webnovel

Bab43. Gadis berjubah putih

"Aku tidak bisa melakukan itu pada mereka." Han Xiao menatap pintu kamar Su Lihwa dan Xia Shiva berada.

Aura negatif dalam tubuhnya keluar semakin banyak, dia sudah sangat kesakitan mengalami hal tersebut, tapi sakit ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan apabyang terjadi saat itu.

Han Xiao melompati jendela untuk keluar dari penginapan kecil tersebut, hembusan angin meniup wajah Han Xiao membuat rambut pemuda tersebut cukup berantakan. Han Xiao berlari menuju sembarang arah.

Saat ini yang ada dalam pikiran Han Xiao adalah menjauh sejauh mungkin dari Desa tadi, dia tidak ingin melibatkan Desa tersebut. Dalam gelapnya malam dinginnya sinar bulan pemuda berambut hitam legam serta berparas tampan itu berlari sekuat tenaga, aura negatif semakin banyak keluar dari tubuhnya perlahan membuat permukaan kulit pemuda itu mengeras hingga vena darahnya menonjol. Matanya mulai memerah saat dia terus berlari menuju hutan.

Langkah Han Xiao terhenti ketika dia merasakan sebuah Aura Kultivator disekitarnya, keadaan Han Xiao saat ini sedikit mengerikan karena matanya yang memerah seperti habis oleh darah.

"Siapa disana?" Sebuah seruan terngiang dikepala Han Xiao, itu adalah suara perempuan!

Han Xiao segera berlari menuju arah asal suara tersebut.

"Kau... kenapa?" Seorang gadis yang memiliki bentuk wajah oval serta lesung pipi yang cukup dalam terkejut saat melihat kondisi Han Xiao. Gadis itu mengenakan pakaian putih serta payung yang terlipat di tangannya.

Kesadaran Han Xiao sedikit membaik, dia juga terkejut melihat gadis berpakaian putih yang sangat cantik tersebut, pemuda itu segera memberi tanda melambaikan tangannya.

"Sebaiknya kau pergi jauh dariku, aku tidak tahan menahan ini terlalu lama! Cepat pergilah!" pekik Han Xiao.

Gadis berpakaian putih itu bingung melihat tingkah Han Xiao yang seolah sedang kerasukan, dia melangkahkan kakinya mendekati Han Xiao. Tetapi Han Xiao segera mundur untuk menjauh dari gadis tersebut.

"Aura negatif," batin gadis itu terkejut. "Juga bukan hanya itu, Aura juga membawa Aura Kehancuran!"

Gadis itu terkejut saat merasakan Aura yang keluar dari Han Xiao.

"Sebaiknya kau pergi jauh dari sini." Han Xiao berteriak lalu bergegas menjauh dari gadis tersebut, dia tidak ingin menjadikan gadis itu korbannya. Maka dari itu dia segera menjauh ketika dia masih bisa mengendalikan sedikit kesadarannya.

Melihat Han Xiao yang perlahan menjauh dan hilang di dalam gelapnya malam serta rimbunan pohon hutan.

"Siapa pemuda ini? Kenapa tidak asing?" Gadis itu bergumam seraya menggenggam erat payung di tangannya. "Ah siapa peduli, aku harus bertemu Guru secepatnya."

Dalam hembusan napas gadis itu juga menghilang dari tempat tadi dia bertemu dengan Han Xiao.

***

"Sial dimana aku mencari wanita di hutan gelap ini!" Han Xiao menggerutu kesal.

Ketika Han Xiao terus melanjutkan larinya dia mendengar sebuah pertarungan tak jauh dari lokasinya saat ini, segera pemuda itu mengubah arahnya pada tempat yang ada pertempuran tersebut.

"Sepertinya memang benar, Paviliun Bunga Malam milikmu itu hanya untuk tempat para pelacur hahahaha... kau sama sekali tidak pantas untuk berkultivasi dan hidup di dunia Kultivator yang kejam!" Seorang gadis berpakaian ungu melemparkan cemeti nya berkali-kali pada seorang gadis lainnya yang sedang terbaring di tanah dengan penuh luka di sekujur tubuhnya.

"Ini target yang sempurna," batin Han Xiao senang.

Han Xiao sangat tidak suka melihat seseorang yang menindas dan mengejek seperti gadis berpakaian ungu tersebut, dia mengarahkan pandangannya pada gadis berpakaian ungu itu untuk menjadi korban Aura Negatif nya.

Tiba-tiba gadis berpakaian ungu itu menghentikan serangan Cemeti nya lalu mendadak ketakutan, dia merasa seperti sedang diawasi oleh hal yang sangat mengerikan.

Melihat gadis berpakaian ungu itu menghentikan serangannya gadis yang tergeletak di tanah itu menghela napas lega, dia sudah tidak kuat untuk menahan serangan gadis berpakaian ungu itu. Setidaknya dia tidak di pukul itu sudah cukup.

