu kamar diisi olehnya dengan anak dan istrinya, satunya lagi ada Han Xiao dan Nuren Yexing.

Kini tersisa empat kamar, sangat pas untuk mereka masing-masing satu kamar.

Xia Shiva langsung ambruk tertidur saat melihat kasur, Wu Long tidak langsung tertidur. Biksu muda itu membaca sutra untuk menenangkan dirinya.

***

Ne Zha kini tengah melamun menatap langit-langit kamar, pikirannya berkeliaran kemana-mana. Dia mengingat masalalunya, hidup yang liar dan bebas. Tidak ada peraturan yang bisa membatasi dirinya.

Saat Ne Zha sedang melamun tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar, pemuda itu bingung siapa yang mengetuknya di tengah malam begini.

"Apakah Han Xiao?" Dia berpikir otu tidak mungkin, bocah tengil itu mungkin masih bergelut dengan Nuren Yexing untuk memurnikan Esensi Darah dan Qi yang masuk dalam jumlah besar pada tubuhnya.

"Zha, ini aku," suara indah dan lembut terdengar diluar.

Ne Zha menaikan alisnya saat mendengar suara itu, dia mengetahui jelas suara tersebut, itu adalah Su Lihwa.

"Masuklah," ucap Ne Zha.

Pintu terbuka lalu menampilkan sosok yang berapi-api disana, Su Lihwa kini sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai. Sebuah hanfu ringan berwarna merah menyala.

Gadis itu duduk di pinggiran kasur Ne Zha.

"Aku tidak bisa tidur," kata Su Lihwa.

"Kenapa?"

Su Lihwa menggelengkan kepalanya, dia tiba-tiba bergerak dan tidur disamping Ne Zha. Pemuda itu terkejut bukan main saat Su Lihwa tidur disampingnya dan menaruh kepala diatas dadanya.

"Ini nyaman, biarkan aku begini sebentar saja," ucap Su Lihwa dengan nada memohon.

Ne Zha menatap Su Lihwa yang tengah memeluknya dengan lembut dan berbaring nyaman di dadanya, sungguh dia tidak pernah seperti ini, napas pemuda itu sedikit tidak beraturan tetapi dia berusaha sekuat mungkin untuk mengaturnya.

Mata hitam pemuda itu kini memfokuskan lagi pada langit-langit kamar, pikirannya kembali berselancar di lautan ingatan lampaunya. Tiba-tiba teringat, dia belum pernah merasakan hal seperti saat ini dengan gadis manapun selain adiknya.

Sudut mulut Ne Zha terangkat untuk tersenyum ketika teringat adiknya yang penakut.

"Kau ingin mendengar sebuah cerita?" kata Ne Zha secara tiba-tiba.

Su Lihwa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Ne Zha, "Sebuah cerita?" Matanya kini menatap wajah Ne Zha yang sedang menghadap keatas.

Pemuda itu mengangguk mengiyakan. Su Lihwa tersenyum lalu dia mengatakan ingin mendengarnya.

"Mulai dari mana ya? Ah begini saja, saat itu ada seorang pemuda yang membawa mainan laba-laba besar di tangannya yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya, dia datang menghampiri seorang gadis kecil dan secara tiba-tiba menempelkan mainan itu ke tubuh sanga gadis.

Pada mainan itu sudah dia lapisi lem hingga laba-laba itu menempel erat pada baju sang gadis.

Gadis itu berteriak histeris berlarian kesana kemari, hingga saat dia bertemu sang kakak dia terjatuh dan pingsan." Ne Zha teringat kilasan tentang adiknya yang dijahili oleh Han Xiao, saat itu adiknya sampai tidak mau lepas darinya hingga tidur pun harus dia temani. Seperti saat ini. Adik perempuan Ne Zha menempel persis seperti yang dilakukan Su Lihwa.

Nächstes Kapitel