webnovel

Menunggu Ujian Masuk

"Lelahnya hari ini Felso" Sebuah kata yang dibalut dengan senyuman tampak dari wajahnya, sambil merebahkan badannya dia pun melihat ke arah langit yang begitu cerah, dengan berkata kepada diriku untuk menyampaikan pesan bahwa hari ini cukup sampai di sini saja.

"Kamu sudah berusaha dengan keras Mielda" Ucapku yang saat itu memandang wajahnya, dan ku lihat betapa senang dan bahagia nya dirinya karena terlihat bisa untuk melatih kemampuan sihirnya, menguasai sihir tingkat satu sebelum masuk ujian merupakan sebuah hal yang cukup bagus, di mana rata-rata setiap orang hanya bisa menguasai sihir dasar, dan untuk ke tingkat lanjut membutuhkan perjuangan yang lebih.

Mielda merupakan seorang yang sangat berbakat, dengan kemampuannya saat ini, aku pun bisa yakin, jika dirinya bisa untuk menjadi penyihir bintang lima suatu hari nanti, di dunia ini sihir terbagi menjadi beberapa bagian, penyihir tingkat dasar, penyihir bintang satu hingga bintang lima, penyihir profesional, dan penyihir legenda, di mana tingkatan profesional dan penyihir legenda adalah sebuah gelar yang di dapatkan ketika mereka sudah bisa menguasai sihir bintang lima, dan sangat jarang orang-orang bisa mendapatkan gelar bahkan untuk tingkat profesional.

Sebab hanya ada beberapa orang saja yang berhasil mencapai penyihir bintang lima, dan hanya ada lima orang yang menjadi penyihir legenda sepanjang sejarah, mereka penyihir terbaik sepanjang masa hingga saat ini.

Kemudian aku pun dan juga Mielda pulang kerumah kami masing-masing di mana Mielda dan aku sudah cukup lelah untuk hari ini, meskipun mana dan stamina ku sebenarnya masih sangat banyak karena aku tidak begitu menggunakan banyak mana dan stamina saat aku menggunakan sihir pemanggilan hanya memakan sedikit sekali mana yang ku punya.

Membuat ku bisa dengan sangat bebas untuk melakukan berbagai macam gerakan yang sangat fleksibel dan oleh sebab itu lah diriku masih mampu untuk bisa mengeluar kan banyak kemampuan, namun aku harus berlatih cepat untuk bisa menguasai sihir pemanggilan bintang dua ke atas, sebab aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi ke depannya nanti.

"Hei Punsi sepertinya dirimu sudah memiliki banyak stamina dan juga mana ya, di banding saat pertama kali keluar dari duniamu" Ucapku yang sambil tersenyum ke arahnya, sebab jika ku pikir-pikir lagi Punsi memang sudah sangat berbeda dan memiliki kemampuan yang sudah lebih baik di bandingkan saat pertama dirinya keluar dari dunia mereka.

"Tentu saja, sekarang aku bisa lebih leluasa berada di sini, karena sepertinya aku sudah bisa menyesuaikan dengan keadaan dan di tambah lagi aku memiliki kemampuan menyerap energi dari alam dan aku pun bisa menyembuhkan baik keadaan fisik maupun mana seseorang, itulah kelebihan yang kumiliki hahaha" Ucap nya yang menjelaskan kepada diriku, sebab bila aku melihatnya, memang dia bukanlah makhluk tipe petarung, namun kemampuan nya benar – benar sangat spesial dan bisa di andalkan.

Aku pun berjalan perlahan ke rumah, di tengah jalan aku pun bertemu dengan anak-anak nakal yang dahulu suka sekali menjahili diriku, aku pun tidak menyapa mereka karena bagiku mereka tidak begitu penting dan hanya pengganggu saja.