Aura Negatif segera memenuhi disekitar gadis berpakaian ungu tersebut, dia merasa gatal disekujur tubuhnya juga dia merasakan sedikit kehilangan kesadarannya karena dikuasai oleh nafsu binatang. Han Xiao berlari dengan cepat dan meraih pinggang gadis berpakaian ungu tersebut.

"Ka... kau si... siapa!" Gadis itu sangat terkejut atas kedatangan Han Xiao yang mendadak, dia ingin menyerang Han Xiao karena tiba-tiba pemuda itu menaruh lengannya di setiap jengkal tubuhnya seperti ular. Tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk menyerang karena efek dari Aura Negatif yang keluar dengan deras dari tubuh Han Xiao.

"Tidak penting siapa aku, sekarang kau adalah mangsaku." Han Xiao tertawa kecil di telinga gadis tersebut.

Tiba-tiba gadis itu merasakan sakit dibagian bawahnya, dia terbawa oleh nafsu binatangnya sehingga dia secara tidak sadar bermain dengan Han Xiao.

Gadis yang dipukuli oleh gadis berpakaian ungu itu kebingungan, ada sekumpulan asap hitam yang dipenuhi dengan Aura Negatif memenuhi tempat tadi gadis berpakaian ungu berdiri. Gadis itu tidak tahu apa yang terjadi didalam asap tersebut tapi dia mendengarkan suara rintihan seperti yang dia dengar jika berada di Paviliun Bunga Malam.

"Siapa yang melakukan itu padanya?" Sesungguhnya dia sangat penasaran tapi saat dia mencoba untuk mendekat, Aura Negatif segera menyerangnya. Gadis itu segera tersentak mundur menjauh daru asap hitam tersebut.

"Siapa peduli! Dia hampir membunuhku! Makan saja itu gadis sialan!" Gadis tersebut segera mengambil arah untuk melarikan diri.

***

Sinar matahari mulai menaungi rerimbunan pohon di hutan, suara binatang malam sudah tiada dan juga suasana mengerikan di dalam hutan mulai berangsur menghilang.

Ketika sinar matahari menyinari wajah pemuda yang sedang dudul bersila di tanah, pemuda itu mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum membuka dengan jelas matanya.

"Tidak ada Siluman yang menyerang karena Aura Negatif milikku." Pemuda itu menghela napas lega saat ini dia sudah memiliki kontro penuh atas kesadarannya. Dia adalah Han Xiao yang dipenuhi oleh Aura Negatif semalam.

Han Xiao mengalihkan pandangannya ke samping, disana terdapat seorang gadi yang sedang tertidur di tanah tanpa pakaian sehelaipun.

"Dia sangat kuat untuk bermain lama denganku," gumam Han Xiao seraya tertawa kecil.

Dia berjalan mendekati robekan pakaian berwarna ungu yang tak jauh darinya, dia menemukan sebuah tas kecil diantara robekan pakaian tersebut.

"Tas Spasial? Dia sepertinya bukan Kultivator acak karena memiliki Tas Spasial padanya." Han Xiao terkejut karena hanya beberapa murid dari sekte menengah dan besar yang akan memiliki Tas Spasial pribadi. Tas Spasial sama dengan Cincin Spasial untuk menaruh barang hanya saja Cincin Spasial lebih praktis dan ruang penyimpannya juga lebih besar dari Tas Spasial.

Juga Tas Spasial tidak membutuhkan kepemilikan darah untuk mengambil apa yang ada di dalamnya, sedangkan Cincin Spasial harus menggunakan kepemilikan darah untuk membuka ruang penyimpanan didalamnya.

Han Xiao mendapatkan pakaian ungu lainnya di dalam Tas Spasial, tanpa sadar dia berguman, "Sepertinya semalam aku kasar padanya hingga pakaiannya habis."

Pemuda itu segera mendekati gadis yang tertidur itu. Han Xiao memakaikan jubah ungu yang didapatkannya pada gadis tersebut. Gadis itu tidak terbangun saat Han Xiao memasangkan pakaiannya. Bahkan tidak bergeming sedikitpun.

"Setidaknya aku harus memberi konpensasi padanya, walaupun tindakannya pada gadis semalam sangat kejam tapi aku lebih kejam mengambil kesuciannya." Han Xiao segera mengambil sebuah senjata di dalam Cincin Spasialnya, ini adalah sebuah Cemeti berwarna merah darah. Tadinya dia ingin memberikan ini pada Su Lihwa tetapi dia melihat bahwa gadis ini menggunakan Cemeti untuk bertarung sedangkan Su Lihwa menggunakan Pisau dan Pedang untuk bertarung.

Setelah menuliskan beberapa kata untuk penggunaan Cemeti dan memberitahu nama Cemeti tersebut Han Xiao pergi tanpa khawatir.

"Gadis itu Kultivator, hanya dengan aura yang terpancar darinya saja binatang biasa akan takut padanya. Kecuali Binatang Iblis tingkat 5," gumam Han Xiao lalu berlari menuju arah Desa.

Nächstes Kapitel