Namun mereka sepertinya tidak terima karena aku acuhkan, mereka pun meneriaki diriku "Hei kamu yang hanya di lindungi oleh seorang perempuan, sombong sekali lewat di dekat kami tidak menyapa" Ucap mereka yang mencoba membuat sebuah pertikaian dengan ku, aku pun tidak meladeni kata-kata mereka, karena bagi diriku mereka seperti sebuah sampah yang tidak memiliki arti sama sekali, hanya membuang waktu dan juga tenaga bila aku meladeni mereka semua.

Aku pun tetap berjalan dengan santai nya, pulang menuju ke rumah ku, dan dari belakang mereka pun mengeluarkan sebuah sihir, mencoba memamerkan kemampuan yang mereka miliki, dan entah kenapa tiba – tiba saja makhluk sihir yang sebelumnya ku panggil langsung keluar untuk melindungi diriku, dan saat itu juga menahan sebuah sihir yang keluar dari anak-anak nakal tersebut.

Di mana mereka mengeluarkan sebuah sihir tanah dari tangannya, sepertinya orang-oarang ini memiliki potensi sihir yang cukup bagus di mana diri mereka berhasil menguasai sihir bintang satu dan sudah bisa melebihi sihir dasar, namun sihir seperti itu tidak terlalu memberikan efek terhadap makhluk sihir yang aku miliki.

"Kamu tidak apa-apa" Ucapku kepada makhluk tersebut.

"Panggil aku Golra" Ucapnya yang ingin diriku memberikan nama kepada dirinya.

"Baiklah Golra" Aku yang menyetujui untuk memanggilnya dengan sebutan yang dia inginkan.

Karena Golra sudah menyesuaikan bentuk fisik dengan ukuran seperti manusia normal, namun kekuatannya tidak berkurang dari bentuk aslinya, sehingga membuat kaget orang-orang yang mencoba untuk menjahili diriku.

"Ma Ma Makhluk apa itu… ?" Ucap salah seorang di antara mereka yang ketakutan karena tidak bisa menyentuh diriku dengan sihir mereka, itu merupakan sihir yang sangat berbahaya bila aku terkena sedikit saja, untung saja Golra datang tepat waktu.

"Apa kita bunuh mereka semua tuan ?" Golra yang memanggilku tuan karena menghormati diriku yang memanggilnya dari dunia lain, bagi mereka bisa bebas dan mengeluarkan kemampuan mereka di sini adalah sebuah keindahan dan juga kesenangan tersendiri.

"Tidak perlu, cukup buat mereka jera saja" Ucap ku memerintah kan Golra untuk memberi kan mereka pelajaran.

Kemudian seorang anak yang masih merasa dengan sombongnya mengeluarkan berbagai macam kemampuan sihir yang dia miliki, dengan membentuk tanah yang menjadi sebuah tombak kemudian dia pun melemparkan tombak tersebut ke arah Golra namun tidak mempan sama sekali, bagi Golra itu seperti sebuah cubitan kecil yang tidak ada rasanya sama sekali.

Kemudian dengan putus asa dan masih mencoba menantang dia pun menyerang Golra secara bertubi – tubi, Golra yang tidak merasakan apa-apa karena serangan tersebut langsung mendekati ketiga anak itu dan mencoba memukul mereka, namun karena aku melihat mereka bertiga yang sudah terlihat basah celananya membuat ku merasa sudah puas untuk saat ini.

"Golra cukup, mereka tampaknya sudah ketakutan" Ucapku yang menghentikan gerakan Golra, dan Golra pun langsung berhenti dan tidak menyerang mereka lagi.

"Ampun, kami tidak akan melakukannya lagi" Ucap orang-orang tersebut yang mana mereka memang kerap kali melakukan sebuah kejahilan yang seharusnya hal tersebut tidak lah perlu sama sekali.

Aku pun melepaskan mereka dan sepertinya mereka sudah jera dengan apa yang mereka lakukan, lagi pula dengan kekuatan ku sekarang aku merasa tidak perlu ada yang di takut kan sama sekali saat ini, Golra pun kembali ke tempatnya, dan aku serta Punsi kembali kerumah ku untuk beristirahat, karena esok hari akan ada ujian masuk untuk menentukan kemana kami nantinya.

Nächstes Kapitel